Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 06 part 2

 

Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 06 part 2


Mereka sudah kembali ke rumah Kakek dan memberikan miras. Baru juga mau minum, Jun Woong malah ngide kalau makgeolli cocok diminum sambil makan pajeon. Biar dia membuatkan pajeon. Dan ide itu langsung ditentang sama Ryung Gu dan Koo Ryeon. Mereka tidak mau ‘ayam goreng’ terulang lagi. Ingat, masakan Jun Woong nggak enak meskipun dia pede dengan kemampuan memasaknya. Yang akhirnya membuatkan pajeon adalah Ryung Gu. Rasanya, sangat enak. Wkwkwkw, Jun Woong kalah darinya bahkan dalam hal memasak, bukan hanya dari kekuatan.

Sambil makan, Kakek kembali berterimakasih lagi pada mereka karena sudah menemaninya di saat terakhir. Jun Woong tiba-tiba kembali bertanya mengenai kehidupannya. Dia mau tahu, apa yang dilakukan Kakek setelah perang. Karena Jun Woong memintanya, Kakek pun mau bercerita kembali.


Setelah perang,

Young Chun memutuskan untuk melanjutkan studinya yang sempat terhenti. Dia duduk di depan meja dan belajar dengan keras. Namun, hal itu sangat sulit. Akibat perang, tangannya mengalami tremor dan membuatnya kesulitan memegang pensil. Di malam hari, dia nggak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu memimpikan dirinya saat berada di medan perang. Suara-suara tembakan dan teriakan mereka yang tertembak dan menangis, selalu terngiang-ngiang di telinganya. Sangat sulit baginya untuk kembali ke kehidupan biasa.


Pada akhirnya, Young Chun memutuskan untuk bekerja. Namun, untuk bekerja pun sangat sulit. Contohnya, dia bekerja di pabrik pembuatan peralatan, dia nggak tahan setiap kali mendengar suara paku yang di  palu karena mengingatkannya akan suara tembakan. Jadi, dia hidup dengan bekerja hanya demi bisa makan hari itu. Tidak ada pekerjaan yang belum dilakukannya. Semua sudah dikerjakannya dengan segala kekurangan yang dimiliknya. Tangannya yang tremor membuatnya selalu melakukan kesalahan. Orang-orang yang tidak tahu apa yang dialaminya memakinya dan menyebutnya bodoh.


Dengan kehidupannya yang seperti itu, Young Chun tidak pernah terpikir untuk menikah. Dia sadar mengenai kesehatan tubuh dan mentalnya yang tidak stabil. Semakin dia menua, dia sudah tidak bisa melakukan pekerjaan berat karena itu dia mulai mengumpulkan sampah kardus dari jalanan.


Di masa kini,

Menceritakan kehidupannya yang begitu sulit setelah perang, tentu kita bisa paham alasan kenapa kakek menyesali pilihannya saat itu. Setelah menceritakan semuanya, Kakek pergi ke luar rumah dan meminta mereka untuk tidak mengikutinya. Meskipun Kakek bilang begitu, Koo Ryeon tetap mengikutinya. Jun Woong jadi merasa bersalah karena sudah bertanya. Ryung Gu kemudian bercerita juga ke Jun Woong, bahwa perang juga sulit bagi mereka para Malaikat Maut. Mengawal puluhan ribu arwah karena perang juga bisa menimbulkan trauma untuk para Malaikat Maut. Meskipun dulu Ryung Gu nggak bekerja di tim Pengawal, tapi jika banyak orang yang mati dalam bencana seperti perang, Malaikat Maut dari tim lain juga akan dikirim untuk membantu tim Pengawal.

Ditengah pembicaraan mereka, tiba-tiba ponsel Jun Woong berbunyi. Ada notifikasi pesan yang masuk. Dan saat melihat notifikasi itu, wajah Jun Woong langsung sumringah.



Diluar, Koo Ryeon menemai Kakek, menanyakan apa yang dipikirkannya? Kakek jujur kalau dia merasa iri saat melihat Jun Woong dan Ryung Gu. Andai saja dia terlahir di generasi ini, jika itu yang terjadi, dia merasa hidupnya mungkin akan lebih baik. Kakek merasa kalau dia menua tanpa satupun pencapaian dan akhirnya yang tersisa hanyalah penyesalan. Hidupnya tidak berarti dan tidak berharga.

“Aku ingin memperlihatkan hidup yang kau sebut tak berarti itu,” ujar Koo Ryeon. Ctek.



Dalam satu jentikan jari, dia dan Kakek sudah berada di atas gedung tinggi transpararan yang memperlihatkan gemerlapnya Seoul di malam hari. Jika dilihat seperti itu, Seoul terlihat sangat berbeda. Melihatnya seperti itu, kakek baru menyadari kalau dunia sudah sangat berubah.

“Jika bukan karena pilihanmu, mungkin ini tak akan ada. Jika bukan karena dirimu, orang-orang yang hidup pada generasi ini, mungkin tak akan ada. Hidup yang kau jalani sangat berharga dan berjasa. Lihatlah pemandangan ini. Ini adalah negara yang kau bela,” ujar Koo Ryeon.


Kalimat terakhir yang membuat Kakek merasa sangat tersentuh. Keputusan yang diambilnya dulu, tidak salah. Demi hal inilah, demi negara inilah, dia rela ikut berperang. Kebangaan membela negara yang sudah lama hilang di hadapan kenyataannya yang membuat Kakek kehilangan diri sendiri. Dan dia sangat berterimakasih karena Koo Ryeon sudah membuatnya mengingat kembali kebanggaan tersebut.

“Tidak perlu berterimakasih. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ujar Koo Ryeon.


Hadiah untuk Kakek tidak hanya sampai di situ. Saat mereka kembali ke rumah, Jun Woong suah menunggunya dengan semangat untuk mengabari kalau dia sudah menemukan Dong Chil. Dia ternyata mengupload kisah Kakek dengan Dong Chil di medsos dan banyak yang menyebarkannya. Dan barusan, cucu Dong Chil mengirimi pesan kalau Dong Chil tinggal di Busan dan sangat sehat. Kakek beneran bahagia karena Dong Chil masih hidup dan hidup dengan baik. Jun Woong memberitahu kalau cucunya Dong Chil bilang, kakeknya bisa hidup dengan berani berkat Young Chun.


Flashback

Ketika Dong Chil menyalahkan Young Chun karena menyelamatkannya, Young Chun saat itu berujar padanya : “Kau bilang ingin pulang! Ingin bertemu Ibunya dan menunjukkan betapa tingginya dirimu. Untuk apa kita berperang? Menurutmu, apa yang Ibumu ingin lihat?! Tentu bukan mayatmu!! Namun, dirimu yang masih hidup!”

End


Young Chun bahkan tidak ingat ada mengatakan itu. Namun, Dong Chil bisa kembali menjalani hidupnya karena Young Chun.

Koo Ryeon kemudian meminta Jun Woong menemani Young Chun, sementara dia pergi sebentar. Ada tempat yang ingin dikunjunginya.


Dan tempat itu adalah Jumadeung. Dia sempat berpas-pasan dengan Joong Gil saat ke tempat Kaisar Giok. Mumpung bertemu, dia meminta tolong agar Joong Gil lah yang memimpin pengawal Lee Young Chun. Tentu saja, Joong Gil menolak dan merasa Koo Ryeon memerintahnya. Namun, Koo Ryeon memohon. Tidak ada tanggapan dan Joong Gil pergi begitu saja.


Koo Ryeon menemui Kaisar Giok ternyata untuk meminta agar nyawa Young Chun diambil dengan mudah. Dia tidak tega melihatnya harus menderita. Yang nggak diduga, ternyata Joon Gil baru saja dari sana untuk meminta hal yang serupa. Kaisar Giok menegaskan kalau tidak ada seorangpun bisa diistimewakan di hadapan kematian.

“Setidaknya, jangan biarkan dia sendirian di akhir hidupnya,” pinta Koo Ryeon.

“Kau menginginkan hal yang besar.”

“Aku hanya ingin sedikit rasa hormat untuknya.”


“Menilai kehidupan manusia bukanlah tugas Malaikat Maut,” tegas Kaisar Giok. “Hidup pak Lee Young Chun akan diputuskan dengan adil. Pergilah.”

--


Padahal umur Young Chun sudah nggak lama, tapi dia masih harus menghadapi para preman tadi pagi. Sial bagi mereka karena masih saja membuat ulah karena yang melawan mereka kali ini bukan Jun Woong, melainkan Koo Ryeon yang baru saja kembali. Bak bik buk! Semuanya babak belur dan langsung lari ketakutan.



Sementara itu, ajal Kakek semakin mendekat. Jun Woong masih ingin menyelamatkannya dengan menelepon ambulans, tapi Ryung Gu mencegah. Percuma karna takdirnya sudah ditentukan. Merasa tidak tega melihat Kakek yang kesakitan dan akan meninggal, Jun Woong memutuskan untuk keluar rumah. Koo Ryeon tidak menghalangi, tapi apa dia yakin tidak akan menyesal? Masuklah setelah menenangkan diri. Jangan terlalu lama, atau semuanya akan terlambat.




Tidak lama, Joong Gil dan tim nya tiba untuk menjemput arwah Kakek. Koo Ryeon, Ryung Gu dan kakek juga sudah bersiap. Joong Gil ternyata mengenali kakek. Dia adalah salah satu Malaikat Maut yang bertugas menjemput arwah pejuang perang. Dan di malam itu, dia melihat Kakek yang berteriak untuk menyemangati teman-temannya agar tidak takut dan agar bisa pulang. Dia menghormati keberanian Kakek dalam membela negara, makanya, mereka semua akan menemani.


Semua yang dimaksud oleh Joong Gil, benar-benar adalah semua Malaikat Maut. Semua sudah berkumpul di depan rumah kakek untuk mengantarnya ke alam baka. Joong Gil sempat mengomentari Koo Ryeon yang sudah berubah. Karena, Koo Ryeon yang dulu akan kesulitan menyaksikan saat – saat orang menuju kematian, makanya dia hanya mengawal penjahat. Namun, sekarang berbeda.


Jun Woong yang ada diluar, tercengang kakek melihat banyaknya Malaikat Maut yang berkumpul, termasuk Kaisar Giok. Kaisar Giok yang akan mencabut nyawa Kakek. Dan setelah memikirkannya, Jun Woong akhirnya masuk untuk melihat Kakek yang terakhir kali. Kaisar Giok menggunakan kekuatannya untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Kakek agar dia bisa mati dengan mudah. Ini didasarkan pada pilihan masa muda yang diambilnya begitu mulia dan membuatnya kehilangan banyak hal. Terimakasih karena kakek sudah membela negara dan membuat negara yang mereka tinggali saat ini.



Arwah kakek keluar dari tubuhnya. Dia benar-benar sudah meninggal. Dia sama sekali nggak menyangka kalau akan ada banyak orang yang mengantarkan kematiannya meskipun itu hanyalah Malaikat Maut. Dia sangat berterimakasih karena tim MR sudah membuatnya menyadari keputusannya tidak salah. Jika bisa kembali, dia akan mengambil keputusan yang sama dan berperang.



“Semua Malaikat Maut. Berikan penghormatan kalian kepada pahlawan yang gugur di saat membela negara ini,” ujar Kaisar Giok.

--



Di alam baka,

Young Chun di antarkan ke taman bunga yang sudah di siapkan oleh Kaisar Giok. Di sana, arwah Ibunya sudah menunggunya. Kerinduan Young Chun tidak terbendung. Dia sangat merindukan ibunya dan menyesal karena baru tiba sekarang. Ibunya pun sangat merindukannya.



Meskipun Young Chun akhirnya bisa bertemu kembali dengan Ibunya, walaupun itu di alam baka, tetap saja Jun Woong merasa kecewa. Dia merasa kasihan pada kakek yang hidup sangat sulit di dunia Fana dan baru mendapatkan penghormatan setelah mati. Rasanya menyedihkan dan sia-sia.

“Aku hanya mengurus masalah hidup dan mati, juga kejahatan dan hukuman. Bukan mengurus Dunia Fana.”

“Kurasa itu munafik dan tak adil. Dunia membuat orang baik dan rajin bekerja menjadi orang bodoh. Kenapa kau diam saja? Kau punya kemampuan!”

“Aku… Aku tidak adil dan tak bisa menjadi adil. Yang bisa kulakukan adalah memberikan hukuman kepada orang yang berbuat dosa. Jadi, aku tak punya pilihan lain selain berharap pada tim kalian. Hanya kalian, Malaikat Maut, yang bisa menyelamatkan orang yang menderita.”

“Entahlah. Apa aku membantu? Awalnya, aku berpikir jika aku bertahan, aku bisa kembali ke tubuh asliku. Namun… saat aku melihat orang-orang yang sedang dalam krisis… Kurasa aku menganggap enteng pekerjaan ini. Ternyata pekerjaan ini berat dan melelahkan.”

“Ya. Bukan tugas yang mudah untuk mengubah pikiran orang yang sudah di tepi jurang dan berniat bunuh diri. Namun, jika kita saling membantu menutupi kekurangan kita…”

Belum juga Kaisar Giok menyelesaikan ucapannya, Jun Woong udah memotong dengan meminta diberikan kekuatan juga seperti Koo Ryeon dan Ryung Gu. Tentu saja, permintaannya ditolak mentah-mentah. Kaisar Giok bilang padanya, kalau mau, mintalah lagi setelah mati, baru dia pikirkan. wkwkwk.

=-T O M O R R O W-=

 


 

Epilog,

Sebelum meninggal, Jun Woong sempat membawa Kakek untuk berfoto. Dia memberitahu pada fotografer kalau kakek adalah pahlawan perang. Fotografer pun memberi hormat dan mengucapkan rasa terimakasihnya karena kakek sudah berperang demi Negara. Dan foto Kakek di pajang di studio foto tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post