Terjadi
sebuah kecelakaan bus. Pengemudi bus berhasil selamat. Akan tetapi, para murid-
murid yang merupakan penumpang bus, tidak selamat.
Pengemudi
bus, Yu Kun Qiao, saat dia tersadar, dia langsung memeriksa keadaan didalam
bus. Ketika dia melihat semua murid didalam bus meninggal, dia merasa sangat
stress dan depresi. Namun kemudian tiba- tiba, seorang anak membuka matanya.
Melihat itu, Kun Qiao langsung menyelamatkan anak tersebut. Anak itu adalah Wang
Chu Qi.
Kun
Qiao mengendong Chu Qi menuruni gunung dan membawanya sampai ke rumah sakit
untuk diobati.
Diluar
rumah sakit. Kun Qiao berjongkok sambil merokok. Dia diam dan merenungkan semua
yang terjadi. Dia mengemudi bus, dia direndahkan dan disuruh mengikat tali sepatu
orang didepannya, suara para murid- murid didalam bus, tabrakan mobil dari
belakang yang menyebabkan bus terjatuh ke dalam jurang, para murid- murid yang
tewas didalam bus.
Setelah
itu, Kun Qiao terjatuh pingsan dan tidak sadarkan diri.
Disaat
itu, sebuah mobil datang.
***
Kun
Qian terbangun di gudang. “Dimana aku?” tanyanya.
“Rumahku,”
jawab pria dihadapannya, Mr. Wang.
***
Home Sweet Home
Chu Tong pulang sekolah bersama-
sama dengan Chu Qi yang mengikutinya dari belakang.
Dirumah. Chu Qi bermain piano
dengan sangat indah.
Mr. Wang membaca buku diruang
tamu.
Mrs. Wang memotong ikan didapur.
Kun Qiao mencuci baskom
diwastafel.
Chu Tong ikut bermain piano.
Awalnya dia bermain menggunakan satu tangan, lalu dia bermain menggunakan dua
tangan.
Pertama, Chu Qi masih bisa
bermain mengikuti irama dan kecepatan tangan Chu Tong. Tapi kemudian, dia
kesulitan untuk mengikuti, karena irama dan kecepatan tangan Chu Tong semakin
cepat melawannya. Jadi akhirnya, diapun berhenti bermain. Dan hanya tinggal Chu
Tong yang memainkan pianonya.
Makan malam siap. Semua berkumpul
dimeja makan bersama- sama. Pertama, Mr. Wang memuji masakan Mrs. Wang. Lalu
dia memuji nilai Chu Qi. Kemudian dia menanyai Ku Qiao, bagaimana hari Ku Qiao.
Dan Kun Qiao menjawab seperti biasa.
“Aku mengecek, hari ini tepat 3
tahun. Kamu masih tidak berencana menyerahkan dirimu?” tanya Mr. Wang sambil
menatap Kun Qiao.
“Aku berencana …” jawab Kun Qiao
dengan pelan. Lalu dia mengangkat gelasnya. “Mr. dan Mrs. Wang, terima kasih
sudah memperlakukanku sebagai keluarga.”
Tiba- tiba Mrs. Wang merasa mual.
Jadi dia pergi ke dapur dan muntah. Lalu Chu Tong ikut pergi ke dapur untuk
membantunya. Setelah itu, mereka kembali duduk bersama- sama dimeja makan.
Kemudian dengan perhatian, Mr.
Wang mengambilkan makanan untuk Mrs. Wang. Dan Mrs. Wang menolak. Lalu Mr. Wang
pun memberikannya kepada Kun Qiao.
“Aku ingin bercerai,” kata Mrs.
Wang, tiba- tiba. Dan Mr. Wang mengabaikannya sambil bersikap sedang sibuk
memotong ikan. “Aku ingin bercerai,” ulang Mrs. Wang.
“Apa yang kamu bicarakan?” balas Mr. Wang sambil tersenyum. Lalu dia
menaruh ikan yang sudah dipotong ke piring Mrs. Wang. “Makanlah.”
Seperti merasa tidak tahan lagi,
Mrs. Wang pun berdiri dan pergi dari meja makan.
***
Selesai makan malam, Chu Tong
mencuci piring. Sambil mendengarkan obrolan antara Mr. Wang dan Kun Qiao yang
berada di ruang tamu.
Mr. Wang menceritakan kepada Kun
Qiao, alasan mengapa tidak ada TV diruang tamu, tidak ada koran, dan tidak ada
majalah. Itu semua karena, baginya barang- barang itu adalah sampah, barang-
barang itu tidak ada baiknya untuk anak- anak. Mendengar itu, Kun Qiao memuji
cara mengedukasi yang Mr. Wang dan Mrs. Wang terapkan untuk anak- anak. Lalu
dia memuji kalau Chu Tong sangat berbakat dalam menggambar, yang Chu Tong
perlukan adalah semangat untuk meneguhkan ketertarikan dan ambisinya.
“Kun Qiao,” kata Mr. Wang dengan tatapan mata serius, membuat Kun Qiao merasa agak takut. “Aku tahu kamu bisa menggambar. Aku juga tahu putriku sering menyelinap untuk menggambar denganmu. Aku bisa menutup mata. Tapi kamu harus tahu, kamu disini bukan sebagai guru seni. Kebebasan adalah hal yang mewah. Aku mencoba yang terbaik untuk memberimu dan putriku beberapa kebebasan, namun itu ada batasnya. Contohnya, anakku tumbuh besar dirumah ini, mereka bisa belajar musik atau menggambar. Itu kebebasan mereka. Tapi mereka tidak bisa meninggalkan keluarga ini. Mereka tidak bisa memilih mau melakukan apa di masa depan. Ini batas kebebasan mereka,” jelasnya dengan penuh penekanan didalam setiap kalimatnya.
Chu Tong mendengar semua hal
tersebut. Lalu setelah selesai menyunci piring, dia mengingatkan Kun Qiao dan
Mr. Wang untuk beristirahat.
Kun Qiao kembali ke tempatnya.
Chu Tong kembali ke kamarnya. Mr. Wang pergi ke ruang kerjanya dengan alasan
ingin membaca.
***
Chu
Tong datang ke ruang bawah tanah dirumah dan mengintip. Saat Kun Qiao melihat
ke arahnya, dia buru- buru pergi darisana.
Kun
Qiao menyadari keberadaan Chu Tong, tapi dia tidak mengatakan apapun. “Jam
berapa ini?” tanyanya
pada Mr. Wang. Dan Mr. Wang diam. “Jam berapa?” tanyanya, lagi.
“Bagaimana
bisa kamu tidak mengingat apapun?” balas Mr. Wang. Dan Kun Qiao diam dengan tatapan bingung.
Lalu
disaat itu, Mrs. Wang datang. Dia mengantarkan makanan untuk Kun Qiao. Kemudian
dengan sikap berhati- hati, dia berdiri dibelakang Mr. Wang.
Kun
Qiao tidak bersikap sungkan sama sekali. Dia memakan makanan yang diberikan
padanya dengan sangat lahap.
“Mengapa
kamu parkir dipinggir jalan? Orang- orang melihat kamu berbicara kepada
putraku. Apa yang kamu lakukan padanya? Apa kamu mengintimidasinya? Apa yang
kamu katakan?” tanya Mr.
Wang dengan sikap mengintimidasi.
Mendengar
serangkaian pertanyaan itu, Kun Qiao merasa pusing dan agak tertekan. Lalu dia
muntah. Dan Mrs. Wang ingin membantu Kun Qiao, tapi Mr. Wang menghentikannya.
“Aku tidak
bisa mengingat apapun,” kata Kun
Qiao dengan lemah. “Apa yang
kamu katakan… aku minta
maaf,” katanya sambil membersihkan
nasi yang dia muntahkan.
Lalu
tiba- tiba suara bel rumah berbunyi. Dan Mrs. Wang pun naik ke atas untuk
memeriksa. Lalu tidak lama kemudian, dia kembali dan melapor kepada Mr. Wang
dengan suara pelan, “Orang tua
murid Si An datang.”
Mendengar
itu, Mr. Wang naik ke atas dan Mrs. Wang pun mengikutinya. Lalu tinggallah Kun
Qiao sendirian didalam ruang bawah tanah.
Mr.
Wang menutup jendela rumah. Mrs. Wang menyajikan minum kepada kedua orang tua
Si An. Lalu mereka duduk saling berhadapan.
Orang
tua Si An datang untuk mencari tahu keberadaan Kun Qiao, sebab mereka ingin
memasukkan Kun Qiao ke penjara. Atau mereka bisa bekerja sama dengan para orang
tua yang lain untuk mencari cara untuk membuat Kun Qiao menghilang. Mendengar
itu, Mr. Wang berkomentar bahwa dia bisa mengerti perasaan mereka.
“Bagaimana
kamu bisa mengerti? Chu Qi tidak mati,” kata Ibu Si An dengan kesal.
“Jangan
begitu. Kita semua korban, kita seharusnya bekerja sama,” kata Ayah Si An, menenangkan Ibu Si An.
“Ini tidak adil. Si An pergi untuk selamanya
dan supir bus hilang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi antara supir dan Chu
Qi. Jika kamu tidak akan menemukan supirnya, aku akan mencarinya sendiri,” kata Ibu Si An dengan emosi sambil
menunjuk Mr. Wang dan Mrs. Wang.
“Ayo pergi,” ajak Ayah Si An sambil
menarik Ibu Si An. Dan Mrs. Wang mengantarkan mereka untuk keluar.
Kun
Qiao kebetulan naik ke atas, karena dia merasa agak penasaran. Dan saat dia
mendengarkan pembicaraan mereka, dia merasa ngeri.
Mr.
Wang mendengarkan perdebatan Ibu dan Ayah Si An dengan sikap tenang. Sementara
Mrs. Wang, matanya berlinang dengan air mata yang tidak dibiarkannya untuk
jatuh.
Kun
Qiao meringkuk sambil memeluk lututnya didalam ruang bawah tanah. Dia mengingat
saat dia berdiri didepan ruangan dan orang- orang mengkritiknya.
Lalu
Mr. Wang datang. “Aku takut,
aku tidak bisa membantumu. Aku akan membawamu ke polisi,” katanya.
“Aku ingat
sekarang. Aku menyelamatkan seorang anak. Aku menggendong dia dan lari dan
bahkan membawanya ke sebuah klinik,” kata Kun Qiao.
“Itu anakku,” kata Mr. Wang.
“Aku
menyelamatkan anakmu? Bagaimana dia?” tanya Kun Qiao, peduli.
“Dia cacat.”
“Dia
menarikku saat sedang mengemudi. Dia memberiku uang 100 untuk mengikatkan tali
sepatunya. Aku memakirkan busnya ke samping dan keluar untuk mengikat sepatunya.
Kemudian sebuah truk menabrak bus sekolah,” kata Kun Qiao, menceritakan apa yang terjadi sambil
menunjukkan selembar uang 100 sebagai buktinya.
Mendengar
itu, Mr. Wang sama sekali tidak mau peduli. Lalu dengan panik, Kun Qiao memohon
agar Mr. Wang membiarkannya untuk bersembunyi disini, karena jika dia keluar,
maka para orang tua murid yang lain akan membunuhnya.
Mrs.
Wang kemudian datang dan membujuk Mr. Wang untuk tenang dulu. Lagian, Chu Qi
juga bertanggung jawab dalam kecelakaan ini. Jadi lebih baik mereka membiarkan
Kun Qiao disini saja untuk sementara.
***
Chu
Tong menemukan gambar yang ditinggalkan orang tua Si An di meja tamu. Gambar
tersebut tentang anak- anak yang ketakutan dan dikejar serta ditangkap oleh
supir bus bertopengkan mikey mouse.
***
Chu Tong duduk didekat rel kereta
api dan menggambar.
Saat pulang sekolah, dengan
perhatian Chu Qi menanyai, bagaimana gambar Chu Tong hari ini. Dan Chu Tong
diam, tidak menjawab. Lalu dengan riang, Chu Qi menceritakan bahwa hari ini dia
ada mempelajari musik baru didalam kelas dan dia akan memainkannya untuk Chu
Tong nanti.
“Makan malam
akan segera siap, cepat jalan,” kata Chu
Tong dengan sikap acuh.
“Kamu
dengarkan bentar,” pinta Chu
Qi. Dan Chu Tong diam.
Dirumah. Chu Tong menunjukkan
gambarnya hari ini kepada Mr. Wang, tapi Mr. Wang bersikap tidak terlalu
peduli. Mr. Wang lebih memperdulikan kaki Chu Qi yang terluka akibat
kecelakaan.
Melihat itu, Chu Tong merasa iri
dan cemburu.
Saat Mrs. Wang sedang sibuk masak
dan Mr. Wang serta Chu Qi tidak terlihat, secara diam- diam, Chu Tong pergi ke
ruang bawah tanah menemui Kun Qiao.
Kun Qiao memuji gambar Chu Tong.
Tapi Chu Tong sama sekali tidak merasa bersemangat, karena hanya Kun Qiao yang
berpikir kalau dirinya berbakat.
“Jangan
pedulikan yang lain, hanya fokus pada gambarmu
saja. Tidak ada seorangpun pelukis yang memiliki imajinasi sepertimu. Aku
tidak,” kata Kun
Qiao, menyemangati.
Mendengar itu, Chu Tong mengambil
buku gambarnya sambil tersenyum kecil. Lalu dia pamit dan naik ke atas.
Malam. Chu Qi berjongkok diluar
rumah, memperhatikan Kun Qiao yang berada diruang bawah tanah. Chu Tong
berendam didalam bak mandi.
***
Diperpustakaan sekolah. Dari
antara rak buku, Chu Qi menatap Chu Tong dan mengatakan bahwa dia melihat
segalanya. Dia melihat Chu Qi menyelinap ke ruang bawah tanah untuk menemui Kun
Qiao – si pembunuh- kemarin. Jika Chu Qi terus
menemui si Pembunuh, maka dia akan memberitahu Mr. Wang. Dan si Pembunuh itu
akan dikunci disana serta mati kelaparan.
Mendengar itu, Chu Tong
mengabaikan Chu Qi. Dan lalu Chu Qi mengikutinya. Lalu saat tidak tahan lagi, Chu
Tong pun berhenti. “Jika dia
pembunuh, maka kamu apa? Kamu beritahu aku,” tanya Chu
Tong dengan tatapan tajam. “Bukankah ini
apa yang kamu inginkan? Setiap orang yang membully mu
sekarang mati. Kamu pasti sangat senang.”
“Kamu bicara
omong kosong!” balas Chu
Qi sambil terus berjalan mundur, saat Chu Tong berjalan mendekatinya. “Itu tidak
benar,” jelasnya. Lalu dia terjatuh.
Saat pulang sekolah. Chu Tong berjalan pulang sendirian.