Dalam perjalanan pulang, Chu Tong
bertemu sebuah mobil. Dan dia berjalan memutar untuk menghindarinya. Saat dia
berpikir, mobil barusan sudah pergi, dia bertemu dengan mobil tersebut lagi.
Dan kali ini pengemudi mobil memanggilnya.
“Nona Wang Chu Tong? Aku teman Ibumu,” panggil si
Pengemudi (Kekasih gelap Mrs. Wang).
Didalam mobil. Si Pengemudi
memberitahu Chu Tong bahwa dia ingin menemui Ibu Chu Tong, yaitu Mrs. Wang. Karena
saat tengah malam, Mrs. Wang sering menelponnya, tapi tidak ada mengatakan satu
katapun. Saat dia mengirimkan pesan, Mrs. Wang tidak membalas. Jadi dia merasa
khawatir.
“Apa yang dikhawatirkan? Wanita manapun yang
memiliki hubungan gelap pasti akan dalam masalah, khususnya dalam keluarga
seperti kami,” kata Chu Tong dengan agak acuh.
“Dia bilang dia ingin meninggalkan keluarga
kalian.”
“Jadi apa yang kamu ingin aku lakukan?
Membiarkan kalian berdua bersatu?” tanya Chu
Tong.
“Iya. Aku tidak pernah berpikir dia akan mempertimbangkan
berceraian, tapi sekarang berbeda. Dia hamil,” jawab si
Pengemudi, menjelaskan.
“Itu kecelakaan.”
“Dia selalu menginginkan anak lain. Ini bukan
berarti dia tidak menyukai kalian berdua, dia hanya tidak bahagia,” jelas si Pengemudi.
“Ini bukan urusanmu,” balas Chu Tong, lalu dia berniat untuk pergi
saja.
“Ibumu selalu mengkhawatirkanmu. Dia tidak
ingin meninggalkanmu sendirian dirumah itu. Dia ingin kamu pergi dengannya. Ini
benar. Ikutlah dengan kami,” ajak si Pengemudi dengan lembut. “Juga, dia bilang ada sesuatu yang tidak benar
dirumah itu. Dia terus merasa bahwa ada hantu dirumah itu.”
“Keluarga
kami memang sedikit aneh. Tapi,
siapa hantunya masih belum jelas,” balas Chu Tong.
Lalu
disaat itu, Chu Qi datang dan memukul jendela mobil sambil menatap ke dalam
dengan tatapan tajam. Membuat si Pengemudi terkejut.
“Adikku,” kata Chu
Tong, menjelaskan. Lalu
dia keluar dari mobil dan pergi.
Chu
Qi berjalan mengikuti Chu Tong, dia menjelaskan bahwa dia tahu kalau Chu Tong
ada disini, karena dia mengikuti Chu Tong dan ingin melindungi Chu Tong.
Mendengar itu, Chu Tong diam dan terus berjalan. Lalu tiba- tiba tali sepatu Chu
Qi terlepas, jadi dia berhenti untuk mengikatnya, tapi dia agak kesusahan,
karena kakinya yang terluka.
Merasakan
kalau Chu Qi berhenti mengikutinya, Chu Tong berbalik untuk melihat. Lalu dia
berjalan mendekati Chu Qi dan membantu mengikatkan tali sepatunya.
“Terima
kasih,” kata Chu Qi dengan tulus.
Malam
hari. Mr. Wang yang memasak, dia menjelaskan kepada Chu Qi dan Chu Tong bahwa
Mrs. Wang sedang tidak enak badan. Mendengar itu, Chu Tong ingin mengantarkan
semangkuk makanan untuk Mrs. Wang. Dan dengan keras, Mr. Wang melarang dan
menekankan bahwa Mrs. Wang sedang tidak enak badan.
Dengan
patuh, Chu Qi hanya diam saja dan memakan makanannya.
Mrs.
Wang tampak baik- baik saja dan dia sedang merapikan pakaian- pakaian didalam
lemari. Lalu Mr. Wang datang menemuinya.
“Jangan
lupa apa yang kamu janjikan padaku,” kata Mr. Wang. Dan Mrs. Wang diam mengabaikannya.
“Tidakkahkamu mengecewakan putrimu?” tanyanya. Dan Mrs. Wang diam sambil
menatapnya.
Saat
Mr. Wang telah pergi dari ruangan, Mrs. Wang menyadari keberadaan Chu Qi yang
menguping didekat pintu. Dan saat Mrs. Wang menyadari keberadaannya, Chu Qi
langsung buru- buru pergi darisana.
Tengah
malam. Chu Tong tidak bisa tidur, jadi dia pergi ke dapur dan makan es krim.
Lalu dia mendengar suara didekat ruang makan, dan saat dia membuka pintu, dia
melihat Mrs. Wang sedang duduk dimeja makan dan dibawah kaki nya ada tas besar.
Kemudian Chu Tong pun duduk disebelahnya dan menawarkan es krimnya.
Saat
Mrs. Wang ingin mengambil sendok yang Chu Tong sodorkan, dengan sengaja Chu Tong
menjatuhkan sendok tersebut ke lantai. Dan Mrs. Wang pun membungkuk untuk
mengambilnya. Tapi Chu Tong menyuruhnya untuk tidak perlu repot- repot, jika
Mrs. Wang ingin pergi, maka pergi. Mendengar itu, Mrs. Wang menatap Chu Tong
dengan tatapan sedih.
“Aku akan
kembali ke kamarku. Jika kamu pergi, jangan kembali,” kata Chu
Tong, berusaha bersikap tegar. Lalu dia pergi.
Dikamar.
Chu Tong diam merenung sambil meneteskan air mata secara hening.
Keesokan
paginya, saat Chu Tong bangun, dia melihat Mrs. Wang berada didapur dan dia
agak terkejut. Sementara Mrs. Wang, saat dia melihat Chu Tong, dia tidak ada
mengatakan apapun dan sibuk mempersiapkan sarapan untuk semuanya.
“Chu Qi, aku
akan ke sekolahmu hari ini,” kata Mrs.
Wang, memberitahu.
“Untuk apa?” tanya Mr.
Wang, ingin tahu.
“Tidak ada,
hanya mengurus beberapa hal.”
Disekolah.
Guru berbicara dengan Mrs. Wang. Sedangkan Chu Qi hanya diam saja sambil
menatap serangga didekat jam dinding.
Alasan
Guru memanggil Mrs. Wang ke sekolah, karena dia ingin membahas tentang masalah Chu
Qi. Dia tahu kalau nilai Chu Qi disekolah sebelumnya memang unggul, tapi
disekolah ini Chu Qi malah harus mengulang tingkat, jadi nilai pasti penting
untuk Chu Qi. Namun Guru ingin Chu Qi juga belajar bergaul dengan teman- teman disekolah,
sebab dia melihat Chu Qi tidak ada berinteraksi banyak dengan murid lain dan
hampir tidak ada mengikuti extrakurikuler apapun.
“Saya
mengerti,” kata Mrs.
Wang, sebelum Guru selesai berbicara. “Chu Qi, jangan tidur dikelas. Jangan baca
buku yang tidak seharusnya didalam kelas. Cobalah untuk bergaul dengan murid
lain,” katanya,
menasehati Chu Qi dengan sikap datar. “Saya berharap Guru bisa memaafkan dia,
khususnya setelah apa yang dia lalui, ya?” pintanya sambil tersenyum.
Mendengar
itu, Guru pun diam sambil mengangguk kecil.
Dilapangan.
Chu Tong bermain tenis dengan teman- temannya. Dan ketika teman- teman melihat
Mrs. Wang, mereka memuji bahwa Ibu Chu Tong sangat cantik seperti bintang film.
Mendengar itu, Chu Tong berhenti bermain.
Chu
Tong berdiri didekat Chu Qi dan menatap kepergiaan Mrs. Wang. “Seseorang
mengadukanmu?” tanyanya.
“Tidak. Aku
hanya tidak mendengarkan dengan baik di dalam kelas,” jawab Chu
Qi dengan pelan.
“Benar juga,
kamu sudah melakukannya sekali. Kurasa tidur lebih penting,” balas Chu
Tong. Lalu dia pergi.
Saat
makan malam, Chu Qi memberitahu Mr. Wang bahwa kelas musik terompet nya akan
berubah menjadi pagi, jadi dia ingin makan siang diluar. Dan Mr. Wang
mengizinkan, lalu dengan perhatian, dia menyuapi udang yang sudah dikupasnya
kepada Chu Qi.
“Terima
kasih, Ayah,” kata Chu Qi
dengan senang. Lalu dia memakan udang yang dikupaskan untuknya itu.
“Ibu agak
tidak sehat akhir- akhir ini, besok pagi aku akan membawanya ke rumah sakit,” kata Mr.
Wang, memberitahu. Mendengar itu, Chu Tong menatap Mrs. Wang.
Diruang
bawah tanah. Chu Tong belajar melukis sambil mengobrol dengan Kun Qiao. Dia
mengajak Kun Qiao untuk keluar dan bermain besok, mumpung besok tidak ada orang
dirumah. Dan Kun Qiao hanya diam saja sambil sibuk melihat buku- buku lukisan.
“Apa kamu
benar- benar berencana tinggal disini selamanya? Tidakkah kamu muak berada
disini terlalu lama?” tanya Chu
Tong. Dan Kun Qiao tetap diam. Lalu Chu Tong pun meremas kertas dan melemparkan
itu padanya. Dan Kun Qiao tetap saja diam. “Yu Kun Qiao, ayo tinggalkan rumah ini
bersama- sama, ya?” ajak Chu
Tong. Dan Kun Qiao tetap hanya diam saja. “Bicaralah. Mengapa kamu tidak bicara?” keluh Chu
Tong, tidak sabaran.
“Kamu tidak
tahu betapa beruntungnya kamu memiliki keluarga seperti ini,” kata Kun
Qiao dengan serius. Mendengar itu, Chu Tong tertawa.
Lalu
tiba- tiba terdengar suara terompet diatas.
Chu
Tong naik ke atas dan mengusir Chu Qi yang sedang bermain terompet didalam
kamarnya. Lalu Chu Qi tiba- tiba saja malah membahas tentang Mrs. Wang yang
akan ke rumah sakit besok. Dia menjelaskan bahwa alasan Mr. Wang membawa Mrs.
Wang ke rumah sakit, itu karena Mrs. Wang hamil, tapi Mr. Wang tidak
menginginkan anak. Mendengar itu, Chu Tong bersikap tidak peduli, sebab itu
urusan mereka berdua, bukan urusannya.
“Jika kamu
berani mengkhianati keluarga ini, mengkhianati aku dan Ayah, coba saja,” kata Chu Qi,
mengancam. Lalu dia keluar dari kamar Chu Tong.
Tengah
malam. Chu Tong diam sambil menatap keluar jendela.
Diruang
bawah tanah. Kun Qiao tidur dan bermimpi tentang kecelakaan bus dulu.
***
Dibangku belakang.
Seseorang berbisik kepada Chu Qi, lalu dia mendorong Chu Qi untuk maju ke
depan. Dan Chu Qi pun maju mendekati Kun Qiao.
“Duduk,” perintah Kun
Qiao.
“Aku akan memberimu
uang 100 untuk mengikatkan tali sepatuku,” kata Chu Qi sambil mengulurkan uang
100. Dan Kun Qiao diam mengabaikannya.
Dibelakang, para murid
terus berseru menyoraki Chu Qi. Sementara Kun Qiao tetap saja bersikap acuh
serta mengabaikan Chu Qi. Karena itu, Chu Qi pun mulai mengganggu Kun Qiao
dalam menyetir. Akhirnya, dengan terpaksa, Kun Qiao pun menghentikan bus
dipinggir jalan. Lalu dia dan Chu Qi keluar dari dalam bus.
“Jangan berpikir kamu
bisa melakukan apapun hanya karena keluargamu kaya!” bentak Kun Qiao, memarahi Chu
Qi.
“Aku mohon ikatkan
sepatuku. Jika tidak, mereka tidak akan melepaskanku,” pinta Chu Qi dengan
suara pelan dan sikap takut.
Mendengar itu, Kun
Qiao menatap para murid- murid di dalam bus. Mereka tertawa dan bertepuk tangan
sambil berseru, “Ikat sepatunya! Ikat sepatunya!”
Kun Qiao pun merasa
kasihan kepada Chu Qi. Lalu dia mengambil uang 100 yang Chu Qi berikan dan
berlutut untuk mengikatkan tali sepatunya.
Setelah tali sepatunya
diikatkan, Chu Qi kembali masuk ke dalam bus. Dan para murid- murid didalam bus
kembali ke tempat duduk masing- masing. Sementara Kun Qiao tetap berada diluar
untuk merokok sebentar.
Disaat itu, tiba- tiba
sebuah mobil melaju dengan kencang dan menabrak bus. Lalu setengah badan bus
keluar dari jalan. Melihat itu, Kun Qiao langsung meneriaki para murid-murid
untuk jangan bergerak. Tapi seorang anak yang duduk dibagian paling belakang,
dia mencoba untuk maju ke depan. Dan bus pun menjadi tidak seimbang, lalu bus
terjatuh ke dalam jurang.
Kun Qiao sangat
terkejut. Lalu dia meluncur ke dalam jurang untuk menyelamatkan mereka. Tapi
tubuhnya malah menabrak pohon dan kemudian dia pingsan.
***
Kun
Qiao tersentak dan terbangun. Lalu dia melihat, seseorang datang. “Siapa
disana?” tanyanya dengan sikap waspada. “Chu Tong, itu kamu? Chu Tong,”
tanyanya.
Dari
dalam kegelapan, Chu Tong muncul dan mendekati Kun Qiao. Dia mengulurkan
tangannya kepada Kun Qiao dan memberikan selembar uang 100. “Ikatkan tali
sepatuku,” perintahnya. Dan Kun Qiao merasa sangat bingung. Lalu tiba- tiba Chu
Tong berubah, dia tampak agak menakutkan, dan dia memegang tangan Kun Qiao.
“Ada
apa, Chu Tong?” tanya Kun Qiao, sangat heran.
Kemudian
Chu Qi datang. Dia menarik Chu Tong untuk melepaskan tangan Kun Qiao. Lalu dia
menjelaskan dengan singkat, “Kakak ku hanya sedang tidur berjalan. Aku akan
membawa dia kembali,” jelasnya. Lalu dia menarik Chu Tong untuk pergi.
Melihat
itu, Kun Qiao menghentikan Chu Qi. “Kembalikan uang ini kepada kakakmu,”
katanya. Dan Chu Qi mengambil uang itu, lalu pergi.
Saat
Mr. Wang telah pergi, Chu Qi pergi ke ruang kerjanya. Dia membuka kode password
dipintu dengan menghembuskan nafas dilayar, sehingga sidik jari Mr. Wang yang
menempel terlihat.
Chu
Tong datang mengantarkan makan siang untuk Kun Qiao dan makan bersamanya. Namun
Kun Qiao merasa agak ragu untuk memakan makanan yang Chu Tong berikan, jadi dia
menguyahnya secara perlahan. Lalu saat Chu Tong selesai makan dan pergi ke
atas, dia membuang sisa makanan ke dalam toilet.
Kemudian
Kun Qiao naik ke atas dan menaruh piring di dapur. Lalu dia memanggil Chu Tong.
Tapi Chu Tong tidak ada menjawab.
Disaat
Kun Qiao mencari Chu Tong, dia melihat ruang kerja Mr. Wang terbuka. Jadi
diapun ke sana, “Chu Tong,” panggilnya. Lalu dia mengintip ke dalam ruangan,
tapi tidak ada siapapun, jadi dia berniat untuk pergi saja tanpa masuk ke dalam
ruangan.
Tiba-
tiba dari balik pintu, Chu Tong muncul. “Pengecut,” ejeknya. “Tidakkah kamu
penasaran apa yang ada di dalam ruang kerjanya?”
“Ayahmu
pasti menguncinya karena ada alasan,” balas Kun Qiao.
Chu
Tong lalu menarik tangan Kun Qiao untuk ikut ke atas dengannya, dan Kun Qiao
menepis tangan Chu Tong.
“Aku
punya gambar baru, lihatlah,” ajak Chu Tong. Mendengar itu, Kun Qiao pun
mengikutinya ke lantai atas.
Dilantai
atas. Banyak terdapat hasil foto- foto yang dipajang di dinding. Dan dibawah
setiap foto terdapat tanda tangan orang bernama ‘Roy’ dan tahun foto tersebut
diambil. Chu Tongmenjelaskan kepada Kun Qiao bahwa semua foto yang ada dirumah
ini diambil oleh teman Mr. Wang, tapi dia dengar kalau si Teman sudah
meninggal. Si Teman dan Mr. Wang adalah teman baik selama mereka berdua
berkuliah di New York. Dan saat mereka muda dulu, mereka ingin membuka studio
foto bersama. Tapi kemudian, Mr. Wang malah dipanggil pulang untuk menjalankan
bisnis keluarga dan mulai berkeluarga juga. Lalu dia dengar, kalau si Teman ini
tidak pernah memaafkan Mr. Wang dan kemudian si Teman menghilang. Mr. Wang
mencoba mencarinya, tapi sampai si Teman mati, mereka berdua tidak pernah
bertemu lagi.
“Ayahmu
mempelajar fotografi, jadi dia pasti bisa mengepresiasi gambar. Saat dia bilang
dia tidak tertarik, itu mungkin tidak benar,” komentar Kun Qiao.
“Kamu
masih tidak mengerti. Dia tidak pernah menjadi fotografer dan dia tidak akan
membiarkanku menggambar. Dia ingin memaksakan jenis siksaan yang sama pada
orang lain,” balas Chu Tong, menjelaskan. “Selain itu, dia tidak pernah perduli
padaku,” gumamnya dengan sedih.
Kun
Qiao kemudian mengubah topik pembicaraan. Dia membahas tentang Chu Tong yang
tidur berjalan semalam, dia ingin tahu, apakah Chu Tong ingat itu. Mendengar
hal itu, Chu Tong merasa bingung dan dia menebak kalau Kun Qiao pasti sedang
bermimpi buruk semalam. Dan Kun Qiao menjawab bahwa dia tidak pernah bermimpi
buruk, dan dia menyarankan Chu Tong untuk bertanya pada Chu Qi nanti, karena
semalam Chu Qi yang membawa Chu Tong kembali ke atas.
Lalu
Kun Qiao melihat gambar- gambar Chu Tong, dan dia menemukan gambar yang ditinggalkan orang tua Si An dulu.
Melihat gambar itu juga, Chu Tong menatap Kun Qiao. “Kamu tidak pernah bermimpi
buruk?”
“Aku ke bawah dulu,” balas Kun
Qiao. Lalu dia pergi.
Diruang bawah tanah. Kun Qiao
mengambil makanan didalam kulkas.
Didapur. Chu Tong memanaskan air.
Kun Qiao memasukkan makanan ke
dalam microwave. Lalu tiba- tiba dia mendengar suara diatas, seperti suara
langkah kaki orang berlari. Jadi diapun berniat naik ke atas untuk memeriksa,
tapi pintunya terkunci.
“Chu Tong,” panggil Kun Qiao
sambil mengedor pintu. Tapi tidak ada jawaban. “Chu Tong, apakah ada
seseorang dirumah?” tanyanya, berteriak. Dan masih tidak ada jawaban.
Kun
Qiao mulai panik, ada apa. Lalu terdengar suara Chu Tong menjerit, dan Kun Qiao
semakin bertambah panik. Apalagi, pintu tidak mau terbuka.
Disaat
Kun Qiao sedang mencari cara untuk keluar, pintu tiba- tiba dibuka oleh Mr.
Wang dari luar. Lalu dia melihat Chu Tong seperti tampak kesakitan.
“Chu
Tong, apa kamu baik- baik saja?” tanya Kun Qiao, perhatian.
Mrs.
Wang memeriksa tubuh Chu Tong, dan melihat kalau paha Chu Tong sangat merah
seperti terkena air panas.
“Apa
yang terjadi?” tanya Mr. Wang.
“Aku
dengar seseorang masuk ke dalam rumah, ada suara langkah kaki berlari menuruni
tangga. Aku juga mendengar Chu Tong menjerit. Jadi aku mau berlari ke atas,
tapi pintu terkunci,” kata Kun Qiao, menjelaskan dengan rinci.
“Tidak
ada siapapun ketika kami kembali,” balas Mrs. Wang, tidak percaya dengan Kun
Qiao.
“Dan
pintu ini tidak terkunci,” tambah Mr. Wang. Lalu dia menatap Chu Tong. “Ada
seseorang disini?” tanyanya.
“Tidak,”
jawab Chu Tong.
“Apa
dia berbicara jujur?” tanya Mr. Wang.
Dengan
takut- takut, Chu Tong menatap ke arah Kun Qiao, lalu dia menundukkan
kepalanya. “Jika dia bilang itu benar, maka itu benar,” jawabnya.
Mrs.
Wang kemudian mengajak Chu Tong untuk ke rumah sakit. Mr. Wang menutup pintu
ruang bawah tanah, lalu mengikuti Mrs. Wang. Kemudian Chu Qi mengunci pintu
ruang bawah tanah, sehingga Kun Qiao tidak akan bisa keluar darisana. Lalu dia
naik ke atas.
Malam hari. Mr. Wang memeriksa dapur, dan dia melihat sebuah bola kasti dibawah meja dapur. Lalu Mrs. Wang datang dan menanyai, siapa yang kira- kira berbohong, Kun Qiao atau Chu Tong. Dan Mr. Wang juga tidak tahu, menurut nya bisa saja dua- duanya berbohong.