Sinopsis C-Drama : Cute Programmer Episode 15
Kesenangan itu kadang nggak bertahan lama.
Baru juga episode kemarin kita bisa melihat moment manis Yi Cheng dan Lu Li,
tapi sekarang kita harus kembali berhadapan dengan masalah Li Man. Yi Cheng
mendapat telepon dari orang yang disuruhnya menyelidiki ayah Li Man. Dan hasil
penyelidikan adalah ayah Li Man selama ini tidak mempunyai penghasilan tetap,
suka berjudi dan memiliki banyak utang. Tiga tahun lalu, sekretaris Xu Yuanzhi,
bos Chen Dong, pernah mengirimkan sejumlah uang padanya. Dan waktunya kebetulan
setelah Chen Dong mencuri kode program mereka.
Dan
karena berita itu, Yi Cheng menyuruh Lu Li pulang duluan karena ada urusan. Lu
Li tidak mempertanyakan masalahnya sama sekali dan setuju untuk pulang duluan.
Urusan
yang dimaksud oleh Yi Cheng adalah pergi ke rumah ayah Li Man. Sebelum dia
tiba, ayah Li Man sedang meminum obat dan tampak kesakitan. Yi Cheng datang
bukan untuk bertamu, jadi dia mana memperhatikan ayah Li Man yang tampak sakit.
Dia hanya ingin membahas masalah tiga tahun lalu. Entah bagaimana caranya, Yi
Cheng berhasil mendapatkan rekaman CCTV 3 tahun lalu, saat ayah Li Man menemui
Chen Dong dan menjual kode program perusahaannya. Bukan hanya bukti itu saja
yang dimilikinya. Jika dia memberikan semua bukti yang dimilikinya, ayah Li Man
akan bisa di penjara.
“Apa yang
kau inginkan?”
“Aku
ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu?”
“Kalau
aku beritahu, kau mau melepaskanku?”
Yi Cheng
tidak mau bernegosiasi. Pilihannya, jika ayah Li Man tidak mau bercerita,
penjara yang akan menantinya. Ayah Li Man akhirnya mau buka mulut. Dialah orang
yang menjual kode program tiga tahun lalu. Yi Cheng menyimpulkan kalau Li Man
mencuri kode program miliknya dan ayah Li Man yang berperan sebagai penjual
barang curian. Ayah Li Man membantah. Itu tidak ada hubungannya dengan Li Man.
Waktu itu, dia tanpa sengaja menguping pembicaraan Li Man dengan orang dari Chen
Dong yang memintanya menjual kode game perusahaan Yi Cheng pada mereka. Li Man
tidak mau tapi dia merebut kode itu dari Li Man dan menukarnya jadi uang.
“Maksudmu,
saat itu Li Man tidak tahu menahu?”
“Tentu
saja. Waktu itu, dia sibuk pacaran denganmu sepanjang hari. Dia bahkan tidak
peduli dengan hidup dan mati ayah kandungnya sendiri. Aku juga dikejar-kejar
utang sampai kehabisan cara, barulah … Kuharap atas dasar hubunganmu dan
putriku dulu, kau bisa melepaskanku,” jelasnya sambil memegang perut, menahan
sakit.
Pas
sekali, saat itu Li Man tiba. Dia kelihatan terkejut melihat Yi Cheng ada di
sana. Yi Cheng juga melihat Li Man yang memegang kartu atm.
Sementara
dia mengurus masalahnya dengan Li Man, dia melupakan janjinya pada orang tua Lu
Li. Padahal, orang tua Lu Li sudah menyiapkan makanan dan menunggu kedatangan
menantu mereka. Lu Li juga cemas kalau Yi Cheng tidak datang, tapi juga nggak
berani menghubungi Yi Cheng. Ny. Huang mendesaknya untuk menelpon Yi Cheng,
soalnya sekarang sudah jam 6 sore. Cepat tanyakan, apakah urusannya sudah
selesai.
Lu Li
tidak mau dan menyarankan agar mereka makan duluan saja, mungkin Yi Cheng
sibuk. tn. Lu membujuk istrinya agar mereka menunggu sebentar lagi, toh ini
pertama kalinya menantu mereka akan datang berkunjung. Ny. Huang tidak mau. Dia
sudah sangat marah selama ini karna Yi Cheng tidak pernah berkunjung dan
sekalinya membuat janji, malah tidak
muncul. Emangnya didunia ini hanya dia saja yang sibuk!
Lu Li
berusaha menenangkan dan menyuruh ibu menikmati snack oleh-oleh yang dibelikan
oleh Yi Cheng. tn. Lu berusaha membuat istrinya mengerti dan memaklumi Yi
Cheng. Lu Li menambahkan kalau dia menyukai Yi Cheng karena Yi Cheng begitu
teguh mengejar karir dan bekerja. Ny. Huang mengerti tapi ini kan hari ulang
tahun Lu Li yang sekarang sudah menjadi istri, mana bisa Yi Cheng seperti ini!
tn. Lu juga setuju. Dia mengingatkan Lu Li lagi, jika Yi Cheng membuatnya
sedih, dia harus memberitahu mereka.
Dengan
wajah riang, Lu Li bercerita mengenai baiknya Yi Cheng padanya kemarin dan
kejutan ulang tahun yang disiapkan oleh Yi Cheng. tn. Lu lega mendengarnya.
Setidaknya, Yi Cheng terdengar perhatian dari cerita Lu li.
Yang
dibela mati-matian malah sedang bersama Li Man. Cih! Li Man dengan suara sok mengiba, memberitahu kalau dia kemari
untuk memberikan ayahnya uang. Dan untuk apa Yi Cheng kemarin? (Ah, sikapnya
palsu. Toh, sebelumnya, dia sampai melarang ayahnya
datang menemuinya, kok bisa pas kali dia datang menemui ayahnya dan mau
memberikan uang?!) Yi Cheng yang udah tertipu, mulai bersimpati.
Yi Cheng
menanyakan alasan Li Man tidak memberitahu kejadian tiga tahun lalu dan malah
kabur keluar negeri. Waktu itu, dia berusaha keras mencari Li Man yang
menghilang hingga mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit selama 1
bulan. Tapi, Li Man sama sekali tidak mencoba menghubunginya sekalipun.
Li Man
menjawab kalau waktu itu dia ditahan. Bukan karena dia tidak mau menghubungi Yi
Cheng, tapi tidak bisa. Saat itu, dia berusaha merebut harddisk yang berusaha
dicuri ayahnya, tapi dia kalah kekuatan. Saking putus asanya menghentikan
ayahnya, dia sampai mengancam akan bunuh diri jika ayahnya menjual kode program
tersebut. Ayahnya tidak peduli. Perkelahian mereka tanpa sengaja membuat ayah
Li Man terjatuh dari tangga dengan tangan terluka terkena sayatan pisau. Hal
itu menarik perhatian tetangga dan ayah Li Man meminta di teleponkan polisi
karena Li Man berusaha membunuhnya. Akhirnya, Li Man di tahan di penjara selama
15 hari. Saat dia bebas, kode program sudah terjual dan ayahnya menyuruhnya
keluar negeri dengan sisa uang yang ada setelah membayar hutang judi. Saat itu,
Li Man tidak mau dan hendak menemui Yi Cheng untuk mengakui semuanya. Sayangnya,
ayahnya memberitau kalau Yi Cheng mengalami kecelakaan saat mencarinya.
Masih
dengan menguatkan hati, Li Man pergi ke rumah sakit. Saat dia tiba, di kamar
rawat Yi Cheng ada Ny. Cheng. Ny. Cheng merasa kasihan dengan Yi Cheng yang
akhirnya punya pacar, tapi malah mendapat pacar yang hatinya tidak aik. Saat
itu, Yi Cheng menjawab kalau anggap saja dia buta, tidak bisa menilai orang.
Ny. Cheng melanjutkan kalau ada untungnya Li Man menghilang. Dia bisa berbuat
hal tidak baik, pasti dipengaruhi oleh latar belakangnya. Dulu, karena dia
berpacaran dengan Yi Cheng, makanya dia nggak mempermasalahkan latar belakang
Li Man. Tapi, menurutnya, Li Man sama sekali tidak pantas untuk putranya.
Mendengar semua ocehan ibunya, Yi Cheng jadi kesal dan memintanya berhenti
bicara.
Dan
itulah kejadian yang Li Man ceritakan. Dia mengakui kalau harga dirinya runtuh
setelah mendengar ucapan Ibu Yi Cheng. Dan mungkin, karena dia juga bingung
harus bagaimana menghadapi Yi Cheng, dia akhirnya kabur. Tapi, selama tiga
tahun ini, dia berusaha keras untuk membuat dirinya menjadi hebat. Dia kira
bisa melepaskan Yi Cheng, namun, dia sadar kalau dia tidak bisa.
“Di tahun
tersulit perusahaan, aku bertahan atas dasar kebencian padamu. Namun, tidak
disangka…”
“Kau
pantas menyalahkanku. Katanya, utang ayah dibayar anak. Soal ayahku, aku juga
punya tanggung jawab.”
“Dia adalah
dia. Kau adalah kau. Jika saat itu aku tahu yang sebenarnya, meski tidak bisa
bersikap tenang, tetapi juga tidak mungkin sampai tak bisa membedakan benar dan
salah.”
Dasar
licik! Dia mulai mempertanyakan alasan Yi Cheng, tidakk menggunakan masalah
hukum tiga tahun lalu? Yi Cheng menjawab kalau waktu itu perusahaan hampir
bangkrut dan dia tidak kepikiran menempuh jalur hukum. Dan juga, dia tidak
punya bukti konkret kalau Li Man yang mencuri kode program perusahaan. Makanya,
jika dia melapor, dia tidak akan bisa menang dan yang ada hanya membuang waktu.
Dan sekarang, untuk apa gunanya menuntut. Dituntut pun yang harus membayar
hutang padanya adalah Chen Dong.
Dengan
mulus, dia mulai berandai-andai, jika masalah ini tidak terjadi dulu, mungkin
sekarang yang menikah adalah mereka. Yi Cheng tidak mau berandai-andai. Masalah
sudah terjadi dan waktu tidak bisa diputar balik. Jadi, hipotesisnya tidak
berlaku.
Pada
akhirnya, Yi Cheng pulang ke rumah tanpa berkunjung ke rumah orang tua Lu Li.
Lu Li juga sudah pulang ke rumah dan tertidur di ruang tamu karena menunggu
kepulangannya. Saat Yi Cheng pulang dan menyelimutinya, Lu Li baru kebangun. Yi
Cheng meminta maaf karna dia mempunyai banyak urusan hari ini dan tidak bisa
menemani Lu Li pulang ke rumah orang tuanya. Membahas itu, Lu Li jadi mau tahu
urusan apa yang terjadi karena ekspresi wajah Yi Cheng terlihat serius saat
menerima telepon. Yi Cheng tidak mau memberitahu dan mengalihkan pembicaraan
dengan menyuruhnya beristirahat.
--
Hari
kerja,
Lu Li
menjelaskan pada teamnya dan Yi Cheng serta Yi Ming mengenai desain gamenya.
Sedang di tengah presentasi, Yi Cheng malah mendapat telepon yang bilang kalau
Li Man ada di rumah sakit. Padahal itu ditengah rapat. Tapi Yi Cheng langsung
pamit pulang duluan karena temannya terluka dan masuk rumah sakit. Tingkah
anehnya membuat orang jadi bergosip. Ini kali pertama Yi Cheng pergi di tengah
rapat. Untung ada Yi Ming yang menyuruh mereka untuk berhenti bergosip.
Walau
begitu, Lu Li jadi penasaran. Dia menelpon Zi Tong untuk memastikan keadaannya
dan keadaan ibu mertuanya. Dua-duanya sehat. Jadi, siapa yang masuk rumah sakit
dan memubat Yi Cheng jadi begitu khawatir dan pergi ditengah rapat?
Ujung-ujungnya, dia jadi berpikir kalau orang itu adalah Li Man.
Seolah
bisa merasakan kegalauan hatinya, Xiaoqi datang berkunjung ke perusahaan. Dia
nggak sabar mendengarkan kisah romantis Yi Cheng dan Lu Li. Sayangnya, tidak
ada kisah romantis. Sejak pulang dari liburan waktu itu, Yi Cheng jadi agak
aneh dan selalu menghilang tiba-tiba. Xiaoqi langsung menduga kalau itu karna
Li Man. Lu Li juga nggak yakin, tapi dia dengar kalau dari pihak EG akan
mengirim orang baru yang mengurus kerja sama game. Xiaoqi menyarankan agar Lu
Li memeriksa ponsel Yi Cheng. Lu Li tidak mau, soalnya dia pernah dengar, kalau
sudah melihat hp pasangan, tidak akan bisa tertawa lagi. Dan juga, hubungannya
dengan Yi Cheng baru saja membaik.
Xiaoqi
mencoba menghibur dengan mengajak makan siang bersama. Lu Li menolak dengan
alasan tidak lapar. Ya udah, Xiaoqi tidak memaksa. Kebetulan sekali, pas mau
keluar gedung, dia berpas-pasan dengan Renxun. Dia yang selama ini udah di PHP,
langsung menyuruh Renxun jujur bilang apa salahnya? Apa sudah punya pacar?
Renxun menjawab tidak. Dia awalnya berdalih sibuk, tapi akhirnya jujur kalau
dia tidak tahu harus bagaimana berhubungan dengan Xiaoqi. Gu Mo melarangnya
menghubungi Xiaoqi dan dengan dirinya sekarang, dia nggak memenuhi standar
keluarga Xiaoqi. Jadi, dia disuruh menyerah lebih awal.
Xiaoqi
semakin kesal. Untuk apa Renxun mempercayainya?! Dia juga bukan kakak
kandungnya. Renxun menjawab kalau posisi Gu Mo diatasnuya dan jika dia tidak
menurutinya, Gu Mo akan mempersulitnya. Makin kesallah Xiaoqi karna Gu Mo
menggunakan pekerjaan untuk mempersulit Renxun. Ah, masalah Lu Li juga waktu
itu dia belum buat perhitungan, sekarang ditambah dengan Renxun! Renxun jadi
sadar kalau dia bukan orang pertama yang diancam.
Ah,
pantesan saja dari kecil, setiap kali ada orang yang mendekatinya, semua
tiba-tiba menghilang. Ternyata semua ulah Gu Mo! Udah emosi, Xiaoqi meminta
agar Gu Mo dibawa ke depannya. Renxun mana mau! Dia dan Gu Mo berbeda
departemen dan dia juga tidak gila. Intinya, dia nggak mau terlibat dengan
Xiaoqi lagi.
Saat Yi
Cheng tiba, Li Man langsung bilang kalau bukan dia yang menghubunginya, tapi
nona perawat yang memaksa menelepon. Ah!!! Padahal kan dia bisa saja memberikan
nomor Amy, asistennya. Dia beralasan kalau dia hanya ingin nomor telepon Yi
Cheng. Dan untuk mengucapkan terimakasih, dia hendak memegang tangan Yi Cheng.
Tapi, Yi Cheng menghalangi.
Tangan Li
Man keliahtan memar. Yi Cheng langsung menduga kalau Li Man dipukuli lagi. Li
Man bilang kalau ayahnya minta uang. Sejak dia kembali, ayahnya sering meminta
uang. Jika tidak diberikan atau kurang, dia akan dipukuli. Yi Cheng jadi emosi
dan menyarankan agar melapor ke polisi. Li Man tidak mau karena itu ayah
kandungnya sendiri. Dia nggak tega.
Yi Cheng
menegaskan kalau dia seperti itu, ayah Li Man hanya akan menjadi-jadi. Apa dia
mau menjadi mesin ATM-nya seumur hidup! Kembali, dia malah berujar seolah
rendah diri.
--
Xiaoqi
mengajak Gu Mo bertemu di café terdekat. Tidak perlu basa-basi, dia memarahi Gu
Mo karena mengganggu hubungan percintaannya selama ini. Gu Mo beralasan kalau
dia hanya membantu Xiaoqi menyeleksi pasangan soalnya Xiaoqi begitu polos. Dia
nggak mau Xiaoqi terluka dalam percintaan. Xiaoqi nggak terima alasannya. Dia
sudah dewasa dan bisa menentukan dan bertanggung jawab sendiri. Akhir dari
pertemuan itu, Xiaoqi mendeklarasikan kalau mereka putus hubungan.
--
Lu Li
sangat galau dan ingin mengirimkan pesan pada Yi Cheng. Namun, ujung-ujungnya,
dia nggak mengirimkan pesan apapun lagi. Bukan hanya dia yang galau tapi juga
Renxun. Renxun menyesal karena sudah dikalahkan sebelum mulai berjuang. Dia
merasa rendah diri dan tidak pantas untuk Xiaoqi. Keduanya sekarang berada di
tahap merasa tidak level menghadapi saingan masing-masing yang terlalu hebat.
Bukan
hanya mereka yang mempunyai masalah, tapi juga Zhang. Dia mendapat telepon dari
putrinya dan itu berita buruk karena wajahnya langsung tegang dan langsung
mengambil izin pulang lebih awal.
Lu Li
pergi menemui Yi Ming untuk menyampaikan izin Zhang. Setelah itu, dia
berterimakasih karena mereka, dia merasa bahagia selama 2 hari. Dia sudah
memutuskan akan berjuang untuk mendapatkan hati Yi Cheng. Namun, dia juga tahu
kalau dia harus menyerah jika tidak kunjung mendapatkan hasil. Setidaknya, dia
akan menyerah dengan terhormat. Yi Ming jadi semakin mengaguminya yang begitu
berani maju dan tidak takut akan resiko yang ada dihadapannya.
Lagi
asyik berincang, malah muncul peringatan di komputer Yi Ming. Peringatan kalau
Zi Tong datang ke kantor. Yi Ming langsung kabur bersembunyi dan menitipkan
pesan pada Lu Li untuk bilang pada Zi Tong kalau dia sudah keluar dari tadi.
Wkwkwk.
Dan
seperti yang dipesankan oleh Yi Ming, Lu Li berbohong pada Zi Tong kalau Yi
Ming keluar sudah agak lama. Zi Tong jadi kesal karena Yi Ming tidak bisa
dihubungi juga, seolah menghindarinya. Ah, apa dia pergi dengan kakaknya? Lu Li
menjawab kalau dia sudah pergi dari pagi. Entah kemana. Zi Tong jadi kesal
karna kedua pria itu menghilang tanpa alasan. Ya udah, untuk meluapkan
kekesalan, dia mengajak Lu Li untuk pergi dengannya skearnag juga.
--
Yi Cheng
masih saja bersama Li Man. Dia menemani Li Man mengambil hasil visum dan juga
menyarankan memakai CCTV di rumah dan sekitarnya, agar jika ayahnya memukulinya
lagi, dia bisa mempunyai bukti. Bukti-bukti itu bisa digunakan untuk mengancam
ayahnya agar tidak macam-macam lagi jika tidak ingin dilaporkan. Li Man
berterimakasih tapi kembali bicara seolah dia itu lemah dan hanya bisa
bergantung pada Yi Cheng.
Dan
ujung-ujungnya, dia bilang ingin berteman lagi. Yi Cheng tidak mengiyakan dan
hanya bilang akan mengantarkannya pulang. Li Man tidak mau dengan alasan takut
dan mengajak Yi Cheng makan bersama. Anggap saja sebagai tanda terimakasihnya.
Untuk kali ini, Yi Cheng setuju. Hal yang membuat Li Man semakin merasa punya
kesempatan.
--
Zi Tong
mengajak Lu Li ke mall. Mereka akan meluapkan emosi dengan berbelanja. Setelah
puas berbelanja, Zi Tong jadi merasa lebih lega. Sementara Lu Li, dia tidak
berbelanja sama sekali dan hanya menemani Zi Tong mencobai barang. Tidak lupa,
kalau berbelanja, harus mengambil foto selfie.
Di saat
asyik selfie, Zi Tong tanpa sengaja melihat kakaknya dan Li Man. Mereka akan di
mall. Untungnya, Lu Li tidak melihat. Dia langsung mengajak Lu Li menyudahi
berbelanja dengan alasan lelah.
Dia
mengantarkan Lu Li sampai ke rumah dan ingin mampir juga. Lu Li agak cemas
mengizinkannya masuk karena takut ketahuan kalau dia dan Yi Cheng tidur di
kamar terpisah. Makanya, dia mengawasi Zi Tong dengan ketat agar tidak
berkeliaran di dalam rumah. Saat Zi Tong ke kamar mandi, dengan cepat dia
memindahkan beberapa helai bajunya ke kamar Yi Cheng. Setelah itu, dia baru
berani mengizinkan Zi Tong masuk ke kamar Yi Cheng.
Saat
melihat piyama Lu Li, Zi Tong memberikan komentar yang sama seperti Yi Cheng.
Piyamanya terlihat seperti baju anak SD. Benar-benar kakak beradik. Saat Zi
Tong menanyai kenapa isi lemari baju Yi Cheng hanya baju Yi Cheng, Lu Li
menjawab kalau mereka meletakkan baju secara terpisah karna Yi Cheng kan tidak
suka barangnya di sentuh. Untunglah Zi Tong percaya. Agar Zi Tong nggak
bertanya lagi, dia mengajaknya bermain game.
Lu Li
juga berusaha mengusir Zi Tong dengan halus, tapi Zi Tong tidak mau pulang. Dia
masih ada urusan dengan kakaknya.
Mencintai diam-diam itu
sama seperti merebus obat herbal. Setiap hari harus menderita berulang kali.
Namun, sepahit apapun obat itu, bisa ditawarkan hanya dengan manisnya sebutir
gula batu.