Original Network : Tencent Video
04 April
“Dimana terbakar? Cepat! Cepat!!”
seru orang- orang sambil membawa ember air. Dan Ibu Kantong Merah yang sedang
membersihkan lantai yang basah akibat kebakaran kecil yang terjadi, dia
langsung menjelaskan kepada orang- orang bahwa api nya sudah padam dan dia
tidak apa- apa, juga dia meminta maaf.
“Bu, ini adalah komunitas tua
kecil, kamu harus belajar lebih banyak tentang kesadaran akan api. Dan kamu
perlu memeriksa sirkuit listrik lebih sering,” kata seorang Bapak dengan sikap
baik, menasehati Ibu Kantong Merah.
“Iya. Aku minta maaf membuat
kalian panik,” jelas Ibu Kantong Merah.
Selesai membersihkan lantai yang
basah, Ibu Kantong Merah masuk ke dalam kamar. Dia duduk di dekat jendela kecil
dan diam menatap bulan di luar.
***
Diruang monitor. Polisi
menonton rekaman cctv distasiun bus. Disana terlihat Xiao Heyun memegang tangan
Li Shiqing dan menariknya untuk pergi bersama. Berdasarkan laporan yang
kepolisian terima dari orang- orang di stasiun sebelum bus meledak, tidak ada
yang menyebutkan tentang bom, melainkan mereka hanya melaporkan bahwa ada
pembunuhan di dalam bus. Sayangnya, kamera didalam bus hancur karena ledakan,
jadi mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi didalam bus. Karena hal
itulah, Kepala Du menyimpulkan bahwa pada saat ini, Xiao Heyun dan Li Shiqing
adalah tersangka utama. Dan dia memerintahkan agar mencari Xiao Heyun dan Li
Shiqing.
Setelah memberikan
perintah untuk mencari Xiao Heyun dan Li Shiqing, Kepala Du menyuruh polisi IT
untuk melanjutkan rekaman cctv di stasiun. Dan disana terlihat Jiao mengintip
keluar dari dalam bus. “Berhenti,” perintah Kepala Du, menyuruh polisi IT untuk
menghentikan rekaman sebentar.
Lalu polisi pun mencari
data tentang Jiao. Juga data tentang Li Shiqing dan Xiao Heyun. Setelah data
tiga orang tersebut di print keluar, orang- orang yang berada di ruangan
melihat data tersebut bersama- sama.
“Wanita muda ini adalah
Li Shiqing. 2 tahun. Junior dari Universitas Guru Jialing. Dia naik bus di
stasiun kampus. Pemuda ini adalah Xiao Heyun. 25 tahun. Pendiri perusahaan
game. Dia naik bus di Distrik Gaoxing. Pria paruh baya ini, Jiao Xiangrong. 45
tahun. Pengangguran. Dia naik bus di halte Desa Baru Gangwu,” jelas Polisi Xiao
yang memprint data mereka bertiga.
“Xiao Lio, bawa tim
untuk pergi ke Universitas Guru Jialin dan Distrik Gaoxing segera dan selidiki
mereka berdua,” perintah Polisi Zhang.
“Baik,” jawab Polisi
Xiao. Lalu dia pergi.
“Yu Lei (Polisi B),
beritahu Xiao Jiang di tempat kejadian, bawa tim ke Desa Baru Gangwu dan
periksa Jiao Xiangrong,” perintah polisi Zhang.
“Baik,” jawab Polisi
Yu. Lalu dia pergi.
Tidak lama setelah
Polisi Xiao dan Polisi Yu pergi, Polisi Ye mendapatkan telpon yang menginformasikan
bahwa Xiao Heyun dan Li Shiqing pergi ke Desa Baru Gangwu, dan polisi yang
berpatroli sedang menuju ke sana.
“Gunakan GPS ponsel
mereka dan temukan lokasi mereka. Tetap berhubungan,” perintah Polisi Zhang.
Lalu dia pergi.
Li Shiqing membawa Xiao
Heyun ke suatu tempat.
Polisi Zhang mengikuti
gps di ponsel untuk mencari Xiao Heyun dan Li Shiqing.
Polisi Jiang dan dua
anggotanya datang ke tempat dimana Jiao tinggal sebelumnya. Ketika mereka
sampai disana dan melihat garasi yang menjadi tempat tinggal Jiao sebelumnya,
mereka tidak menemukan apapun yang berarti.
“Apa yang sudah
terjadi?” tanya Pemilik garasi, penasaran. Dia bingung, kenapa Polisi Jiang
datang memeriksa garasi tempat tinggal Jiao sebelumnya.
“Bukan apa- apa. Kami
hanya mencoba untuk menemukan seseorang,” jawab Polisi Jiang sambil menunjukkan
foto Jiao.
“Iya benar, itu Jiao.
Apa yang terjadi dengannya?” tanya Pemilik garasi.
“Sejak dia pindah dari
sini, apakah dia mengatakan mau kemana?”
“Dia tidak menceritakan
detailnya. Dia hanya menyebutkan, dia akan mencari rekan kerjanya,” jawab
Pemilik garasi dengan jujur.
“Pernahkah kamu melihat dua orang ini sebelumnya?” tanya
Polisi Jiang, menunjukkan foto Xiao Heyun dan Li Shiqing.
“Aku belum pernah
melihat mereka.”
Polisi Jiang yang sedang
mencari Xiao Heyun dan Li Shiqing tidak tahu bahwa sebenarnya Xiao Heyun dan Li
Shiqing berada sangat dekat dengan tempatnya berada sekarang ini. Tempat
tinggal Jiao berada di bawah, jadi untuk ke sana harus berjalan menuruni tangga.
Sedangkan Xiao Heyun serta Li Shiqing, sekarang mereka berada diatas, mereka sedang
berjalan menaiki tangga menuju ke bagian atas.
Sesampainya diatas, Li
Shiqing terus menuntun Xiao Heyun berjalan. Di membawa Xiao Heyun berjalan
menuruni tangga yang menuju ke bangunan yang lain. Bangunan yang berbeda dengan
tempat tinggal Jiao sebelumnya. Dan ketika sampai di tempat yang dituju, Li
Shiqing menyuruh Xiao Heyun untuk mencuci muka dulu.
Tanpa mengatakan
apapun, Xiao Heyun langsung melepaskan tangan Li Shiqing dan berlari menuju ke
westafel. Dia memuntahkan rasa mualnya. Kemudian, dia mencuci tangan serta
wajahnya yang kotor dengan darah Ibu Kantong Merah.
Melihat kondisi Xiao
Heyun yang tampak sangat trauma, Li Shiqing merasa sangat khawatir. “Xiao Hei.
Aku tahu kejadian ini sangat mengejutkanmu. Tapi kamu harus tetap tenang,”
jelasnya dengan lembut.
“Shiqing, aku membunuh
seseorang. Aku pembunuh,” balas Xiao Heyun.
“Ini bukan salahmu.
Ketika aku mengambil pot berisi bom itu, aku pikir aku akan melakukan hal yang
sama. Juga kamu perlu tahu, dialah yang ingin meledakkan bus. Saat dia memegang
bom dan naik bus, dia telah memutuskan untuk mati,” jelas Li Shiqing, mencoba
menenangkan Xiao Heyun agar jangan merasa tertekan dan bersalah.
“Aku lebih suka
diledakkan daripada membunuh seseorang,” balas Xiao Heyun, menangis dan tubuh
gemetar.
Karena tidak ada waktu lagi untuk berlama- lama di tempat ini, maka Li Shiqing pun menarik Xiao Heyun untuk mengikutinya pergi ke tempat yang lain. Dan saat berjalan, Li Shiqing beruasha menghindari para polisi yang berjaga di daerah ini.
Polisi Jiang
mendapatkan informasi bahwa Xiao Heyun dan Li Shiqing berada di daerah sini.
Jadi dia memerintahkan dua anggotanya untuk mencari.
Li Shiqing menarik
tangan Xiao Hyeun untuk mengikutinya sambil memperhatikan ke sekeliling untuk
memastikan tidak ada orang. Tapi sayangnya ada terlalu banyak orang dikota,
sehingga Li Shiqing menarik Xiao Heyun untuk mencari tempat yang lebih sepi.
Namun Xiao Heyun menolak.
“Kamu tidak membunuh
siapapun, kamu akan baik- baik saja,” kata Xiao Heyun. Lalu dia melepaskan
tangan Li Shiqing dan berlari pergi.
Polisi Zhang menemukan
jejak darah yang Xiao Heyun tidak sengaja tinggalkan di dinding bangunan.
Menemukan jejak darah itu, Polisi Zhang dan yang lainnya semakin yakin kalau
Xiao Heyun masih ada di daerah sekitar, jadi mereka berpencar untuk mencarinya.
Xiao Heyun dan Li
Shiqing bersembunyi didalam truk barang yang berjalan menuju ke suatu tempat.
Didalam truk, Xiao Heyun mengomeli Li Shiqing, kenapa mengikutinya. Dan Li
Shiqing menjawab bahwa kemana Xiao Heyun pergi, dia juga akan pergi ke sana.
“Pembunuhan, ledakan.
Semua orang sekarang pasti mengira
seluruh kejadian ini aku yang lalukan. Aku tidak akan bisa membersihkan namaku
lagi,” kata Xiao Heyun, merasa kesal dan putus asa. “Waktu tidak bisa mundur,
putaran telah selesai. Ini adalah akhir bagiku,” gumamnya.
“Tapi saat kita berada
diputaran terakhir, waktu tidak mundur juga. Tapi aku masih kembali. Itu
sebabnya dua insiden ini tidak ada hubungannya dengan satu sama lain. Waktu tidak
mundur, karena pada saat itulah bom masuk ke dalam bus. Ini membuktikan bahwa
kita telah menemukan awal dari seluruh kejadian,” balas Li Shiqing, menjelaskan
analisanya, untuk menenangkan Xiao Heyun agar tidak perlu khawatir dan panik.
Mendengar analisa Li
Shiqing tersebut, Xiao Heyun merasa lebih tenang. Tapi tetap saja dia tidak
ingin menyeret Li Shiqing ke dalam masalah sekarang. Sehingga dia memberitahu
Li Shiqing bahwa apabila polisi menemukan mereka, maka Li Shiqing harus mengaku
sebagai sandera. Dan Li Shiqing merasa heran, kenapa Xiao Heyun terus
mengatakan sesuatu yang negatif, kepadahal yang harus mereka lakukan adalah
mencari tempat untuk tidur, lalu masuk ke loop berikutnya.
“Loop tidak lagi
penting bagiku. Apa yang terjadi sudah terjadi. Memori aku membunuh adalah
sesuatu yang tidak akan bisa di hilangkan di loop berikutnya. Aku akan terus
mengingatnya,” keluh Xiao Heyun.
“Lalu kenapa waktu itu, kamu memutuskan untuk kembali ke dalam bus? Kepadahal kamu telah memutuskan untuk meninggalkan bus,” tanya Li Shiqing, ingin tahu.