Sinopsis K-Drama : Bulgasal : Immortal Souls Episode 02 part 1

 

Sinopsis K-Drama : Bulgasal : Immortal Souls Episode 02 part 1

SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI ADALAH FIKTIF




Jiwa Hwal berpindah ke tubuh bulgasal cantik tersebut. Dan seiring dengan hal tersebut, Hwal kembali hidup. Hal pertama yang dilakukannya ketika dia kembali hidup adalah mengambil pedang yang ada ditanah dan menusukkannya ke tubuh bulgasal tersebut. Matanya memerah, menujukkan betapa besarnya kemaraha yang dirasakannya saat ini. Dia tidak hanya menusuk bulgasal tersebut sekali tapi dua kali. Pertama, dia menusukkan pedangnya ke perut bulgasal, kemudian mengambil sebuah pedang lagi yang ada di punggungnya dan menusuknya ke pundak kanan bulgasal. Sembari melakukan hal itu, dia menanyakan alasan Bulgasal membunuh istri dan putranya yang tak berdosa? Padahal, yang harusnya Bulgasal bunuh adalah dia, yang terkutuk! Kenapa?!!!



“Ini semua salahmu. Apa yang sebenarnya sudah kau perbuat? Kenapa kau membuat karma lagi? Rupanya kau mendapat ganjaran lagi. Aku membencimu. Sungguh membencimu,” ujarnya, di dalam hati yang entah kenapa mampu didengar oleh Hwal. “Aku akan terlahir lagi dengan luka yang kau berikan kepadaku ini,” ujar si Bulgasal, merujuk kepada luka tusukan di pundak yang disebabkan oleh Hwal.


Bulgasal tersebut meneteskan air mata. Dan perlahan, tubuhnya terbakar habis menjadi abu. Dia mati.



Prajurit yang lain, tiba setelah Bulgasal menghilang menjadi abu. Pemimpin prajurit tersebut adalah orang yang dari dulu membenci dan iri dengan Hwal, makanya moment ini menjadi kesempatan baginya untuk menyingkirkan Hwal. Dia menyaksikan sendiri kalau Hwal mampu membunuh Bulgasal yang adalah makhluk abadi. Kemudian, dia melihat kalau Hwal mencabut pedang yang menusuknya dari punggung menembus pundak. Setelah itu, mata Hwal berubah ketika memeluk mayat anaknya. Dia nggak kuat mencium bau darah.



Langsung saja si prajurit berujar kalau Hwal adalah monster. Dia telah menjadi Bulgasal. Mereka harus membunuhnya sebelum Hwal membunuh mereka percuma. Pedang ditusukkan, tidak hanya satu tapi banyak, tapi tetap saja Hwal hidup. Dia sudah menjadi abadi.

= EPISODE 02 =



Kabar mengenai Hwal yang telah menjadi Bulgasal disampaikan oleh prajurit tersebut kepada Dan Geuk. Prajurit itu dan anak buahnya masih hidup dan bisa kembali, yang artinya, Hwal tidak menyerang mereka. Tapi parahnya, bawahan itu malah mengungkit masa lalu Hwal yang nggak jelas. Dia juga menambahkan rumor kalau Hwal menjadi Bulgasal dengan mengorbankan keluarga dan bawahannya. Udah gitu, jasad Sol dan A Chan dibawa olehnya.



Marah dan sedih atas laporan kematian putri dan cucunya serta Hwal yang menjadi Bulgasal, membuat Dan Geuk melampiaskannya dengan memukuli batu menggunakan pedang berulang kali. Batu tidak terbelah, tapi tangannya terluka. Luka yang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kesedihan mendalam yang dialaminya. Dia telah kehilangan seluruh keluarganya.


Dalam kemarahan dan kesedihan, dia memerintahkan semua prajurit untuk membunuh Hwal yang telah menjadi Bulgasal. Jika tidak bisa dibunuh, kubur dia hidup-hidup agar tidak bisa keluar. Berdasarkan titah tersebut, para prajurit mulai melakukan pencarian sementara Dan Geuk menunggu di kaki gunung karena kondisi tangannya sekaligus beristirahat.


Tapi, itu semua hanyalah alasan yang Dan Geuk katakan pada para prajuritnya. Faktanya, dia memang sengaja menjauh dari mereka agar Hwal mau keluar dari persembunyiannya dan menemuinya. Nggak pakai basa basi, dia menanyakan kebenaran kabar mengenai dia yang telah menjadi Bulgasal. Apa benar dia menumbalkan anak buahnya demi menjadi monster? Apa benar dia membunuh Sol dan A Chan?


“Tolong bunuh aku,” itu jawaban Hwal atas semua pertanyaan Dan Geuk. “Aku tidak bisa mati. Aku sudah melompat ke jurang dan menusuk diri dengan pedang, tetapi tidak mati. Aku… sungguh menjadi… monster yang tidak bisa mati. Aku menjadi setan yang hidup dengan minum darah manusia,” ujarnya, meneteskan air mata.


Dan Geuk tdak tahu harus melakukan apa untuk menolong Hwal. Kerajaan sudah mengeluarkan titah untuk membunuh Hwal. Jika tidak bisa dibunuh, kepala, tangan dan kakimu harus dipotong lalu ditaruh di dasar sumur. Makanya, sebelum dia membunuh Hwal, dia ingin menanyakan satu hal, apa benar Sol dan A Chan tewas di tangan Hwal?

“Aku membunuh mereka. Aku berniat menghilangkan kutukan, jadi, mengajak mereka. Sama saja aku yang membunuh. Karena hatiku terpana oleh wanita yang menolongku saat kecil, kubiarkan dia yang ternyata Bulgasal, pergi. Itu menyebabkan keluargaku tewas. Leher mereka koyak, dan saat mereka sekarat dengan mata terbuka, aku tidak bisa melakukan apapun. Jadi, aku yang membunuh mereka,” cerita Hwal pilu, mengingat saat-saat terakhir istri dan anaknya.

Pedang diayunkan. Namun, Dan Geuk tidak sanggup membunuhnya. Dia malah menyuruh Hwal untuk pergi dan hidup bersembunyi tanpa melukai manusia. Dia menyakinkan Hwal kalau dia bukan monster. Dia terlahir dan tumbuh besar sebagai manusia. Dia punya hati manusia. Makanya, dia yakin kalau Hwal bisa bertahan hidup tanpa meminum darah manusia.



Sayang sekali, prajurit Dan Geuk, Yang Se Chul, yang udah lama iri dan membenci Hwal, muncul bersama seluruh anggotanya. Dia ternyata cukup pintar mengetahui kalau Dan Geuk pasti bertemu Hwal dan pergi mencarinya. Dugaannya benar, Hwal ada di sana dan bersedia dibunuh, tapi malah Dan Geuk yang tidak mau membunuhnya. Se Chul tidak mau melepaskan Hwal dan memerintahkan semuanya untuk memenggal kepala Hwal dan kurung dalam sumur. Dia tidak peduli meskipun Dan Geuk melarang dan mengingatkan semua hal yang sudah dilakukan Hwal demi mereka semua.      


Ucapan-ucapan Dan Geuk yang terus membela Hwal, malah semakin membuat Se Chul marah. Tanpa diduga siapapun, dia menikam Dan Geuk dengan pedangnya sembari berbisik : “Bukankah kubilang jangan memercayai orang yang kelahirannya aneh dan hina? Akan kusampaikan bahwa kau tewas karena bertarung dengan Bulgasal.”



Melihat kematian ayah angkatnya yang dibunuh di depan matanya, membuat Hwal menunjukkan kekuatan Bulgasalnya. Dia mencekik Se Chul dengan kuat dan siap untuk mencabik-cabik tubuhnya dengan kuku-kukunya yang memanjang. Namun, sebelum dia melakukannya, Dan Geuk dengan sisa-sisa nafas terakhirnya, berteriak menyuruh Hwal untuk berhenti. Jangan menjadi monster.

“Ayo pergi… bersama Ayah,” ujar Dan Geuk, mengulurkan tangannya untuk digapai oleh Hwal.


Mana mungkin Hwal mampu mengabaikan permintaan ayah angkatnya, satu-satunya orang yang menerimanya tanpa mempedulikan latar belakang dan predikat yang melekat padanya. Akhirnya, Hwal menggendong Dan Geuk yang sudah terluka parah untuk pergi dari sana. Kondisi Dan Geuk sudah sangat kritis. Dan Geuk juga sadar hal itu, makanya dia menolak Hwal membawanya ke desa. Lebih baik Hwal mencemaskan dirinya sendiri. Kerajaan akan mengirimkan orang lain untuk menangkapnya.




Disaat seperti itu, naluri Bulgasal malah bangkit. Dia begitu tergoda mencium bau darah dan melihat banyaknya darah yang keluar dari tubuh Dan Geuk. Sekuat tenaga, dia menahan dirinya hingga mencengkeram batang pohong hingga remuk. Dan Geuk yang menyadari itu, memaksa Hwal untuk berjanji tidak akan pernah meminum darah manusia. Entah waktu sudah berlalu 100 atau 1000 tahun, dia tetap harus menjadi manusia. Setelah Hwal mengatakan janji tersebut. Dan Geuk meminta Hwal mengantarkannya kepada jasad Sol. Dia hendak meminta maaf karena selama hidupnya tidak pernah menjadi ayah yang baik dan selalu menghindarinya. Itu karena Dan Geuk takut pada kemampuan aneh Sol yang bisa membaca masa lalu orang lain. Orang-orang selalu membicarakannya diam-diam dan itu membuatnya berpikir Sol adalah monster. Dia sangat menyesal karena tidak pernah memeluk Sol disaat Sol kehilangan Ibu dan bayinya.


Sedihnya, sebelum Hwal sempat melakukannya, Dan Geuk sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Dia meninggal tanpa sempat meminta maaf pada putrinya, Sol. Kini, tidak ada lagi keluarga yang tersisa bagi Hwal. Kebencian dan dendamnya pada Bulgasal wanita semakin membesar.



Jasad Dan Geuk di makamkan oleh Hwal di sebelah jasad Sol dan A Chan. Di sana, dia kembali bertemu dengan dukun yang dulu pernah meramalnya. Semua ramalan dukun tersebut menjadi kenyataan. Semua orang yang ada disisinya tiada di sebabkan dendam Bulgasal padanya. Dan sekarang, dia mau tahu, apakah masih ada dendam Bulgasal yang tidak dukun itu beritahukan padanya? Diliputi ketakutan, dukun tersebut berlutut dengan kepala menyentuh tanah sembari memohon agar Hwal menghilangkan amarahnya. Dia memohon agar Hwal mengakhiri karma kematian dalam gelung kematian ini. Tolong akhiri pembataian berdarah ini.

“Kenapa aku menjadi Bulgasal?” tanya Hwal, tidak mempedulikan permohonan si dukun.


“Alasan Bulgasal tidak mati adalah karena dia tidak memiliki jiwa. Bulgasal sebelumnya mengambil jiwamu. Maka itu, kau menjadi Bulgasal.”

“Lalu, apa yang terjadi kepada wanita itu?”

“Dia mati sebagai manusia, jadi, akan bereinkarnasi sebagai manusia.”


Perkataan itu membuat Hwal teringat ucapan terakhir Bulgasal wanita sebelum menjadi debu, kalau dia akan terlahir kembali dengan bekas luka tusukan pedang yang ada di pundaknya akibat Hwal. Itu mirip dengan Hwal yang memiliki bekas luka di telapak tangannya. Amarahnya membuncah.Bulgasal itu sudah membunuh keluarganya dan membuatnya abadi dengan mencuri jiwanya. Makanya, dia ingin membuat Bulgasal merasakan penderitaan. Kini, giliran dia yang memburunya.

“Aku akan membuat kau merasakan kesengsaraan dan ketakutan diburu Bulgasal. Berapa kali pun dia bereinkarnasi, aku akan menemukannya dan balas dendam,” tekad Hwal.

Waktupun terus berlalu…






Tahun 1953, Joseon, Invasi Jepang

Hwal masih hidup dengan tubuh kurus kering karena menahan diri agar tidak meminum darah manusia. Godaan yang harus di tahannya semakin kuat di zaman-zaman seperti ini, dimana Jepang menginvasi Joseon dan membunuh banyak rakyat tidak berdosa. Banyak darah yang tertumpah pada zaman penjajahan ini. Dan selama masa ini, Hwal mengurung dirinya jauh di dalam gua. Dia menghabiskan semua waktunya untuk terus menerus melukis sosok Bulgasal wainta yang telah membunuh keluarganya dan membuatnya abadi. Dia tidak akan pernah melupakan wajah Bulgasal wanita tersebut.


Saat Hwal akhirnya keluar dari persembunyiannya, pemandangan yang ada di depan matanya membuatnya teringat akan malam pembantaian yang dialami keluarganya. Padahal dia berniat menolong warga dengan membunuh para prajurit, namun sosoknya yang mengerikan, malah membuat warga bukannya berterimakasih malah menyebutnya monster. Hwal tampaknya sudah tidak mempedulikan lagi apa perkataan orang mengenai dirinya. Yang dia pedulikan, bagaimana caranya bertahan hidup tanpa meminum darah manusia hingga dia bisa balas dendam kepada Bulgasal wanita tersebut.



Dan cara yang ditemukannya adalah meminum darah hewan. Ini caranya memenuhi janjinya pada Dan Geuk untuk tidak pernah meminum darah manusia. Setelah meminum darah dari satu ekor kerbau, energi Hwal langsung kembali pulih. Hal itu jelas terlihat dari tubuhnya yang awalnya hanya kulit berbalut tulang, berangsur berisi kembali dan kekar.




3 tahun kemudian,

Hwal masih terus hidup di dalam gua. Yang berbeda, di depan gua, dia menggantungkan lukisan Bulgasal yang dilukisnya. Berharap kalau mungkin saja, di antara beberapa pengelana yang lewat mungkin pernah melihat wanita tersebut. Harapannya terkabul ketika seorang pria yang lewat berkata kalau dia pernah melihat gambar wanita yang sama.



Berbekal informasi dari pria tersebut, Hwal pergi ke sebuah tempat seperti rumah kosong dan tua. Yang menyambutnya adalah seorang pria tua renta. Di dalam rumah itu, memang terpajang lukisan seorang wanita mengenakan mahkota, dimana wajahnya mirip dengan Bulgasal wanita yang selamai ini Hwal cari. Pria tua tersebut bercerita kalau dia tidak sengaja melihat sosok wanita tersebut ketika melewati sebuah dosa. Wanita itu meninggalkan kesan mendalam kepadanya sehingga dia melukisnya.

“Kemana wanita itu pergi?”


“Aku membunuhnya. Kejadiannya beberapa tahun lalu. Begitu aku melihatnya, aku merasa harus membunuhnya. Rasanya aku memang terlahir untuk membunuh wanita itu,” cerita si pria tua sambil tertawa mengerikan. “Aku tak merasakan itu saat membunuh orang lain. Namun, anehnya, ada pria lain yang mencari wanita itu juga.”

“Siapa dia?”

“Seorang pria muda dengan kehampaan kelam. Katanya dia ingin memiliki jiwa wanita itu. Aku sadar setelah mendengar perkataannya. Rupanya aku juga mengincar jiwa wanita itu. Banyak orang yang mengincar jiwa wanita itu selain aku.”


Setelah mendengar penjelasan si pria tua, Hwal langsung teringat sesuatu dari masa lalunya. Saat dia membunuh para monster, monster-monster itu selalu berkata akan mengingat jiwa Hwal dan akan balas dendam. Artinya, para monster yang dibunuhnya juga sudah bereinkarnasi menjadi manusia dan mengincar jiwanya, yang sekarang dimiliki oleh Bulgasal wanita tersebut.


Bukannya menyesali segala perbuatannya, entah yang dimasa lalu maupun sekarang, pria itu malah menyerang dan berusaha membunuh Hwal. Tentu saja, dia kalah karena Hwal tidak bisa mati. Tahu kalau Hwal tidak bisa mati, si pria malah semakin senang dan berusaha memberikan jiwanya pada Hwal agar dia bisa menjadi Bulgasal berikutnya. Sayangnya, tidak mungkin Hwal mau memberikannya. Dia masih harus tetap hidup untuk mencari si Bulgasal wanita dan membalaskan dendamnya.


Pada akhirnya, pria tua itu mati di tangan Hwal setelah Hwan mencabut jantungnya dan memperingatinya, jika dia masih mengincar jiwa wanita itu di kehidupan selanjutnya, dia akan kembali membunuhnya.

“Aku harus bagaimana sekarang? Keadaan menjadi semakin rumit. Kau mengambil jiwaku dan menjadi manusia. Namun, kau juga membawa karmaku bersamamu. Namun, tunggulah sebentar. Sebelum kau dibunuh lagi oleh para Monster yang bereinkarnasi, akan kucari kau lebih dahulu,” tekad Hwal sambil menatap lukisan wanita tersebut.

Tahun demi tahunpun terus berlalu. Era terus berubah. Musim terus berganti. Hingga akhirnya,




Tahun 2006

Hwal masih tetap hidup dalam persembunyian. Dia keluar dan berinteraksi dengan manusia hanya untuk mencari keberadaan Bulgasal wanita tersebut. Salah satu orang yang berinterakhir dengannya adalah tn. Gu, yang di masa lalu adalah orang yang pernah menolongnya saat seluruh warga desa mengucilkannya. tn. Gu adalah seorang detektif swasta. Dia dibayar sama Hwal untuk mencari seorang wanita berbekal dua buah foto hitam putih : foto saat dewasa dan foto anak-anak. tn. Gu bingung, soalnya Hwal bilang kalau kedua foto itu adalah orang yang sama. Carikan wanita berwajah seperti itu. Namun, rasa bingung langsung hilang saat Hwal memberikan sebatang emas sebagai upah bayaran. Meski aneh, dia akan mencari orang berwajah sama seperti di foto.

--



Bulgasal Wanita yang selama ini dicari oleh Hwal telah bereinkarnasi menjadi manusia dan berstatus pelajar SMA. Namanya adalah Min Sang Un dan Min Sang Yeon. Yap, jiwanya terbagi menjadi dua dan terlahir sebagai anak kembar. Meskipun kembar, mereka mempunyai kepribadian yang sangat bertolak belakang. Sang Un tumbuh menjadi anak yang supel dan periang, sementara Sang Yeon menjadi anak introvert, pintar dan di cap aneh karena banyak hal yang dikatakannya, tidak dapat dimengerti orang-orang.



Padahal mereka saudara kembar, tapi Sang Un juga merasa kakak kembarnya itu aneh. Belakangan, Sang Yeon malah mengurung diri di kamar dan tidak mau pergi sekolah. Terpaksa, Sang Un yang harus melakukan semua pekerjaan rumah sendirian dan itu membuatnya kesal. Satu-satunya perkataan kakaknya yang dirasanya benar adalah : “Jika ada yang mengikutimu, larilah sekencangnya.”


Dan itu yang dirasakan sama Sang Un sekarang. Dia merasa kalau ada yang mengikutinya. Mobil hitam berplat 3847 sudah mengikutinya sejak dari sekolah hingga sekarang. Awalnya, Sang Un berusaha mengabaikannya, tapi mobil itu benar-benar terus mengikutinya. Saat dia berhenti berjalan, mobil itu juga berhenti. Merasa ada yang nggak beres, Sang Un mulai berjalan cepat dan melewati jalan-jalan yang sulit dilalui oleh mobil. Dia tiba di rumah dengan selamat dan langsung memasang kunci pengaman dan mengunci pintu. Adiknya, Min Si Ho,  sampai heran melihatnya begitu ketakutan dan menanyakan apa yang terjadi. Sang Un pun bercerita kalau ada pria aneh yang mengikutinya.


Sang Yeon yang kebetulan ada di dapur untuk mengambil minum, mendengar perkataannya. Dia terlihat terkejut hingga menjatuhkan gelas yang ada di tangannya dan bergegas memeriksa pintu. Setelah yakin pintu benar-benar terkunci, dia mulai menanyakan pernyataan Sang Un barusan mengenai pria aneh yang mengikutinya. Sang Un tentu kaget dengan reaksi Sang Yeon dan menjawab takut-takut kalau ada pria yang membuntutinya dnegan mobil, jadi dia langsung kabur.

“Kau lihat wajahnya? Bagaimana rupanya?”

“Entahlah. Wajahnya tertutup tudung jaket dan keadaannya gelap,” jawab Sang Un, dengan nada yang mulai kesal.


Seolah tidak sadar, Sang Yeon malah memarahinya karena tidak menuruti ucapannya. Dia kan sudah menyuruhnya memakai masker setiap pergi keluar!! Sang Un menjawab dengan nada jengkel kalau dia merasa sesak saat memakai masker. Sang Yeon kelihatan panik dan bertanya lagi, apa pria itu melihat wajahnya? Sang Un mengiyakan. Pria itu turun dari mobil dan bertanya padanya, apakah bisa melihat pundaknya? Menurut Sang Un, pria itu pasti hanya orang mesum.

“Dia… sudah datang,” ujar Sang Yeon, dan meneteskan air mata. Ketakutan terlihat jelas di matanya. Dan matanya hanya menatap coretan yang ada di dinding yang dibuatnya, bertuliskan : Bulgasal.



Entah siapa pria yang dibicarakan oleh Sang Un, yang jelas, di depan tempat tinggal mereka, terparkir mobil Hwal. Namun, kondisi mobil dan Bmnya berbeda dengan yang mengikuti Sang Un barusan.



Ibu Sang Un dan Sang Yeon baru saja pulang. Tapi, yang ada di rumah hanyalah Si Ho. Sang Un dan Sang Yeon pergi dari rumah. Saat Ibu memeriksa kamar mereka, beberapa baju tidak ada. Keduanya kabur.



Sang Yeon yang mengajak Sang Un pergi dengannya dan memaksanya memakai masker. Sang Yeon tidak menjelaskan apapun dan hanya terus bilang kalau Bulgasal sudah tahu tempat tinggal mereka, jadi mereka harus bersembunyi. Sang Un tentu tidak mengerti ucapan Sang Yeon dan meminta agar mereka menghubungi Ibu agar tidak khawatir. Sang Un juga melepaskan maskernya. Tapi Sang Yeon hanya terus diam dan menundukkan kepala.



Keanehan mulai dirasakan oleh Sang Un ketika tangannya tiba-tiba gemetar hebat padahal dia tidak lagi kedinginan. Rasanya seperti ada lipas yang merayapi seluruh badannya. Dia terus merinding dan tangannya gemetar. Sang Yeon mulai merasakan hal buruk. Dia menatap ke supir dan benar saja, si supir terus melirik mereka sedari tadi melalui kaca spion. Sialnya lagi, di dalam bus hanya ada mereka berdua.


Begitu bus berhenti di terminal, Sang Yeon langsung menarik Sang Un agar bergegas. Firasatnya benar, si supir terus saja mengikuti. Sang Un mulai ketakutan. Sang Yeong menyuruhnya untuk tidak menatap si supir dan teruslah berjalan. Saat si supir mulai berlari mengejar, Sang Yeon langsung mengeluarkan pisau melengkung yang selama ini di asahnya dan memerintahkan si supir agar berhenti mengikutinya. Jika tidak, dia akan membunuhnya.


Supir itu mana takut dan mendorong Sang Yeon hingga terjatuh. Dia hanya menginginkan Sang Un. Seperti binatang, dia mengendus-endus bau Sang Un dan terus berujar : “Bau jiwamu.” Sang Un sangat ketakutan dan tidak mengerti apapun ucapannya. Untung Sang Yeon ada bersamanya. Dia mengarahkan pisau ke leher supir itu agar berhenti. Untungnya, beberapa supir lain datang setelah mendengar keributan. Sang Yeon memanfaatkan moment itu dan menarik Sang Un untuk kabur.   

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post