Ai Qing
: Aku punya lebih banyak mimpi sejak kami pindah ke kota ini
“Ai Qing,” panggil Wei Wen. Mendengar
panggilan itu, Ai Qing berbalik menatap Wei Wen dan tersenyum lembut kepadanya.
“Ayo pulang,” ajak Wei Wen.
Didalam mobil. Wei Wen mengingatkan Ai Qing
untuk jangan lupa minum obat, dan Ai Qin mengiyakan dengan lembut.
Berita : Seorang pria telah meninggal karena jatuh di
Distrik Xihu. Tidak jelas bagaimana kecelakaan itu terjadi. Polisi sedang
melakukan penyelidikan lebih lanjut di tempat kejadian.
Wartawan Lan Bin datang ke tempat kejadian
untuk mengambil foto korban. Lalu dia pergi mengunjungi rumah korban yang
berada dilantai atas gedung. Dan disana dia melihat foto keluarga korban.
Melihat itu, dia memotretnya.
Lalu tiba- tiba saja dari belakang seseorang
datang dan memukul kepalanya.
Sesampainya Ai Qing dirumah mertuanya, Nyonya
Hong, dia merasa agak tidak nyaman, jadi dia pamit untuk beristirahat duluan.
Malam hari. Wei Wen membawa Ai Qing ke rumah
temannya, tapi disana, saat mereka mengobrol, Ai Qing hanya tersenyum dan diam
saja seperti melamun. Ketika Ai Qing tidak merespon, Wei Wen pun memanggilnya,
lalu Ai Qing tersadar dan tersenyum menanggapi obrolan mereka.
Kemudian tiba- tiba dibawah meja, anak teman
Wei, Ya Ya menyentuh kaki Ai Qing, membuat Ai Qing langsung terlonjak terkejut.
Lalu Wei Wen membawa Ya Ya keluar dari bawah meja dan bermain- main dengannya.
Melihat itu, Ai Qing tersenyum kecil. Lalu
perlahan, pandangannya menjadi agak kabur dan dia merasa tidak nyaman. Jadi
diapun pamit ke kamar mandi.
Didalam kamar mandi. Ai Qing buru- buru
meminum obat yang dibawanya. Lalu dia mencuci wajahnya. Dan saat dia menatap ke
cermin, dia melihat bayangan dirinya tersenyum aneh dan mengerikan. Melihat itu,
dia sangat ketakutan dan panik. Saking paniknya, dia jadi tidak bisa membuka
pintu dan keluar.
Wei Wen kebetulan datang ke kamar mandi untuk
memeriksa Ai Qing, dan saat dia mendengar suara Ai Qing kedengaran agak aneh,
dia membuka pintu kamar mandi. Lalu dengan heran, dia bertanya, ada apa.
“Apakah kamu baik- baik saja?” tanya Wei Wen,
perhatian.
“Aku tidak enak badan. Mungkin efek samping
dari obat kesuburan,” jawab Ai Qing, menjelaskan sambil mencoba untuk terlihat
baik- baik saja. “Aku ingin pulang dan beristirahat,” pintanya.
“Oke. Aku akan pergi dan memberitahu mereka,”
kata Wei Wen, mengerti.
Saat Lan Bin terbangun, dia merasa agak
bingung, lalu dia menatap, pacarnya, Huang Ling yang duduk disebelah tempat
tidurnya.
“Aku sudah bilang untuk berhati- hati dengan
pekerjaan ini,” keluh Huang Ling, ketika Lan Bin sudah terbangun.
“Aku mendapat beberapa foto eksklusif!” balas
Lan Bin. Lalu seperti teringat sesuatu, dia langsung bangkit. “Dimana kamera
ku?” tanyanya.
“Ada disini,” tunjuk Huang Ling. Dan melihat
kameranya, Lan Bin merasa lega.
“Foto foto didalamnya bisa menjadikanmu
istriku,” kata Lan Bin dengan bangga. Dan Huang Ling tersenyum, lalu memukul
kepala Lan Bin dengan pelan.
Pagi hari. Ai Qing memasak sarapan, lalu
menghidangkan diatas meja. Disaat itu, Nyonya Hong melihat ada luka dilengan Ai
Qing yang ditutupi plester, dan dengan perhatian dia bertanya. Dan Ai Qing
beralasan bahwa dia tidak sengaja terbakar saat memasak tempo hari.
Kemudian Nyonya Hong membahas tentang
mengadopsi anak. Dia sudah meminta Dewi Pengirim Bayi, Dewi bilang mereka butuh
primer (anak pancing) untuk memiliki keturunan sendiri. Dan Ai Qing merasa agak
ragu, karena mengadopsi anak adalah hal yang besar. Tapi Nyonya Hong
menyuruhnya untuk jangan khawatir. Jadi Ai Qing pun tidak bisa menolak.
Selesai sarapan, Ai Qing mengurung diri
dikamar mandi. Dia merasa agak tidak nyaman. Lalu Wei Wen datang dan berbicara
dari luar.
“Ai Qin, ibu hanya ingin punya cucu,” kata
Wei Wen, menjelaskan, supaya Ai Qing bisa lebih mengerti. “Ayah meninggal
sebelum pernikahan kita. Dan kesehatan Ibu semakin buruk,” jelasnya.
Mendengar itu, Ai Qing diam. Raut wajahnya
berubah agak mengerikan, dan dia memegang pergelangan tangannya dengan erat
sambil menarik nafas untuk menenangkan dirinya sendiri.
Ai Qing, Wei Wen, dan Nyonya Hong, pergi ke
panti asuhan. Mereka menemui kepala sekolah, Tuan Chen, dan membahas bahwa
mereka ingin mengadopsi anak. Namun tiba- tiba Ai Qing merasa agak tidak
nyaman, jadi diapun pamit untuk ke kamar kecil sebentar.
“Nona Hong, apakah kamu tahu jalannya? Jangan
tersesat ya,” kata Tuan Chen. Dan Ai Qing tersenyum mengiyakan.
Keluar dari kamar kecil, Ai Qing melihat
seorang anak berlari melintas. Dan saat dia keluar untuk melihat, anak tersebut
tidak terlihat dimanapun. Lalu tiba- tiba air kran menyala sendiri. Dan
walaupun merasa terkejut serta bingung, Ai Qing tetap mematikan air kran itu.
Setelah dari kamar kecil, Ai Qing masuk ke
dalam gedung panti dan menaiki tangga. Lalu dia melihat kamar anak- anak
disana. Karena merasa penasaran, diapun masuk dan melihat- lihat. Disalah satu
kasur, Ai Qing menemukan gambar yang agak aneh. ‘Ayah adalah orang jahat’.
“Permisi,” panggil seseorang dari belakang,
mengejutkan Ai Qing. “Saya Zhao. Apakah Anda Nona Hong?” tanyanya dengan sopan.
“Iya. Maaf, saya pergi ke kamar kecil
barusan. Belum lama aku, aku disini,” kata Ai Qing, menjelaskan.
“Haha… biarkan aku membawamu ke kantor,” ajak
Zhao.
Dikantor kepala sekolah. Tuan Chen
memperkenalkan Zhao kepada semuanya, Zhao adalah pekerja sosial baru ditempat
mereka. Lalu Nyonya Hong dan Wei Wen memperkenalkan seorang gadis kecil,
bernama Xin Xin, kepada Ai Qing. Mereka menjelaskan bahwa mereka merasa
tertarik kepada Xin Xin, dan Xin Xin juga pintar serta berperilaku baik. Ibu
Xin Xin menghilang. Ayah dan adiknya meninggal. Jadi Xin Xin termasuk gadis
yang malang. Jadi mereka mau mengadopsi Xin Xin. Dan Ai Qing sama sekali tidak
ada penolakan.
Ai Qing mengunjungi seorang psikiater. Dia
menceritakan bahwa dia ada mengadopsi anak, dan itu adalah perbuatan baik
seperti kata mertuanya. Namun dia punya lebih banyak mimpi, sejak dia pindah ke
kota ini. Kebanyakan mimpi buruk. Dalam mimpi, dia kembali ke rumah masa
kecilnya. Dia tidak tahu mengapa dia bermimpi seperti itu. Dan sebenarnya,
menurut dia, tempat baru ini sangat bagus, tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tapi
mungkin karena terlalu bagus, jadi dia merasa ini tidak cocok untuknya. Dia
merasa seperti, dia tidak pantas disini.
“Menurut catatan medis Anda, saya tidak
setuju dengan dokter Anda sebelumnya bahwa Anda barusaja mengalami gangguan
depresi dan kecemasan,” kata Dokter.
Zhao mengantarkan Xin Xin ke rumah Hong. Dan
dengan ramah, Wei Wen sekeluarga menyambut kedatangan Xin Xin dengan hangat.
Lalu Nyonya Hong menyuruh Ai Qing untuk membawa Xin Xin ke atas serta tukarkan
baju lama Xin Xin.
“Perlahan saja.
Seorang anak membutuhkan rasa aman ditempat baru,” kata Zhao, mengingatkan Nyonya Hong supaya tidak perlu
terlalu buru- buru.
“Apa yang tidak
aman sejak kami sudah menyiapkan segalanya untuknya?” balas Nyonya Hong sambil tersenyum.
“Jika Anda memiliki
pertanyaan…” kata Zhao dengan
hati- hati.
“Jangan khawatir,” sela Nyonya Hong. “Saya akan menghubungi Tuan Chen secara
langsung,” jelasnya.
Ai Qing kemudian membawa Xin Xin ke lantai
atas, tapi saat menaiki tangga Xin Xin tiba- tiba berhenti berjalan. Dan saat
Ai Qing sadar kenapa, dia mengambilkan sepasang sandal rumah baru untuk Xin
Xin.
Kemudian Ai Qing membawa Xin Xin ke dalam kamar baru Xin Xin. Namun karena merasa agak canggung dan tidak tahu harus berinteraksi bagaimana dengan Xin Xin, maka setelah Ai Qing membawa Xin Xin ke dalam kamar, dia pamit dan pergi.