Original Network : Tencent Video
Penumpang Bapak Coklat, ternyata
namanya adalah Jiao. Perusahaan konstruksi tempat nya bekerja ditutup, jadi dia
stress harus mencari pekerjaan baru dimana. Apalagi sekarang, putri nya akan
segera mendaftar ke sekolah menengah, dan dia memerlukan uang untuk biaya
kuliah dan biaya hidup putrinya.
Kesusahan Jiao tidak hanya
berhenti sampai di situ saja. Garasi yang di sewanya sekarang, tidak di sewakan
lagi. Pemilik Garasi memberitahu Jiao bahwa komite lingkungan telah memberitahu
kalau mereka tidak bisa lagi menyewakan garasi. Jadi dia ingin Jiao membayar
uang sewa bulan lalu dan pindah hari ini juga. Karena hari ini orang- orang
komite akan datang untuk memeriksa. Jika ditemukan ada orang yang tinggal di
Garasi, maka mereka akan didenda.
Dengan putus asa, Jiao meminta
waktu 2 hari lagi saja. Tapi Pemilik garasi tidak bisa membantunya, yang dia
bisa bantu hanyalah mengembalikan uang sewa bulan lalu, supaya Jiao bisa punya
uang untuk pindah. Dan dengan terpaksa, Jiao pun harus membereskan barang-
barangnya dan pindah.
Ketika Jiao membereskan barang-
barangnya ke dalam tas kecil, Pemilik garasi melihat itu dan merasa bersimpati
kepadanya. Karena tas itu sangat kecil sekali.
***
Di Loop sebelumnya,
ketika Ma Guoqiang membagi- bagikan semangka. Hanya Ibu Kantong Merah dan Jiao
yang tidak mau. Karena hal itu, Xiao Heyun merasa kalau mereka berdua sangat
aneh. Dan Li Shiqing setuju, dia menebak, apakah jangan- jangan mereka berdua
adalah kawanan.
“Seharusnya, tidak.
Jika iya, mereka akan duduk bersama. Lagipula kita semua akan mati, mengapa
mereka harus berpura- pura?” kata Xiao Heyun, tidak setuju dengan tebakan Li
Shiqing.
“Benar juga,” gumam Li
Shiqing. “Tapi sangat sulit untuk memeriksa kopernya,” kata Li Shiqing sambil
memperhatikan koper Jiao. “Haruskah mulai dengan dia?” sarannya.
“Baik,” kata Xiao
Heyun, setuju.
Karena di Loop
sebelumnya, Xiao Heyun bertindak duluan untuk memeriksa karung milik Ma
Guoqiang. Maka sekarang, Li Shiqing menawarkan diri untuk bertindak duluan.
Li Shiqing berpura-
pura sedang haid (haha … maksudnya datang bulan, ngertilah yang cewek kan). Dia
mendekati Ibu Kantong Merah dan meminta pembalut. Tapi Ibu Kantong Merah hanya
diam saja. Lalu ketika Li Shiqing ingin memeriksa isi kantong plastik merah
yang berada dibawah kakinya, Ibu Kantong Merah menghentikan Li Shiqing.
“Maaf,” kata Li
Shiqing, merasa tidak enak. Lalu dia ingin kembali duduk di sebelah Xiao Heyun,
tapi ntah kenapa dia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam kantong plastik
merah itu, jadi dia menghampiri Ibu Kantong Merah lagi. “Bibi, kenapa kamu
membawa Pot bersamamu? Kulihat itu sangat berat, ketika kamu membawanya saat
memasuki bus, jadi aku cukup penasaran apa yang ada di dalamnya,” tanyanya,
ingin tahu.
“Daging,” jawab Ibu
Kantong Merah dengan sikap dingin.
Mendengar jawaban itu,
Li Shiqing langsung kembali duduk disebelah Xiao Heyun. Dia memberitahu Xiao
Heyun kalau Ibu Kantong Merah tampak mencurigakan, karena siapa sih orang yang
memasukkan makanan ke dalam pot dan membawanya begitu saja. Sebab biasanya
orang- orang memasukkan makanan ke dalam tempat bekal.
“Keluargaku memasukkan
daging ke dalam panci,” komentar Xiao Heyun, tidak merasa ada yang aneh.
“Ketika aku di Universitas, Ibuku sering membawa sepanci daging untuk kami
makan. Itu benar- benar normal,” jelasnya.
“Jika begitu, dia bisa
dikecualikan,” gumam Li Shiqing.
“Apakah kamu ada
mencium sesuatu?” tanya Xiao Heyun.
“Bau Daging? Ng,
sepertinya aku menciumnya sedikit, tapi aku tidak bisa mengatakan seperti bau
nya itu,” jawab Li Shiqing.
Karena Ibu Kantong
Merah tidak mungkin. Maka pelaku pemboman adalah Jiao. Xiao Heyun menyarankan
bahwa pada saat tiba di halte berikut nya, mereka bisa mengambil dan membuang
koper Jiao langsung. Jika mereka salah, maka di Loop selanjutnya, barulah
mereka bertaruh pada Ibu Kantong Merah. Dan Li Shiqing setuju.
Ketika bus sudah akan
tiba di halte Yanjiang, Jiao tiba- tiba berdiri dan menyentuh Li Shiqing.
Membuat Xiao Heyun dan Li Shiqing terkejut. Lalu tanpa mengatakan apapun, Jiao
membuka kopernya. Dan ternyata isi koper Jiao itu hanyalah barang- barang biasa
saja, seperti buku, sertifikat, baju, dan perlengkapan sehari- harinya. Dan
alasan dia menyentuh Li Shiqing serta membuka kopernya, itu adalah untuk
mengambil pembalut.
“Terima kasih,” kata Li
Shiqing, menerima pembalut tersebut.
“Cepat dan keluar dari
bus!” kata Supir Wang, menyuruh Li Shiqing dan Xiao Heyun, ketika dilihatnya
dari kaca depan, urusan mereka sudah selesai.
Karena kecurigaan
terhadap koper Jiao sudah jelas. Yaitu Jiao bukan pelaku pemboman. Maka Ibu
Kantong Merah menjadi satu- satunya penumpang yang paling mencurigakan. Dengan ragu-
ragu, Xiao Heyun dan Li Shiqing saling diam. Lalu Xiao Heyun membiarkan Li
Shiqing untuk keluar dari bus duluan. Sementara dia sendiri, dia langsung
mendekati Ibu Kantong Merah dan menyentuh kantong plastik merah yang berada di
bawah kakinya.
Saat Xiao Heyun
menyentuh kantong plastik merah itu, Ibu Kantong Merah menatapnya. Dan mereka
berduapun saling bertatapan. Disaat itu, Li Shiqing kembali untuk melihat.
Duarr…!! Ibu Kantong
Merah menarik pelatuk bom dan bus pun meledak.
***
Pemilik
garasi memberikan satu koper kepada Jiao, supaya Jiao bisa membawa barang-
barangnya dengan lebih mudah. Dan ketika koper dibuka, ternyata didalamnya ada
pembalut wanita serta singlet anak- anak.
“Pasti
istri aku yang tidak membongkar setelah perjalanan. Ambil saja apa yang kamu
butuhkan, yang tidak butuh buang,” kata Pemilik garasi. Dan Jiao mengambil
pembalut wanita yang ada didalam koper tersebut.
Setelah
membereskan barang- barangnya ke dalam koper, Jiao bertelponan dengan putrinya.
Jiao menasehati putrinya untuk belajar keras, jangan pikirkan dia, karena
dia baik- baik saja. Dan dia akan
bekerja keras untuk mendapatkan lebih banyak uang.
“Ayah,
aku benar- benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi. Pergi ke sekolah hanya
membuang- buang uang. Aku akan pergi ke kota, mencari pekerjaan. Mari kita
bekerja sama dan melunasi hutang,” kata Putri Jiao.
“Sudahlah.
Lunasi hutang, aku sudah katakan sebelumnya untuk tidak menyebutkan tentang hal
itu. Jangan khawatir. Demi aku, kamu harus ke sekolah besok,” tegas Jiao,
memarahi demi kebaikan putrinya. Tapi putrinya malah menutup telpon begitu
saja.
Selesai
bertelponan Jiao merasa sangat sress dan lelah. Tapi bagaimanapun hidup tetap
harus dijalani. Lalu diapun berjalan menaiki tangga sambil mengangkat kopernya.
Disana dia bertemu dengan Ibu Kantong Merah yang tampak kesusahan mengangkat
kantong plastik merah.
Setelah
Jiao mengangkat kopernya sampai ke atas. Dia turun dan menawarkan bantuan
kepada Ibu Kantong Merah. Tapi Ibu Kantong Merah menolak.
Jiao
dan Ibu Kantong Merah kemudian sama- sama menunggu di stasiun bus. Namun
anehnya, ketika bus datang, pintu tidak langsung di bukakan. Dan Jiao pun
mengendor pintu bus beberapa kali, barulah pintu bus dibuka. Kemudian mereka
berdua masuk ke dalam bus.
***