Sinopsis C-Drama : Cute Programmer Episode 08

 


Sinopsis C-Drama : Cute Programmer Episode 08




Yi Cheng bingung tanpa ingat apa yang sudah terjadi kemarin. Dia hanya bingung kenapa tertidur masih menggunakan kemeja? Meski begitu, dia nggak ambil pusing dan segera bersiap menuju kantor. Dia juga nggak merasa aneh saat Zi Tong tiba-tiba saja mengukur badannya dan bilang mengambil cuti sehari karna harus mempersiapkan jas Yi Cheng. Yi Cheng kira Zi Tong hanya sedang usil saja seperti biasanya.


Tapi, dia mulai bingung saat ibunya tiba-tiba membahas penyewaan hotel dan memintanya untuk memilih hotel. Emangnya mereka akan mengadakan perjamuan?

“Betul. Untuk resepsi pernikahan,” jawab Ny. Cheng, bahagia.

Yi Cheng langsung tersenyum lebar mengira Zi Tong dan Yi Ming akan menikah. Zi Tong menjawab kalau bukan sekarang, tapi cepat atau lambat dia pasti akan menikahi Yi Ming. Oh, kalau begitu apa peringatan pernikahan orang tuanya? Tapi, kan peringatan 30 tahun pernikahan mereka harusnya tahun depan?


“Anak bodoh. Ini bukan peringatan pernikahan kamk. Ini resepsi pernikahanmu.”


“Jiang Yi Cheng, selamat atas pernikahanmu,” ikut-ikutan Zi Tong.



Jelas shock lah Yi Cheng. Apalagi saat tahu dia akan menikah dengan Lu Li! Ny. Cheng malah dengan sikap sok polos, membahas kalau Yi Cheng kemarin memeluk Lu Li dan bermesra-mesraan dengannya di hadapan para orang tua. Jadi, Yi Cheng harus bertanggung jawab. Yi Cheng mulai sadar kalau ada yang nggak beres! Kenapa dia bisa mabuk kemarin malam, padahal yang diminumanya adalah arak buah?! Ah, Zi Tong pasti telah mencampurkan arak putih ke minumannya untuk menjebaknya!

Zi Tong nggak bisa mengelak lagi dan berbohong kalau dia hanya menambahkannya sedikit. Ny. Cheng juga mengakui kalau dia yang memerintahkan Zi Tong melakukannya. Makin marahlah Yi Cheng karena ibunya sendiri menjebaknya hanya karena dia ingin menikah!

“Aku menyukai Lu Li.”

“Kalau kau menyukainya, kau nikahi saja dia,”balas Yi Cheng, jengkel.



Pas sekali ayah baru keluar dari kamar dan mendengar jawabannya. Dia langsung menegur Yi Cheng karena cara bicaranya tidak sopan pada Ibu. Zi Tong juga langsung kabur dengan dalih mau menjemput jas. Yi Cheng meminta bantuan ayahnya untuk membantunya menasehati Ibunya. Hanya karna Ibunya menikahi Lu Li, ibunya sampai menjebaknya untuk menikahi Lu Li. Bahkan jika mereka pacaran, tidak mungkin mereka berencana secepat ini untuk menikah. Nah, ini mereka bukan kekasih sama sekali!


tn. Jiang yang terlalu memanjakan Ny. Cheng, tidak mau mendengar keluh kesah putranya dan malah menyalahkannya karena sudah mencium Lu Li di kamar saat acara perjamuan! Mau ditaruh dimana muka mereka sebagai orang tua! Wajar jika Yi Cheng harus bertanggung jawab. Yi Cheng bisa mengerti kemarahan mereka mengenai itu dan dia akan pergi meminta maaf. Tapi, apakah mereka memutuskan pernikahan tanpa menanyai Lu Li? Meskipun dia bersedia, apa Lu Li mau?

“Aku sudah menanyakannya. Dia bersedia,” jawab Ny. Cheng.

Kagetlah Yi Cheng. Benar-benar nggak terduga. Ayah dan Ibunya menjelaskan lebih rinci lagi kalau mereka sudah berdiskusi dengan orang tua Lu Li untuk memilih tanggal yang bagus untuk pernikahan. Dan yang harus mereka lakukan hanya mendaftarkan pernikahan dan masalah resepsi akan di bahas lagi nanti.

“Kuberitahu, aku tidak mau menikah!” tegas Yi Cheng dan langsung pergi.



Setelah Yi Cheng pergi, tn. Jiang baru berani bicara dengan istrinya. Dia juga merasa kalau masalah pernikahan itu terlalu terburu-buru. Menikah itu masalah besar dan bukankah lebih baik jika anak-anak sendiri yang memutuskannya. Dengan santai, Ny. Cheng menjawab, kalau dia menunggu hingga Yi Cheng bersedia menikah, dia sudah keburu tua dan tidak bisa menggendong cucu. Meski begitu, tn. Jiang tetap kurang setuju. Kalau mereka memaksa Yi Cheng menikah seperti ini, takutnya, Yi Cheng melampiaskan amarahnya pada Lu Li dan menyakiti anak gadis orang. Bukankah itu tidak baik?


“Aku tahu anakku. Dia itu hanya tidak mau mengakuinya. Perhatikan saja, sewaktu kemarin Lu Li datang, matanya selalu terpaku pada gadis itu. Memangnya kapan kau pernah melihat anak kita begitu perhatian pada seorang gadis? Dia itu tidak menyadari perasaannya pada Li. Jika aku tidak membantunya, sulit baginya untuk keluar dari bayang-bayang kejadian tiga tahun lalu. Suamiku. Kau harus di pihak yang sama denganku dalam hal ini, tak boleh membuatku marah seperti anak kita itu.”

Setelah mendengar ucapan istrinya, tn. Jiang nggak membantah lagi. Dia langsung menurut. Ckckc.

--




Di Enchant Tech,

Zhang dkk mengadakan pesta perpisahan sederhana untuk Lu Li. Udah nyiapin kue dan nyanyi panjang lebar, Lu Li malah mengumumkan kalau dia tidak akan pergi hari ini. Mereka yah bingung, soalnya kalau menurut perhitungan ini adalah hari ke-7 dan Lu Li harus berhenti. Lu Li membenarkan tapi dia tidak mengundurkan diri. Zhang bertanya lagi, biar lebih jelas, apa Yi Cheng tidak jadi memecatnya?



Umur panjang. Yang dibicarakan baru saja tiba dan langsung menyuruh Lu Li untuk ikut dengannya. Yi Cheng nggak habis pikir dengan Lu Li yang mau menerima pernikahan. Meskipun Lu Li nggak mau berhenti dari perusahaan, tapi bukankah dia berkorban terlalu besar hanya untuk bisa bertahan? Untuk menjawab pertanyaan Yi Cheng, Lu Li memberikan laporan kecocokan mereka dari segi umur, zodiak, karakter, pekerjaan dan gologan darah yang telah dibuatnya semalaman. Dia juga menjelaskan kalau umur mereka terpaut 6 tahun dan cocok. Zodiak Yi Cheng adalah Leo dan zodiaknya adalah Virgo. Mereka juga sama-sama jurusan Ilmu Komputer dan bekerja di bidang yang sama, jadi tidak akan kehabisan topik obrolan.



Yi Cheng sampai kesal. Dia sekarang bukannya sedang bertindak sebagai pewawancara dan menginterview Lu Li. Dia menanyakan ini karena masalah pribadi. Berdasarkan perkataan Lu Li, dia bisa menyimpulkan kalau kecocokan mereka sangat tinggi. Tapi, apa itu bisa menjadi alasan mereka menikah? Kalau berdasarkan hal itu, maka Lu Li juga bisa menikah dengan Yi Ming. Ah, benar, dia kan masuk perusahaan ini juga karena Yi Ming.

“Dia hanyalah idola di bidang profesional,” jawab Lu Li.

Lu Li masih tetap mempertahankan kebohongannya bahwa dia menyukai Yi Cheng. Yi Cheng yang nggak peka dan nggak tahu apapun, merasa kalau Lu Li hanya ingin bertahan di perusahaan ini saja. Jadi, dia bilang tidak akan memecat Lu Li dan Lu Li bisa bilang sama Ibunya kalau dia menolak pernikahan ini.


“Aku membaca laporan yang mengatakan bahwa 45% perceraian disebabkan oleh hubungan ibu mertua dan menantu. Aku lihat bibi mudah diajak bergaul, ini juga alasan utama kenapa aku mau menikah denganmu.”

“Apakah kau menyukaiku?”

“Apakah dengan menyukaimu, aku boleh menikah denganmu?”

“Tentu saja tidak! Ada banyak orang yang menyukaiku, masa aku menikahi semuanya?” jawab Yi Cheng. Good point.


Wajah Lu Li langsung tegang. Yi Cheng tambah kaget, apa dia menebak benar, kalau Lu Li menyukainya? Lu Li langsung menyangkal dengan cepat. Dia beralasa kalau sulit mencari seseorang dengan kualifikasi yang sama seperti Yi Cheng. Ah, Yi Cheng makin bingung, kesal dan nggak habis pikir dengan logika Lu Li. Kalau Lu Li tidak menyukainya, kenapa tetap ingin menikah dengannya? Dia nggak peduli dengan logikanya dalam memahami hubungan antara cinta dan pernikahan, namun, menurutnya, cinta tidak bisa dipikirkan dengan logika, apalagi pernikahan. Jadi, dia tidak bisa mengiyakan pernikahan yang konyol ini!


“Oh ya, kemarin aku mabuk. Maafkan aku,” ujarnya tulus sebelum pergi.


Lu Li kecewa. Tapi hanya sebatas karena Yi Cheng sulit diyakinkan untuk mau menikah dengannya.

--


tn. Jiang mengajak Yi Cheng peduli di saat jam kerja sudah usai. Tapi, pertemuan itu bukan dalam rangka orang tua dan anak tapi antara investor dan orang yang menerima investasi. Yi Cheng sudah tahu arah pembicaraan tn. Jiang, jadi dia dengan tegas menolak untuk menuruti keinginan Ibunya.


Parah! tn. Jiang mengancam akan menarik investasinya dari perusahaan Yi Cheng yang baru saja berkembang dan berhasil mencapai BEP tahun lalu. Hanya untuk membuatnya mau menuruti keinginan Ny. Cheng dan menikahi Lu Li. Yi Cheng sangat kecewa. Apa ayahnya mau melihatnya tidak bahagia?

“Aku lebih tidak mau melihat istriku tidak bahagia karenamu.”

“Lalu, apakah kau tega melihat pernikahanku menjadi sebuah tragedi?”

“Ada gadis sebaik Lu Li yang bersedia menikah denganmu saja, kita sekeluarga sudah patut bersyukur. Asalkan kau tak berulah, tak aka terjadi tragedi.”



Yi Cheng yang sudah kesal, mengajukan pertanyaan konyol, jika dia dan ibunya jatuh ke air, siapa yang akan ayahnya tolong? Mendengar pertanyaan itu, tn. Jiang malah marah. Dari Yi Cheng masih kecil, dia sudah membawanya untuk belajar berenang, yah untuk menghindari pertanyaan seperti ini ketika Yi Cheng sudah dewasa. Tampaknya, sia-sia saja dia berusaha selama ini.

“Jadi, jika aku tidak menikah, kau akan menarik kembali investasinya?”

“Berdasarkan kesepakatan kontrak, aku bisa menarik investasiku lebih awal tanpa syarat.”

“Jika kau melakuannya, perusahaanku akan bangkrut. Ayah, bagaimanapun juga, seharusnya kau mengingat 28 tahun ikatan kita sebagai ayah dan anak ini.”


“Lalu, bagaimana dengan 30 tahun ikatan suami istri antara aku dan ibumu?” balas tn. Jiang.

“Apakah tidak ada cara lain?”

“Tentu saja ada. Makanya, aku memberimu pilihan sekarang. Namun, kau perlu ingat, begitu kau memutuskan pilihan, kau harus bertanggung jawab hingga akhir. Apakah kau mengerti? Pikirkan baik-baik.”


Dan entah apa yang dipikirkan oleh Yi Cheng, begitu selesai bicara dengan ayahnya, dia mengajak Lu Li ikut bersamanya ke suatu tempat.



Dia membawanya ke arena kolam renang. Dia masih ingat kalau Lu Li takut ketinggian dan ingin menggunakan hal itu untuk melihat ketulusan Lu Li untuk menikah dengannya. Dia ingin Lu Li melompat dari papan loncat yang paling tinggi. Untuk berjalan hingga ke ujungnya saja Lu Li sudah kesulitan. Namun, Yi Cheng dengan tegas menyuruhnya melompat. Dia tahu kalau Lu Li bisa berenang dan ini juga papan loncat indah, jadi tidak akan ada masalah. Atau, dia ingin menyerah?


“Kau juga bisa memilih untuk tidak melompat,” ujar Yi Cheng, santai dan berjalan turun. Dia mengira Lu Li akan menyerah.

Yi Cheng juga nggak berharap Lu Li melompat. Ini hanya cara untuk menakutinya. And… mana dia sangka kalau Lu Li begitu nekat hingga berani melompat dari sana. byuur!


Suara orang tercebur membuat Yi Cheng panik dan langsung ikutan melompat. Dia takut kalau Lu Li kenapa-kenapa.


“Apakah kau telah merasakan ketulusanku sekarang?” itu yang pertama kali Lu Li tanyakan setelah naik dari air.


“Kau menang. Ayo kita menikah.”


Kalimat yang sangat diharapkan oleh Yi Cheng. Tapi, kenapa Yi Cheng tiba-tiba saja bersedia? Yi Cheng menjawab kalau dia hanya setuju dengan pemikiran Lu Li saja. Namun, dia mau mereka mendiskusikan beberapa persyaratan dulu, baru menikah. Pertama, setelah setahun menikah, jika ada seseorang diantara mereka ingin bercerai, pihak lain harus menyetujuinya tanpa syarat. Kedua, mereka harus menyembunyikan hubungan mereka terutama di kantor. Ketiga, tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak lain dan harus menandatangani perjanjian pranikah. Selain itu, isi perjanjian tidak boleh diketahui oleh orangtua masing-masing.


Dan semua syarat itu disetujui oleh Lu Li tanpa sepatah katapun negosiasi. Yi Cheng sampai heran dengan cara pikir Lu Li. Dan demi keadilan, dia meminta Lu Li juga menyebutkan syaratnya.

“Aku ingin terus bekerja di perusahaan.”

“Begitu saja?”

“Iya, begitu saja.”


Yi Cheng kelihatan nggak percaya. Tapi, wajah Lu Li sangat serius. Dan untuk menandai kalau mereka setuju dengan syarat masing-masing, Lu Li mmengajak Yi Cheng untuk melakukan pinky promise. Yi Cheng awalnya menolak karena itu kekanak-kanakan, tapi pada akhirnya dia melakukannya juga. Dengan sedikit senyuman.



Dan akhirnya, mereka menikah dan mendaftarkannya secara resmi. Pernikahan tanpa pesta. Hanya keluarga Yi Cheng dan Lu Li yang membagikan souvenir di depan gedung pendaftaran pernikahan kepada para pengunjung yang keluar masuk. Lu Li kelihatan bahagia saat menerima buku nikahnya dengan Yi Cheng.



Setelah semua proses pendaftaran nikah sudah selesai, Lu Li telah resmi menjadi menantu keluarga Jiang. Ny. Cheng yang kelihatan paling bahagia dengan pernikahan tersebut. 



Dia juga ingin mereka mengadakan perjamuan keluarga di hotel. Sayangnya, Yi Cheng menolak dengan alasan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Orang tua Lu Li dan orangtuanya jelas tidak suka dengan penolakannya. Lu Li juga bisa merasakan hal itu, jadi dia segera membantu Yi Cheng dengan bilang kalau dia juga mau pulang ke rumah untuk menyusun para pindahan. Bagaimana kalau mereka makan bersama lain hari?



Yi Cheng bingung, pindahan apa? Ny. Cheng yang menjawab pertanyaannya. Lu Li akan pindah ke apartemen Yi Cheng. Mereka kan sudah menikah, tidak mungkin tinggal terpisah. Yi Cheng nggak tahu sama sekali mengenai hal ini dan hendak mengajukan keberatan, tapi nggak dikasih kesempatan bicara. Yang ada, dia disuruh membantu Lu Li pindahan. Tentu saja, dengan sedikit kode ancaman dari ayahnya. Sebelum pergi, Zi Tong menyuruh Lu Li untuk mengambil souvernir permen yang dibagikannya dan semoga cepat punya anak.




Hm, sepertinya, Yi Cheng memang ada sedikit rasa sama Lu Li, seperti yang Ny. Cheng katakan, tapi dia nggak menyadarinya. Buktinya,dia selalu saja kesal jika Lu Li berhubungan dengan Yi Ming. Seperti sekarang, saat Lu Li mendapat telepon dari Yi Ming yang ingin memperkenalkannya ke perusahaan lain karena mengira dia di pecat. Lu Li memuji Yi Ming sebagai orang yang sangat baik. Yi Cheng jadi kesal dan membalas harusnya dia meminta Yi Ming saja yang membantunya pindahan. Melihat reaksinya, ada sedikit perasaan senang di hati Lu Li.


Yi Cheng memberitahu Lu Li kalau nanti Lu Li akan tinggal di kamar tamu dan tidak boleh sembarangan memindahkan barangnya. Lu Li setuju-setuju saja.



Lu Li hanya membereskan barang-barangnya yang ada di tempat Xiaoqi. Xiaoqi saja baru tahu kalau Lu Li sudah menikah. Sebenarnya, Lu Li udah bilang kemarin malam, tapi Xiaoqi mengiranya hanya sedang melantur. Mana ada pernikahan kilat begini. Apa Lu Li benar-benar sudah memikirkannya dan tidak akan menyesal? Lu Li mengiyakan dengan yakin.


Xiaoqi hanya bisa mengucapkan selamat atas pernikahannya dan mendukungnya sebagai teman. Mereka adalah sahabat dekat dan sudah lama tinggal bersama, jadi ketika harus berpisah seperti ini, tentu saja ada perasaan sedih.

--


Yi Cheng kerja lembur. Tapi, pikirannya nggak bisa fokus sama sekali. Dia menyakinkan diri kalau Lu Li kan bukan harimau,jadi untuk apa takut padanya? Bukankah rumahnya hanya bertambah anggota, jadi untuk apa takut! Setelah menyakinkan diri, Yi Cheng baru berani pulang.



Saat dia sampai di rumah, rumah dalam keadaan gelap gulita. Yi Cheng jadi ragu, apa Lu Li tidak jadi pindah hari ini? Umur panjang. Lagi dipikirkan, Lu Li keluar dari kamar tamu dengan memakai piyamanya yang berupa kaos dan celana panjang. Dengan ramah, dia menyapa Yi Cheng.


Bukannya membalas sapaan Lu Li, dia malah mengomentari cara berpakaian Lu Li yang seperti anak SD. Lu Li tidak merasa tersindir, malah menjelaskan kalau bajunya itu dibelinya sewaktu SMA dan kualitasnya bagus jadi dia sering memakainya.  

“Apakah kau udah selesai pindahan?”

“Em.”

“Lalu, kenapa lampu ruang tamu tidak dinyalakan?”

“Bukankah kau yang bilang, tidak membiarkanku menyentuh barang apapun di rumahmu?”


Yi Cheng langsung nanya lagi, kalau dia begitu patuh, kenapa saat dia suruh mengundurkan diri nggak mau? Lu Li hanya diam dan menundukkan kepala. Yi Cheng nggak mendesaknya untuk menjawab dan menyuruhnya untuk istirahat. Usai mengatakan itu dengan gaya sok cueknya, Yi Cheng masuk ke kamarnya.



Sementara Lu Li, dia nggak masuk ke kamar tapi pergi ke dapur. Dia hendak memasak makan malam. Tadi dia begitu sibuk membereskan koper dan nggak sempat makan. Suaranya yang memasak di dapur, kedengaran sama Yi Cheng yang sudah siap mandi dan hendak tidur. Makan malam yang disiapkan oleh Lu Li adalah mie instan. Dia memasak dua bungkus dan menawarkan Yi Cheng untuk makan bersamanya.


Yi Cheng dengan gaya somnbong menjawab kalau dia nggak makan makanan instan seperti itu dan dia juga nggak lapar. Sayangnya, perut nggak sejalan dengan otak. Maunya sok keren, tapi perutnya malah berbunyi kelaparan. Alhasil, dia memutar kata-katanya dengan perkataan kalau nggak baik menyia-nyiakan makanan dan akan membantu Lu Li menghabiskannya.

“Apakah kau sangat suka makan tumis udang?” tanya Lu Li, di sela-sela makan.


Yi Cheng kaget karena Lu Li tahu. Lu Li menjawab kalau dia memperhatikannya saat mereka makan bersama dulu. Tahu begitu, dia pasti akan membeli udang. Yi Cheng nanya untuk memastikan, apa dia masih mau masak lagi? Lu Li mengiyakan. Ini adalah makan malam pertama mereka setelah menikah, jadi dia harap bisa makan makanan yang enak untuk memperingatinya.


Yi Cheng grogi dengan jawaban Lu Li. Saking groginya, dia beralasan ngantuk dan langsung kembali ke kamar.


Inilah malam pertama mereka sebagai suami istri.


Pagi tiba. Mungkin karna menikah terlalu mendadak dan belum terbiasa, atau masih setengah mengantuk, Lu Li tidak mengunci pintu kamar mandi. Yi Cheng juga dengan santai masuk ke kamar mandi, menyapa Lu Li dan pipis. Lu Li yang sedang sikat gigi pun dengan santai menjawab.

Setelah sedetik, keduanya baru tersadar dan langsung berteriak histeris. Yi Cheng langsung kabur keluar sementara Lu Li cepat-cepat menyelesaikan sikat giginya.



Setelah semua selesai dengan aktivitas pagi masing-masing, mereka berkumpul di meja makan. Yi Cheng memberikan perjanjian nikah yang harus mereka tandatangani. Isinya sesuai dengan apa yang mereka bicarakan waktu sebelum menikah di kolam renang dan dibagian belakang, dia menambahkan aturan tinggal serumah. Aturannya, tidak boleh bersuara keras di dalam rumah, tidak boleh ada suara setelah jam 11 malam, tidak boleh memelihara hewan yang berparuh, tidak boleh makan makanan yang terlalu berbau di rumah. Jika terjadi perselisihan, tidak boleh menghancurkan barang, tidak boleh memukul orang, tidak boleh memukul kaca dan tidak boleh berteriak keras. Semua pengeluaran untuk tagihan air dan listrik di rumah akan ditanggung olehnya. Dan supaya adil, Lu Li yang akan melakukan semua pekerjaan umum. Area umum seperti ruang tamu, dapur dan toilet. Tidak diizinkan memakai pakaian yang terlalu teruka. Kamar tidur tergolong ruang pribadi dan ruang pribadi adalah yang paling suci dan tidak boleh dimasuki. Jadi, jika ada yang melanggar aturan, akan dikenai hukuman. Hukumannya masih belum dipikirkan, nanti baru dibahas kalau ada yang melanggar. Dan satu lagi, pintu harus dikunci saat masuk ke kamar mandi.


Woah, panjang benar aturannya. Lu Li sampai lelah mendengarnya. Setelah mendengarkan, dia meminta tambahan satu aturan lagi. Kan Yi Cheng sudah membayar smeua pengeluaran rumah, jadi dia ingin menjadi yang bertanggung jawab memasak. Jadi, mereka bisa makan bersama ke depannya.


“Tidak bisa. Ibuku pernah bilang, kau sama sekali tidak bisa masak. Aku tak bisa menyiksa diriku bahkan dalam urusan makan,” tolak Yi Cheng.

Lu Li kecewa. Tapi, emang benar dia nggak bisa masak. Setelah semua dibicarakan, mereka menadantangani perjanjian itu.



Yi Cheng ternyata cukup baik. Mereka pergi bersama ke kantor dan menurunkan Lu Li dekat kantor, agar tidak kentara kalau mereka pergi bersama. Saat tiba di kantor, Zhang dkk bertepuk tangan menyambutnya. Mereka tidak menyangka kalau Lu Li berhasil bertahan soalnya kemarin Lu Li kan nggak masuk. Lagi asyik berbincang, Yi Ming memanggilnya untuk ke ruangannya.



Yi Ming ternyata sama penasarannya dengan yang lain, gimana cara Lu Li bisa merubah keputusan Yi Cheng? Lu Li menjawab kalau ibunya dan ibu Yi Cheng teman SMA. Dia juga baru tahu belakangan ini. Yi Ming sampai kaget ada kebetulan seperti ini. Walau begitu, selamat berhasil bertahan. Lu Li juga berterimakasih karena bantuan Yi Ming dan berniat mentraktirnya makan. Yi Ming menerimanya, tapi dia tidak ingin traktiran melainkan makanan buatan Lu Li sendiri. Lu Li memberitahu kalau dia nggak bisa masak, tapi dia bisa menyiapkan sarapan, soalnya lebih simple.



Saat jam makan siang, Lu Li tidak ikut makan dengan koleganya karena dia sudah memesan makanan pesan antar. Dia ingin makan bersama Yi Cheng. Tapi, Yi Cheng panik saat Lu Li mendadak ke ruangannya dan mengajak makan bersama. Dia kan sudah memperingati agar menjaga jarak darinya saat di kantor. Kalau kelihatan yang lain, bagaimana? Lu Li nggak ambil pusing dan menjawab, kalau kelihatan, yah tinggal bilang aja lagi ngerjain laporan bersama. Eh, benar juga. Yi Cheng baru tersadar akan hal itu.


Meski begitu, Yi Cheng tetap menolak makan bersama. Lu Li nggak mau nyerah dan ngajak untuk main batu gunting kertas. Kalau dia menang,Yi Cheng harus makan siang bersamanya seterusnya. Dan kalau kalah, Yi Cheng mau Lu Li berhenti mengganggunya. Deal! Permainan di mulai.



Cara bermain Lu Li sangat unik. Dia melempar pilihannya sambil memalingkan wajah. Dia mengeluarkan gunting, sementara Yi Cheng belum mengeluarkan apapun. Masih menggenggam tangan, yang artinya batu. Dia bisa aja bermain curang, tapi kelihatannya Lu Li sangat ingin makan bersamanya, jadi dia mengeluarkan kertas. Tentu saja, Lu Li amat sangat senang. Yi Cheng juga berakting seolah kaget karena Lu Li menang.


Lu Li sudah langsung merencanakan makanan besok. Dia bilang kalau Yi Cheng bisa bilang padanya dulu mau makan apa. Atau, kalau dia mau hal lain, dia juga bisa mengabulkannya. Asalkan jelas dan teknologi bisa mewujudkannya, dia bisa melihatnya. Ya udah, Yi Cheng minta biar bisa melihat kembang api.

“Tak boleh menyalakan kembang api di area dalam kota.”

“Lihatlah. Kubilang juga apa. Jangan membual,” jawabnya, tersenyum.

Melihat senyumannya saja, sudah membuat Lu Li bahagia.



Lu Li benar-benar mau mengabulkan keinginan Yi Cheng. Bisa-bisanya dia kepikirkan mengirimkan Yi Cheng email yang berisi animasi kembang api di langit gelap. Sontak saja, senyum lebar mengembang di wajah Yi Cheng. Tentu saja dengan sedikit dumelan, bukannya bekerja dengan serius selama jam kerja malah membuat hal tidak jelas begini. Walau begitu, dia akui dia kalah. Dia juga mulai menantikan untuk makan bersama Lu Li.


Banyak hal di dunia ini yang sama seperti bug yang bisa terjadi secara tak terduga. Namun, selama kau memperhatikannya dengan sungguh, kau akan sadar, sebenarnya 90% dari semua hal, semua terdapat niat baik tersembunyi yang bisa dilacak.

Post a Comment

Previous Post Next Post