Dokter : Anda
melihat diri Anda seolah- olah itu orang lain dan kehilangan rasa realitas.
Anda merasa menyendiri. Ini semua adalah gejala gangguan disosiatif. Jadi saya
sarankan Anda mengurangi obat- obatan Anda sebelumnya.
Ai
Qing menatap luka ditangannya, lalu menatap dirinya dicermin, lalu dia
mengambil obat yang selama ini diminumnya. Dan dia meminum obat itu.
Saat
Ai Qing sudah selesai mandi, Wei Wen mendekatinya dan ingin bermesraan
dengannya. Dan Ai Qing membiarkan Wei Wen menyentuhnya sambil dia menekan luka
dipergelangan tangannya.
Sebelum
Wei Wen bisa melakukan lebih jauh, Ai Qing merasa dia ada mendengar suara Xin
Xin. Jadi dia keluar dari kamar untuk memeriksa. Dan Wei Wen merasa sangat
tidak puas sekali.
Ai
Qing berjalan menuruni tangga dan pergi menuju ke kamar Xin Xin. Saat sampai
dikamar Xin Xin, ternyata Xin Xin tidak ada. Diatas tempat tidur hanya ada
bantal dan guling yang ditutupi dengan selimut.
Saat
Ai Qing memeriksa, dia menemukan bahwa ternyata Xin Xin tidur didalam lemari
baju. Dan Ai Qing pun mengendongnya ke tempat tidur serta menyelimuti nya. Lalu
dia pergi.
Saat
Ai Qing pergi, Xin Xin bangun dan membuka matanya.
Dihari
pertama Xin Xin bersekolah, Zhao datang untuk melihat keadaannya. “Xin Xin, malam
pertamamu ditempat baru, oke?” tanyanya dengan
lembut dan perhatian kepada Xin Xin. Dan Xin Xin menganggukkan kepalanya.
“Tentu saja, dia
jauh lebih baik daripada dipanti asuhan!” kata Nyonya Hong dengan bangga.
“Hai, Xin Xin,
selamat datang disekolah Wenxi Int’l. Saya Huang Ling, wali kelasmu,” sapa Huang Ling
dengan ramah.
Kemudian
Nyonya Hong berniat untuk menenami Xin Xin masuk ke sekolah, tapi seorang
satpam menghentikan mereka. Lalu Huang Ling pun menjelaskan kepada Nyonya Hong
bahwa demi keselamatan murid, maka hanya murid dan staf sekolah saja yang boleh
masuk. Dan Nyonya Hong membalas bahwa dia adalah teman lama kepala sekolah
disini.
“Ma, tidak apa-
apa. Ini untuk keselamatan anak- anak. Sekolah punya alasan,” kata Ai Qing,
membujuk Nyonya Hong.
“Xin Xin, kamu
gadis yang hebat, kan? Ikut denganku,” kata Huang Ling sambil tersenyum dan mengulurkan
tangannya kepada Xin Xin.
Lalu
Xin Xin pun memegang tangan Huang Ling dan mengikutinya masuk ke dalam area
sekolah. Dan Zhao mengucapkan ‘dah dah’ kepada Xin Xin.
Diruang
staf. Lan Bin datang dan mengejutkan Huang Ling dari belakang. Dengan kesal,
Huang Ling mengomelinya. Lalu Lan Bin memberikan segelas kopi kepada Huang
Ling. Dan Huang Ling merasa curiga, kenapa Lan Bin tiba- tiba menjadi terlalu
baik, dia yakin pasti ada sesuatu. Dan kecurigaannya benar.
“Aku disini karena
kasus lompat bunuh diri. Apakah kamu ingat kasus itu?” tanya Lan Bin.
Dan Huang Ling mengiyakan. “Anak panti asuhan
yang baru saja diangkat datang ke sekolahmu. Namanya Hong Xin Xin.”
“Bagaimana kamu
tahu?” tanya Huang Ling,
terkejut.
“Tolong! Untuk
berita eklusifku,” pinta Lan Bin.
“Tidak bisa. Aku ‘kan sudah bilang,
sekolah ini sangat ketat, aku tidak ingin dipecat,” tolak Huang Ling.
Ketika
Xin Xin masuk ke dalam gedung sekolah, buku gambarnya dirampas dan lalu dia diejek.
Kemudian buku gambarnya dirobek serta dilemparkan padanya. Dan Xin Xin hanya
diam saja sambil menundukkan kepalanya. Lalu satpam sekolah datang, dan anak-
anak nakal tersebut langsung kabur.
“Membuat masalah
dihari pertama sekolah? Huh? Kembali ke kelasmu. Juga bersihkan sampahnya,” kata si satpam,
tanpa peduli sama sekali. Lalu dia pergi begitu saja.
Jam
belajar. Huang Ling memberikan tugas kepada murid- murid untuk menulis sebuah
karangan. Topiknya adalah potret keluarga. Dan mendengar itu, beberapa murid
menyindir bahwa keluarga Xin Xin pasti hantu, karena gambar Xin Xin sangat
jelek. Lalu mereka tertawa.
“Bersikap baiklah
pada Xin Xin,” kata Huang Ling,
memperingatkan.
Si
satpam berdiri diatas atap dan merokok. Lalu tiba- tiba saja dari belakang seseorang
mendorongnya.
Para
murid yang berada didalam kelas langsung heboh, ketika melihat ada seseorang
terjatuh dari jendela. Beberapa murid melihat keluar karena merasa penasaran,
dan beberapa murid lagi merasa ketakutan dan memeluk Huang Ling. Sedangkan Xin
Xin, dia bersikap cuek. Dia tetap duduk ditempatnya serta menggambar.
Ai
Qing mencari- cari obatnya, tapi ternyata semua obatnya yang berada dirumah
sudah habis. Dan diapun duduk termenung.
Saat
makan malam, Xin Xin sibuk menggambar, dan melihat itu Wei Wen bertanya, apa
itu. Lalu Xin Xin menjawab dengan singkat, “Penjaga kampus.”
“Penjaga kampus?” gumam Wei Wen,
tidak mengerti dengan arti gambar Xin Xin. “Ai Qing, ada yang terjadi disekolah hari ini?” tanyanya.
“Ketika saya pergi
untuk menjemputnya, saya mendengar bahwa penjaga kampus jatuh dari atap dan
mati seketika,” jelas Ai Qing,
menjawab.
Mengetahui
apa yang terjadi, Wei Wen mengira kalau Xin Xin merasa takut, makanya Xin Xin
menggambar penjaga kampus. Jadi dengan perhatian, dia mengajak Xin Xin untuk
tidur bersama malam ini. Tapi Ai Qing langsung menghentikan Wei Wen, sebab
mereka telah sepakat untuk tidak memanjakan anak. Namun Wei Wen merasa kalau
ini tidak termaksud memanjakan anak. Lalu dia membujuk Xin Xin untuk makan.
Tapi Xin Xin hanya diam saja dan terus mewarnai gambarnya.
Karena
Wei Wen tidak bisa bersikap tegas kepada anak, maka Ai Qing pun menjadi orang
tua yang harus bersikap tegas kepada anak. “Xin Xin, jangan letakkan papan diatas meja,” perintah Ai Qing.
Dan Xin Xin mengabaikannya. “Apakah kamu tidak
dengar? Kamu tidak diajarkan sopan santun dipanti asuhan?” tanyanya dengan
sikap keras.
“Tenang. Tidak
perlu meninggikan suara mu,” kata Wei Wen,
menghentikan Ai Qing.
Tanpa
mengatakan apapun, Xin Xin mengangkat buku gambarnya dan lalu tanpa sengaja dia
menyenggol piring nasi diatas meja, sehingga piring nasi itu pecah. Melihat
itu, Ai Qing teringat akan masa lalunya saat kecil dulu, saat dia dimarahi oleh
Ibunya, karena dia tidak sengaja memecahkan piring. Dan tanpa sadar, Ai Qing pun
memarahi Xin Xin seperti itu juga. Lalu Xin Xin pergi ke kamarnya dan tidak mau
makan.
“Apa yang kamu
lakukan? Ini hanya makan malam,” keluh Wei Wen,
kesal kepada sikap Ai Qing. Lalu diapun berhenti makan dan pergi juga.
Ai
Qing merasa menyesal dan terdiam.
Tengah
malam. Ai Qing datang ke kamar Xin Xin dan menyelimuti Xin Xin. Lalu dia
mendengar suara jendela yang terbuka karena angin, jadi diapun pergi dan
menutup jendela tersebut.
Kemudian
Ai Qing turun ke lantai satu, dan dia melihat ada cahaya didapur. Dia mengira
orang yang berada didapur adalah Wei Wen, jadi dia memanggilnya, tapi dia tidak
ada jawaban. Dan saat Ai Qing berjalan ke dapur, dia melihat bahwa ternyata
orang yang berada disana adalah Xin Xin.
Didepan
kulkas, Xin Xin berjongkok. Lalu saat Ai Qing mendekat, dia berbalik dan
menatapnya dengan wajah dipenuhi darah dan seekor ikan mentah di tangannya.
Ai
Qing tersentak dan terbangun dari mimpi buruknya. Dia berkeringat sangat banyak
sekali. Lalu dia bangun dan berdiri didepan jendela, dia menatap pemandangan
diluar untuk menenangkan dirinya.
Lan
Bin merasa curiga kalau kematian si satpam bukanlah kecelakaan, jadi dia
mengajak Huang Ling untuk menemaninya memeriksa atap sekolah. Dan Huang Ling
menolak serta menyuruh Lan Bin untuk pergi saja, karena dia masih harus
bekerja.
Huang
Ling kemudian melihat Ai Qing yang datang untuk
menjemput Xin Xin, dan dia mendekati Ai Qing serta mengobrol dengannya.
“Apakah Xin Xin sudah bisa berbaur di dalam
kelas dengan baik?” tanya Ai Qing dengan ramah dan perhatian.
“Dia baik- baik saja, tapi dia pendiam… juga Xin Xin tidak terlalu memperhatikan
kelas, malahan dia terkubur didalam gambarnya,” jawab
Huang Ling dengan jujur. Dan Ai Qing merasa khawatir. “Tolong jangan khawatir,” kata Huang Ling, menenangkan. “Hanya saja ada beberapa siswa… mereka mengolok- ngolok gambarnya. Namun
anak- anak diusia seperti ini, mereka memang `derung agak kasar,” jelasnya.
“Nona Huang, siapapun yang menggertak Xin Xin,
Anda harusnya menghukum mereka. Jika Anda tidak bisa melakukannya, saya akan
memikirkan caranya sendiri,” balas Ai Qing dengan sikap tegas.
Tepat disaat itu, Xin Xin keluar
dari dalam sekolah dengan kepala tertunduk. Dan Ai Qing pun pamit kepada Huang
Ling, serta membawa Xin Xin untuk pulang bersamanya.
Didalam mobil. Ai Qing mencoba
berkomunikasi dengan Xin Xin, tapi saat dia berbicara ataupun bertanya, Xin Xin
hanya diam saja dan fokus dalam menggambar.
Dirumah. Ai Qing melihat- lihat
gambar Xin Xin yang ada dikamar. Setiap gambar Xin Xin berwarna hitam dan
merah. Dan Ai Qing tidak mengerti arti gambar nya.
Lalu Ai Qing melihat lemari baju
Xin Xin terbuka sedikit, dengan penasaran, diapun mendekati dan membuka lemari
tersebut. Lalu disana dia menemukan, gambar dengan tulisan ‘Penjaga kampus itu orang jahat’. Melihat gambar itu, Ai Qing merasa ngeri
dan jatuh terduduk dengan lemas ditempat tidur dibelakangnya.
Ai Qing kemudian kembali ke dalam
kamar nya sendiri dan mencari- cari obatnya. Saat dia sudah menemukan botol
obatnya, dia duduk dengan lemas dan menarik nafas dalam- dalam. Lalu tanpa
sengaja botol obat yang dipegangnya jatuh dan mengelinding ke bawah tempat
tidur.
Ai Qing pun lalu menunduk dan
mengulurkan tangannya ke bawah tempat tidur untuk mengambil botol obatnya, dan
disaat itu dia melihat wajah hantu yang sangat menakutkan sekali. Dan dengan
ngeri, dia menjerit keras.