Original
Network : Tencent Video
Polisi Zhang menemani Polisi Jiang yang baru pertama kali terjun
ke lapangan. Mereka berdua menyamar sebagai orang biasa yang sedang numpang
lewat saja di sebuah jalan. Dan selama berjalan, Polisi Jiang terus melihat ke
sekitarnya. Sedangkan Polisi Zhang bersikap santai saja sambil meminum kopinya.
“Pertama kali dilapangan?” tanya Polisi Zhang dengan sikap seolah-
olah sedang mengobrolkan hal biasa saja. “Amati lebih banyak dan perhatikan
bagaimana orang lain melakukannya,” katanya, menasehati.
“Dipahami,” jawab Polisi Jiang dengan pelan, seperti berbisik.
Karena dia takut ada orang yang mendengar pembicaraan mereka.
“Juga jangan bertingkah aneh. Biasa saja,” kata Polisi Zhang, menasehati
lagi.
Tepat disaat itu, target muncul. Dan melihat si Target, Polisi
Jiang berhenti berjalan sedang menatapnya dengan fokus. Melihat itu, si Target
jadi mencurigai ada hal yang aneh, sehingga diapun langsung kabur.
Awalnya Polisi Zhang masih bersikap seperti pejalan kaki biasa
saja. Tapi saat dia sadar bahwa si Target telah menyadari keberadaan mereka
para polisi, diapun langsung memberikan perintah untuk mengejar si Target.
Ketika Polisi Zhang dan para polisi yang lain berlari mengejar si
Target melalui tangga. Polisi Jiang berinisiatif untuk mengejar melalui jalan
yang lain, yaitu melalui jalan pintas yang lebih singkat.
Si Target berlari menaiki tangga. Lalu dia turun dari tangga yang
lain, masuk ke dalam sebuah gang kecil dan padat. Hal itu membuat Polisi Zhang
dan para polisi yang lain kesulitan untuk mengejarnya.
Tepat disaat si Target mengira kalau dia berhasil kabur, Polisi
Jiang muncul dari gang didekatnya dan menahannya di dinding.
Polisi Jiang bertindak agak impulsif saat menangkap si Target.
Tanpa berpikir panjang, ketika dia melihat si Target, dia langsung memeluknya
dari depan dan menahannya di dinding. Seharusnya Polisi Jiang menahan kedua
tangan si Target dan menghadapkan wajah si Target ke dinding.
Si Target yang kedua tangannya bebas (tidak tertahan), dia
mengeluarkan pisau dari sakunya dan berniat untuk menusuk Polisi Jiang yang
masih belum sadar bahwa punggungnya berada dalam bahaya.
Untungnya, sebelum si Target sempat menusuk, Polisi Zhang sampai
dan berhasil menghentikannya. Tapi sayangnya, tangan Polisi Zhang menjadi
terluka.
“Tanganmu … ,” kata Polisi Jiang, merasa bersalah.
“Ayo pergi,” balas Polisi Zhang.
***
Pria bermasker hitam yang juga berpakaian serba hitam,
dia masuk ke dalam bus dan berjalan melewati Li Shiqing. Dia menuju ke bagian
paling belakang dan duduk disana.
“Bus
bergerak, harap amankan kursi dan pegangan kamu. Stasiun berikutnya, stasiun
Yan Jiang Xi Lu.”
Mendengar pengumuman itu, Li Shiqing terbangun. Lalu dia
melihat jam diponselnya, jam menunjukkan pukul 13.35.
“Apakah kamu baik- baik saja?” tanya Li Shiqing sambil
menggerakkan sedikit bahunya yang dijadikan bantalan oleh Xiao Heyun. Tapi
tidak ada jawaban, karena Xiao Heyun tertidur sangat lelap sekali.
Melihat Xiao Heyun tidur sangat nyenyak sekali, Li
Shiqing agak ragu- ragu untuk membangunkannya. Dia menggerakkan sedikit bahunya
untuk membuat Xiao Heyun terbangun. Tapi Xiao Heyun tetap saja tidak bangun.
Merasa agak tidak sabaran lagi, Li Shiqing pun langsung berdiri, sehingga Xiao
Heyun langsung terjatuh dan kepalanya terantuk ke kursi. Sebenarnya Li Shiqing
berusaha menahan kepala Xiao Heyun menggunakan tangannya supaya jangan
terantuk, tapi dia terlambat.
Karena terantuk ke kursi, Xiao Heyun pun akhirnya
terbangun. Dan dengan rasa bersalah, Li Shiqing pindah tempat duduk dan
berpura- pura tidak ada hubungannya dengan itu.
Suasana terasa agak canggung. Karena merasa bersalah, Li
Shiqing pun mengeluarkan tissue dan berniat untuk memberikan itu kepada Xiao
Heyun yang berkeringat banyak. Tapi sebelum dia memberikan itu, Xiao Heyun
sudah mengeluarkan dan menggunakan tissue sendiri. Lalu suasana pun bertambah
canggung.
Mereka berdua sama- sama diam.
Setelah cukup lama, Xiao Heyun merasa tidak tahan lagi
dengan suasana yang agak canggung ini. Jadi diapun pindah duduk mendekati Li
Shiqing dan berniat untuk berbicara duluan. Tapi saat dia baru mau berbicara,
Li Shiqing juga ikut berbicara. Lalu mereka berdua sama- sama diam lagi.
“Maaf,” kata Xiao Heyun, mulai bicara duluan.
“Tidak apa, aku juga memiliki beberapa masalah,” balas
Li Shiqing.
“Itu memang benar aku tidak mempercayai mu dan bahkan
mencurigaimu,” kata Xiao Heyun, merasa bersalah.
“Lalu biarkan itu menjadi masa lalu. Mari kita berdua
tidak mengungkitnya lagi,” balas Li Shiqing menyikapi dengan santai. “Mm… apa
kamu baik- baik saja, kulihat kamu berkeringat banyak sebelumnya,” tanyanya,
perhatian.
“Aku terlalu lama berada di ruang introgasi. Aku tidak
bisa mengatasinya, jadi aku tidur,” balas Xiao Heyun dengan lemas.
“Aku juga, aku tertidur,” kata Li Shiqing, mendapatkan
petunjuk baru. “Jadi selama kita tertidur, kita akan kembali ke Loop lagi,”
tebaknya.
Xiao Heyun dan Li Shiqing kemudian saling berdikusi
serta bertukar informasi yang mereka dapatkan dari Loop sebelumnya.
Xiao Heyun memberitahu bahwa polisi sudah memastikan
kalau benar- benar ada bom didalam bus. Sedangkan Li Shiqing, dari perkataan
Polisi Zhang, dia menyadari sesuatu, kenapa bila ada bom mereka tidak langsung
memberitahu penumpang didalam bus saja dan lalu semuanya turun dari bus.
“Kita sudah melakukannya, tapi tidak ada yang
mempercayai kita,” komentar Xiao Heyun.
“Mengatakan akan ada kecelakaan dan mengatakan ada bom,
itu hal yang berbeda. Dan mereka akan bereaksi berbeda,” balas Li Shiqing.
Lalu Li Shiqing pun langsung mencobanya. Dia berdiri dan
memberitahu semua orang didalam bus bahwa ada bom. Tepat disaat itu, sesuatu
meledak.
***
Li Shiqing dan Xiao Heyun tersentak dan terbangun.
Kali ini mereka jadi yakin bahwa benar- benar ada bom didalam bus. Dan yang
paling penting, orang yang menyalakan bom tersebut ada didalam bus ini juga,
makanya ketika Li Shiqing mengatakan ada bom, bom langsung meledak.
Bus berjalan seperti biasa dan tenang. Namun Xiao
Heyun serta Li Shiqing tidak bisa merasa tenang. Mereka diam dan berpikir. Lalu
mereka berdiskusi dengan berbisik- bisik supaya tidak didengar oleh si Pelaku
bom.
“Kita tidak tau bagaimana itu meledak, jadi kita
harus mencarinya terlebih dahulu. Jika dia memasangnya di bus sebelumnya, kita
tidak bisa perbuat apa- apa. Tapi anggaplah dia membawanya, maka bisa saja itu
ada didalam tas,” kata Xiao Heyun, menjelaskan analisis nya. “Jadi kita bisa
menghilangkan dua didepan, karena mereka tidak punya tas,” jelasnya,
menyebutkan tentang Pria Hijau dan Pria Hitam.
“Kita harus mengeliminasi Ibu Ungu, hanya ada obat
didalam tas nya, ingat?” kata Li Shiqing, mengingatkan.
Saat memperhatikan setiap orang, Xiao Heyun tiba-
tiba teringat tentang Pria bermasker hitam. Dan ketika dia melihat ke bagian
belakang, dia tidak melihat Pria bermasker hitam tersebut. Lalu dia memberitahu
Li Shiqing.
“Aku ingat dia. Saat aku melihat dia, aku berpikir
mengapa dia memakai pakaian hitam yang tertutup seperti itu dihari yang panas,”
kata Li Shiqing, mengingat Pria bermasker hitam. “Oh, kenapa dia menghilang?”
tanyanya, bingung.
Xiao Heyun juga tidak tahu kenapa Pria bermasker
hitam yang seharusnya duduk dibagian paling belakang tidak ada disana sekarang.
Lalu Xiao Heyun melihat papan pengumuman didalam bus. Disana tertulis
pemberhentian selanjutnya adalah Stasiun Yan Jiang Dong Lu.
“Dia belum naik bus?” tebak Xiao Heyun. Lalu dia
melihat jam nya, pukul 13.34. “Ini menjadi lebih awal. Hei, bukankah ini
berarti kita bisa turun dari bus dengan normal,” katanya.
Li Shiqing tiba- tiba terpikir sebuah ide. Dia
mencari nada dering yang pernah didengar nya. Lalu dia sebelum dia turun dari
bus, dia sengaja menyalakan nada dering tersebut dengan keras. “Jika nada
dering ini berhubungan, maka begitu orang itu mendengar nada dering ini, orang
itu akan bereaksi,” katanya, menjelaskan.
“Masuk akal,” kata Xiao Heyun, mendukung.
Tapi setelah Li Shiqing menyalakan nada dering
tersebut dengan keras, tidak ada seorang pun yang bereaksi aneh. Lalu bus
berhenti, dan dengan terpaksa Li Shiqing serta Xiao Heyun harus turun terlebih
dahulu.
Ketika mereka berdua turun, Pria bermasker hitam
masuk ke dalam bus. Dan Xiao Heyun memperhatikannya, lalu dia merasa kalau Pria
bermasker hitam memang tampak mencurigakan.
Tiba- tiba saja Li Shiqing mulai menelpon polisi
untuk melapor bahwa ada bom di dalam Bus 45, dan mendengar itu, Xiao Heyun
langsung terlonjak. Dia memperhatikan kamera cctv didekat halte, lalu dia
berusaha untuk bersikap tampak biasa- biasa saja, dan dia berjalan menjauhi Li
Shiqing.
“Pembom ada didalam bus. Aku, Li Shiqing, nomor yang
aku gunakan sekarang adalah milikku. Tolong percaya padaku. Semua yang aku
katakan adalah benar. Ini tidak bisa ditunda, kamu harus segera bertindak,” kata
Li Shiqing dengan cepat. Lalu dia langsung mematikan ponselnya.
Setelah mendapatkan telpon laporan dari Li Shiqing,
Polisi Jiang dan para polisi yang lain langsung bergerak menujuk ke lokasi Bus
45 sekarang.
Li Shiqing melihat ke sekeliling dan merasa bingung
kemana Xiao Heyun pergi. Lalu dia menemukan bahwa ternyata Xiao Heyun sedang
bersembunyi di belakang halte. Namun pada saat dia ingin mendekatinya, Xiao
Heyun memberikan tanda supaya jangan mendekat serta ikuti dia dari jauh.
“Hei, Xiao Hei!” panggil Li Shiqing, heran.
“Jangan panggil namaku,” teriak Xiao Heyun,
terdengar kesal.
“Kenapa?” tanya Li Shiqing.
“Tetap jauh dariku. Bersikap normal,” balas Xiao
Heyun. Dia berbicara dengan sikap berpura- pura seperti sedang bertelponan.
“Aku akan menemukan tempat dengan lebih sedikit orang. Ikuti saja aku,”
jelasnya.
Xiao Heyun terus berjalan, menghindari tempat-
tempat yang memiliki kamera cctv dan sepi. Lalu setelah menemukan tempat yang
tepat, dia baru mau berbicara kepada Li Shiqing. Dengan marah, dia
mempertanyakan, mengapa Li Shiqing menelpon polisi lagi. Jika mereka tidak
menelpon, maka mereka tidak akan di curigai. Dan mereka tidak perlu ke kantor
polisi lagi. Mendengar itu, Li Shiqing terdiam.
“Aku tidak berniat menyalahkanmu,” kata Xiao Heyun,
setelah agak tenang. “Kali ini kita berhasil turun dari bus secara normal, ini
belum pernah terjadi sebelumnya. Ini mungkin akan menjadi suatu perubahan
besar. Kita punya waktu untuk memahami situasi. Jika kamu menelpon polisi
begitu turun dari bus, ketika kita diintrogasi, maka kita tidak bisa perbuat
apa- apa,” jelasnya. Dan Li Shiqing pun merasa bersalah. “Dan apakah kamu ada
berpikir bahwa jika kita turun dari bus secara normal, maka bisa jadi ini
merupakan cara bagi kita untuk keluar dari Loop? Ini bisa saja menjadi Loop
terakhir,” tanyanya dengan senang.
“Terakhir kali?” gumam Li Shiqing, berpikir. “Jika
memang benar, bukankah ini kesempatan terakhir bagi orang- orang di bus untuk
bertahan hidup? Maka kita lebih harus menelpon polisi,” jelasnya.
Xiao Heyun tidak ada niat untuk menyelamatkan
siapapun. Sebab mereka sudah pernah mencoba dengan memanggil polisi, tapi
polisi tidak bisa datang tepat waktu. Dan Li Shiqing membalas bahwa kali ini
berbeda, karena kali ini polisi akan memiliki banyak waktu dan juga mereka
memiliki lebih banyak informasi.
“Informasi apa? Kamu tidak tahu dimana bom itu, kamu
tidak tahu siapa yang meledakkan nya, bagaimana kita bisa menjelaskan kepada
polisi?” tanya Xiao Heyun, menjelaskan logikanya.
“Ya. Kamu benar, aku tidak berpikir dengan baik,”
kata Li Shiqing, mengerti akan kesalahannya. “Tapi aku hanya ingin
menyelamatkan mereka. Saat aku dirumah sakit, aku menyaksikan semuanya. Itu
terlalu kejam,” katanya.
“Kamu hanya seorang saksi,” balas Xiao Heyun. “Aku
berada di UGD. Aku juga tahu bagaimana rasanya. Tapi kamu tidak bisa hanya
melakukan sesuatu karena hati. Kamu harus berpikir, bagaimana kita bisa
menyelamatkan orang- orang?” balasnya.
Intinya Xiao Heyun tidak mau menyelamatkan apapun, karena
dia tidak mau masuk kembali ke dalam Loop. Dan menurutnya, kebaikan itu harus
disesuaikan dengan kemampuan. Jika memang mereka tidak mampu untuk
menyelamatkan, maka mengapa harus menyelamatkan. Setelah mengatakan itu, Xiao
Heyun langsung berjalan pergi.
Melihat itu, Li Shiqing diam, karena tidak merasa
nyaman. Dan ketika Xiao Heyun menengok ke arahnya, dia mengalihkan wajahnya.
Setelah berjalan agak jauh, Xiao Heyun menengok ke
belakang. Dan melihat sikap Li Shiqing, dia merasa agak bersalah. Jadi diapun
kembali.
“Aku tidak bermaksud apa- apa,” kata Xiao Heyun,
menjelaskan dengan canggung. Dan Li Shiqing hanya diam. “Kita bisa lihat dari
jembatan disana. Mungkin polisi akan sampai disana tepat waktu,” katanya,
menghibur Li Shiqing.
Dijembatan. Xiao Heyun dan Li Shiqing berdiri agak
berjauhan. Dengan rasa bersalah, Xiao Heyun meminta maaf, karena barusan dia
berbicara terlalu keras. Lalu dia menjelaskan bahwa sebenar nya, dia ingin
mereka melalui hari ini dengan mengumpulkan bukti. Disetiap Loop yang terjadi,
mereka selalu terbangun lebih cepat dari sebelumnya. Jadi di Loop selanjutnya
mereka bisa menghubungi polisi dan bekerja sama dengan mereka menggunakan bukti
yang sudah dikumpulkan. Dan mereka tidak perlu sampai di tahan.
“Jika benar- benar begitu, maka bila di Loop
selanjutnya, ketika aku tersadar lebih awal, aku akan tetap naik bus di stasiun
yang sama. Tapi bagaimana denganmu? Apakah kamu masih akan menaiki bus?” tanya
Li Shiqing.
Polisi bekerjasama dengan polisi lalu lintas untuk
memblokir jalan. Dan Polisi Jiang menyamar menjadi salah satu petugas polisi
lalu lintas.
Para penumpang didalam bus merasa bingung, kenapa
jalanan ditutup dan bus tiba- tiba diberhentikan untuk diperiksa oleh polisi.
“Semua penumpang, kecelakaan terjadi didepan. Bus tidak
bisa lewat, kalian bisa turun dari bus dan pergi dengan berjalan kaki,” kata
seorang petugas lalu lintas kepada para penumpang di dalam bus.
“Tunggu! Semua orang turun, tapi tinggalkan barang-
barang mu,” perintah Polisi Jiang.
Bapak Putih mengabaikan perintah Polisi Jiang, dia
tetap ingin membawa karung besar miliknya pergi. Melihat itu, Polisi Jiang dan
seorang petugas polisi yang lain langsung bergerak untuk menghentikannya. Lalu tiba-
tiba terjadilah sebuah ledakan besar.
Duarrrrr!!!!
“Xiao Jiang, Xiao Jiang. Jika kamu mendengar aku,
tolong jawab,” panggil Polisi Zhang melalui walki talkie, ketika dia melihat
terjadi ledakan besar dari jauh. Tapi tidak ada jawaban dan dia merasa panik,
“Jiang Feng, Jiang Feng! Jika kamu dapat mendengar aku, tolong jawab!”
panggilnya. Tapi tetap tidak ada jawaban.
Dijembatan. Melihat asap hitam besar, Li Shiqing
langsung tahu bahwa bus meledak. Jadi diapun menyuruh Xiao Heyun untuk pergi
dan bersembunyi dengan baik, sehingga polisi tidak akan mencurigai Xiao Heyun.
Dia tahu kalau Xiao Heyun tidak ingin terlibat dengan polisi lagi.
Tiba- tiba ponsel Li Shiqing berbunyi, dan Xiao
Heyun langsung menghentikan Li Shiqing agar tidak perlu mengangkat itu. Tapi Li
Shiqing mengabaikannya.
“Ya, aku Li Shiqing… aku di Little West River Park … baik, aku akan menunggu di pintu masuk…” kata Li Shiqing, menjawab telpon dengan tenang.