Wei Wen pulang dan membangunkan
Ai Qing. Lalu saat Ai Qing bangun, dengan perhatian, dia menanyakan ada apa.
Sebab akhir- akhir ini Ai Qing tampak kurang baik. Dan Ai Qing menjelaskan
bahwa merawat Xin Xin membuatnya merasa lelah. Mendengar itu, Wei Wen meminta
maaf, sebab dia dan Ibunya telah terlalu menekan Ai Qing.
“Wei Wen, aku ingin punya anak denganmu.
Percayai aku,” kata Ai Qing, tidak ingin Wei Wen
menyalahkan diri sendiri. Lalu mereka berdua berpelukan.
Lan Bin mengikuti Ai Qing secara
diam- diam.
Ai Qing datang menemui Dokter
psikiater. Dia bercerita kepada Dokter bahwa dia ingin melahirkan anak dan
memiliki anak, tapi dia merasa khawatir. Mendengar itu, Dokter menyarankan Ai
Qing untuk membaca buku panduan menjadi Ibu. Lalu Dokter menjelaskan bahwa dia
merasa optimis kepada Ai Qing, jadi dia juga
menyarankan Ai Qing untuk berhenti meminum obat yang dulu.
“Bagaimana jika itu memburuk?” tanya Ai Qing.
“Ibu Ai, saya percaya Anda akan menjadi Ibu
yang hebat,” kata Dokter dengan penuh kepercayaan dan sambil
tersenyum lembut.
Ai Qing pulang ke rumah dan
menemui Xin Xin yang berada dikamar. Dia mencoba untuk berkomunikasi dengan Xin
Xin dan mengerti Xin Xin.
“Xin Xin, dapatkah kamu memberitahuku, kenapa
kamu bersembunyi didalam lemari?” tanya Ai
Qing dengan lembut. Dan Xin Xin diam sambil menatap Ai Qing dengan penuh
kewaspadaan. “Jangan takut. Ini bukan hukuman,” bujuk Ai Qing.
“Saat Ayah baru sedang minum, Ibu baru akan
menyembunyikan ku dilemari untuk bermain petak umpet,” jawab Xin Xin, menceritakan masa lalunya.
Flash back
Saat Ayah baru Xin Xin minum-
minum, Ibu baru Xin Xin menyuruh Xin Xin untuk bersembunyi di dalam lemari dan
jangan bersuara, siapapun yang membuat suara, maka orang itu akan kalah. Dan
dengan patuh, Xin Xin pun diam didalam lemari.
Awalnya Xin Xin merasa
bersemangat sekali untuk menang. Tapi kemudian dia mendengar suara Ayah barunya,
dan saat dia mengintip keluar, dia melihat Ayah barunya sedang memukuli Ibu
barunya. Dan Xin Xin merasa sangat takut.
Flash back end
Setelah mengetahui masa lalu Xin
Xin, Ai Qing menjadi lebih mengerti Xin Xin. Dengan lembut, dia menjelaskan
kepada Xin Xin bahwa mereka tidak akan bermain petak umpet, dan dia akan
membawa Xin Xin berjalan- jalan ke pasar malam.
“Benarkah?” tanya
Xin Xin, merasa agak ragu- ragu.
“Iya, benar,” jawab Ai
Qing sambil tersenyum.
“Ayo buat janji kelingking,” ajak Xin Xin sambil mengulurkan jarinya. Dan
Ai Qing menglingkarkan jari kelingkingnya pada Xin Xin. “Kamu tidak boleh ingkar janji.”
“Oke, aku tidak akan,” janji Ai Qing.
Disekolah. Dua murid nakal yang
kemarin mengejek- ejek Xin Xin, mereka kembali mengganggu Xin Xin. Mereka
membongkar tas Xin Xin, mengambil gambarnya dan mengejek Xin Xin. Lalu mereka
berlari keluar dari kelas sambil membawa gambar Xin Xin dan berteriak bahwa Xin
Xin adalah anak yatim piatu.
Melihat itu, para murid- murid
yang ada didalam kelas menertawakan Xin Xin. Dan kemudian Xin Xin pun berlari
mengejar dua murid nakal tersebut.
Huang Ling yang berada dihalaman
sekolah kebetulan melihat kejadian tersebut. Dia melihat dua murid nakal
berlari sambil mengejek Xin Xin, dan dibelakang, Xin Xin berlari mengejar
mereka berdua.
Dua murid nakal menuntun Xin Xin
sampai masuk ke dalam gudang.
Huang Ling tidak melihat kemana
dua murid nakal dan Xin Xin berlari barusan, jadi dengan khawatir, dia berlari
mencari mereka dan sambil berteriak memanggil nama mereka.
Didalam gudang. Xin Xin melihat
didepan cermin besar ada tulisan ‘Hong Xin
Xin adalah anak hantu’. Melihat tulisan itu, Xin Xin mengambil
kursi untuk memanjat dan kain untuk mengelap tulisan dicermin tersebut.
Lalu dari belakang, dua murid
nakal datang dan mendorong Xin Xin. Lalu mereka menertawai Xin Xin. Dan dengan
tatapan tajam, Xin Xin diam dan menatap mereka.
Huang Ling mencari sampai ke gudang.
Karena didalam gudang agak gelap dan sepi, maka Huang Ling merasa agak ngeri
dan berhati- hati. Lalu tiba- tiba dia merasa seperti ada seseorang yang lewat
dibelakang, dan dia merasa sangat terkejut. Tapi saat dia melihat ke belakang,
tidak ada siapapun dibelakangnya.
Kemudian Huang Ling pun lanjut
berjalan lebih masuk ke dalam gudang. Dan lalu dia menemukan Xin Xin sedang
berjongkok di sudut gudang.
Setelah menemukan Xin Xin, Huang
Ling pergi untuk menjadi dua murid nakal. Dan dia menemukan sesuatu yang sangat
mengejutkan sekali.
Didepan ruang kepala sekolah. Ai
Qing dan Lan Bin sampai secara bersamaan di sekolah. Ai Qing menemui Xin Xin.
Lan Bin menemui Huang Ling.
“Nona Huang, apa yang terjadi?” tanya Ai Qing, ingin tahu.
“Hanya aku, Xiao Qi dan Xuan Xuan yang disana,
aku sudah jelaskan ini ke kepala sekolah dan orang tua. Namun butuh beberapa
saat bagi mereka untuk memahami,” jawab
Huang Ling, menjelaskan.
Lan Bin kemudian tiba- tiba
meminta izin untuk mengajukan pertanyaan. Dan dengan sikap waspada, Ai Qing
melindungi Xin Xin serta pamit untuk pergi kepada Huang Ling. Dan Huang Ling
mengiyakan serta memberitahu bahwa sekolah berharap kalau Xin Xin bisa tinggal
dirumah selama seminggu ini, sebelum penyelidikan selesai. Dan Ai Qing
mengerti, lalu dia ingin membawa Xin Xin pergi bersamanya, tapi Lan Bin
menghentikan mereka.
Lan Bin berjongkok didepan Xin
Xin dan menunjukkan foto keluarga angkat Xin Xin yang terdahulu. “Apakah kamu ingat mereka?” tanyanya.
Melihat foto itu, Xin Xin
bersikap takut. Dan Ai Qing pun langsung melindungi Xin Xin. “Apa yang kamu inginkan?” tanyanya dengan tidak senang kepada Lan Bin.
“Aku hanya ingin lebih mengenal Xin Xin dan
keluarganya, yang dulu dan sekarang,” jelas
Lan Bin, menjawab.
“Tidak ada yang bisa dikatakan,” balas Ai Qing. Lalu dia langsung membawa Xin
Xin pergi.
Diparkiran. Xin Xin merasa
khawatir kalau Ai Qing tidak menginginkannya lagi. Dan dengan kesal, Ai Qing
mulai mengomel. Sebab Xin Xin bisa takut tidak diinginkan, tapi Xin Xin malahan
tidak berani dan tidak bisa melindungi diri sendiri. Dan Xin Xin menjelaskan
bahwa dia sudah berperilaku dengan baik, tapi dua murid nakal itu yang
mengganggunya dan mengambil krayonnya. Lalu dia meminta maaf dan meminta Ai
Qing untuk jangan sedih, lainkali dia akan melindungi dirinya sendiri dengan
baik.
Mendengar itu, dengan erat, Ai
Qing memeluk Xin Xin. “Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk
berteriak padamu. Xin Xin, aku tidak akan pernah menelantarkanmu,” jelasnya, menenangkan. Dan Xin Xin membalas
pelukan Ai Qing.
Direstoran. Huang Ling dan Lan
Bin makan bersama. Huang Ling bertanya- tanya, bagaimana seorang gadis kecil
seperti Xin Xin bisa mengikat dua gadis sendirian. Dan Lan Bin menebak bahwa
kejadian ini pasti terkait dengan orang- orang yang dekat dengan Xin Xin.
“Aku tidak tahu mengapa, Ibu Xin Xin tiba
kurang dari 20 menit setelah itu terjadi. Aku bahkan tidak tahu siapa yang
menghubunginya,” gumam Huang Ling, heran.
Lan Bin kemudian menunjukkan
kepada Huang Ling foto yang tadi ditunjukkannya kepada Xin Xin. Dia menjelaskan
bahwa itu adalah dua orang tua asuh Xin Xin yang sebelumnya. Ayah angkat Xin
Xin meninggal karena bunuh diri. Dan saat dia mengambil foto ini, seseorang
memukul kepalanya dari belakang. Jadi dia sengaja menunjukkan foto ini untuk
melihat reaksi Ibu- ibu angkat Xin Xin.
“Jadi ini adalah adopsi kedua Xin Xin?” tanya Huang Ling, memastikan.
Malam hari. Xin Xin memberitahu
Ai Qing bahwa dia ingin tidur bersama dengan Ai Qing. Dan Ai Qing tidak setuju,
lalu dia mengingatkan Xin Xin untuk jangan lupa tutup jendela sebelum tidur,
karena malam banyak angin.
“Aku sudah menutupnya, tapi seseorang … membukanya,” gumam
Xin Xin.
Selesai berdoa dikuil, Nyonya
Hong (Ibu Wei Wen) memberitahu Ai Qing bahwa dia akan menghubungi Tuan Chen
(Kepala Panti Asuhan) nanti, sebab dia berencana ingin mengembalikan Xin Xin ke
panti asuhan. Dia melakukan ini, karena Xin Xin jarang berbicara, selalu
bersikap sakit, dan berbohong. Mendengar itu, Xin Xin memegang tangan Ai Qing
dan menatapnya dengan tatapan penuh harap. Dan Ai Qing membalas pegangan tangan
Xin Xin untuk menenangkannya.
Seseorang berjalan didalam rumah
Ai Qing tanpa memakai sepatu.
Tengah malam. Saat Wei Wen
terbangun, dia dikejutkan oleh tatapan mata Ai Qing yang ternyata belum tidur
sama sekali. Lalu dia menanyakan, ada apa.
“Wei Wen, aku benar- benar ingin punya Anak
denganmu,” kata Ai Qing dengan serius. Dan Wei Wen
heran, kenapa Ai Qing membahas ini dijam seperti ini. “Kamu tidak bisa begitu saja meninggalkan Anak
itu,” kata Ai Qing, menjelaskan niatnya.
“Ibu bilang dia akan mengurusnya,” balas Wei Wen, bersikap acuh.
“Kamu tidak bisa mengirim Anak itu kembali
begitu saja!” bentak Ai Qing dengan emosional. “Hong Wei Wen! Kamu tidak bisa begitu saja
menyerahkan masalah kepada orang lain, kamu tidak bisa mempermainkan Xin Xin
seperti ini,” tegasnya.
“Ai Qing, kamu yang awalnya tidak ingin
mengadopsi, sekarang kamu ingin dia tetap tinggal!” balas Wei Wen. Lalu dia langsung kembali
tidur dengan alasan bahwa besok dia ada rapat dan harus melakukan perjalanan
bisnis.
Keesokan harinya, Nyonya Hong
datang ke rumah. Saat dia memanggil Xin Xin, tidak ada jawaban. Saat dia
mencari ke kamar Xin Xin, tidak ada siapapun disana.
Lan Bin dan Huang Ling datang ke
panti asuhan untuk mencari informasi tentang Xin Xin. Tapi Tuan Chen tidak mau
memberitahu mereka.
Karena Tuan Chen tidak mau
memberitahu, maka Lan Bin pun berniat untuk mencari tahu sendiri. Jadi dia
berpura- pura izin pergi ke toilet.
Nyonya Hong pergi ke kamar Ai
Qing, tapi tidak ada siapapun juga disana. Namun dilantai dia menemukan sebuah
syal merah yang mengarah ke kamar mandi.
Lan Bin masuk secara diam- diam
ke dalam ruang arsip data.
Sambil bertelponan Nyonya Hong
masuk kembali ke dalam kamar Xin Xin, dan tiba- tiba dari belakang seseorang
mencekik leher Nyonya Hong. Lalu orang tersebut menyeret Nyonya Hong yang
pingsan.
Lan Bin berhasil menemukan data
tentang Xin Xin. Lalu dia mencari tahu lebih lanjut di Internet, dengan kata
kunci nama kedua orang tua Xin Xin, yaitu Ayah Chen Fusheng dan Ibu Jiang
Xiuxian.
Lalu di Internet muncul artikel dengan judul- judul, ‘Istri membunuh suami secara brutal’, ‘Suami
tampaknya menderita kerugian besar dalam investasi’, ‘Tragedi
keluarga’, ‘Wanita
yang diduga meracuni keluarganya’.
Malam hari. Saat Ai Qing pulang
ke rumah, disana sudah banyak polisi yang berkumpul dan juga para wartawan,
termaksud Lan Bin.
Didalam rumah. Ai Qing menemui
polisi yang bertugas dan menanyai, bagaimana kondisi Ibu mertuanya. Dan polisi
menjelaskan bahwa Nyonya Hong masih dalam perawatan di ICU. Nyonya Hong terluka
karena dicekek sebuah syal dilehernya. Dan mereka datang ke sini, karena mereka
menerima telpon dari Wei Wen. Juga mereka menemukan Xin Xin yang bersembunyi
didalam lemari.
“Xin Xin, dimana dia sekarang?” tanya Ai Qing, khawatir.
“Kami akan membawanya ke panti asuhan selama
beberapa hari,” jelas si Polisi, menjawab. Dan Ai Qing tidak
setuju. “Evaluasi kami menunjukkan bahwa tidak baik
baginya untuk tinggal disini. Bagaimanapun dia adalah anak berusia 7 tahun, dia
bisa pulang, ketika dia sudah agak tenang dalam beberapa hari,” jelasnya.
Tidak lama kemudian, Wei Wen
pulang ke rumah. Dia menarik Ai Qing untuk mengikutinya ke dalam kamar mandi
dan berbicara berdua. Dia merasa curiga, kenapa kejadian ini bisa tiba- tiba
menimpa Ibunya, tepat ketika dia sedang melakukan perjalanan bisnis, dan kenapa
Ai Qing tidak ada dirumah. Dan Ai Qing menjelaskan bahwa dia pergi menemui
Dokter.
“Aku tanya padamu, Dokter macam apa yang kamu
temui?” tanya Wei Wen. Dan Ai Qing diam serta
menghindari tatapan mata Wei Wen. “Berapa
banyak hal yang tidak kamu ceritakan? Beritahu aku sekarang,” kata Wei Wen, menuntut kejelasan. Dan Ai
Qing diam serta ingin menghindar, tapi Wei Wen tidak membiarkan Ai Qing pergi.
Wei Wen membongkar tempat obat
dikamar mandi, dan menemukan obat Ai Qing. Dan dengan panik, Ai Qing merebut
obat tersebut.
“Kenapa Ibu menelponku dan mengatakan bahwa
kamu tidak ingin hamil? Katakan padaku mengapa? Mengapa kamu berbohong padaku?” tanya Wei Wen.
“Aku ingin hamil, aku serius,” jawab Ai Qing.
“Jangan main- main, kamu bohong!” bentak Wei Wen. “Kamu dengarkan! Jika sesuatu terjadi pada
Ibuku, aku …” ancamnya, kesal. Lalu dia pergi.
Lan Bin mendekati Wei Wen yang keluar dari dalam rumah dan mengajukan beberapa pertanyaan. Tapi Wei Wen mengabaikannya dan masuk ke dalam mobil, lalu pergi.