Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 08 part 2

 

Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 08 part 2


Saat Jun Woong sadar, dia berada di sebuah ruangan dan Pria Pemalu sedang menutupi semua celah yang ada di ruangan tersebut dengan plastik bening. Gas nitrogen juga sudah ada di ruangan itu. Semua persiapan sudah selesai. Karena sudah sampai di tahap ini, Pria Pemalu tidak lagi menutupi identitasnya. Dia adalah orang dengan ID : Malaikat Maut. Benar, mereka adalah satu orang yang sama : Pria Pemalu dan Malaikat Maut. Dia membuat akun kedua yaitu Pria Pemalu, untuk memancing yang lain agar bersedia mengikuti Malaikat Maut yang adalah dirinya sendiri. Alasannya : karena dia sudah mempunyai cukup uang dan ingin hidup. Dia mau mati, tapi setiap kali melihat orang lain meregang nyawa, itu membuatnya ingin hidup kembali. Aissh!! Intinya, dia suka melihat orang lain sekarat.



Dan karena Jun Woong mengacaukan rencananya, dia akan membun**nya. Meskipun di sebut Gila, dia nggak peduli karena memang dia sudah gila. Lagian, dia juga nggak takut kalau sempat ketangkap. Kan dia hanya akan ditangkap karena menjual gas kepada Jun Woong, yang nantinya akan diduga bun** diri. Gas pun dikeluarkan. Pria Pemalu langsung memakai maskernya, biar tidak menghirup gas tersebut.

Disaat yang sama, Joong Gil sedang ke kantor tim MR. Dan kantor dalam keadaan kosong.



Jun Woong sudah kehilangan kesadarannya. Sebentar lagi, dia mungkin akan mati, jika Ryung Gu dan Koo Ryeon tidak tiba tepat waktu. Tahu kalau aksinya ketahuan, Pria Pemalu langsung kabur. Koo Ryeon mana mungkin membiarkannya kabur begitu saja setelah melakukan semua ini. Jun Woong yang sadar pun memohon pada Ryung Gu agar menangkap Pria Pemalu. Ryung Gu tetap menolak karna sudah aturan mereka untuk tidak ikut campur dalam urusan manusia. Perusahaan mempunyai aturan dan sejak Jun Woong masuk, mereka terus melanggar aturan. Bagi Jun Woong, mungkin pekerjaan ini hanya akan berahir dalam 6 bulan. Namun, bagi dia dan Koo Ryeon, mereka harus terus mempertahankan tim MR sampai tujuan mereka tercapai. Jadi, dia mohon agar selama Jun Woong bersama tim MR, berhentilah membuat masalah.



Pria Pemalu kabur dengan mobilnya sambil menggerutu kesal karena hari ini tidak ada yang berjalan sesuai kemauannya. Rasa kesal berubah menjadi rasa takut saat dia terus melihat bayangan Koo Ryeon mengejarnya padahal dia menaiki mobil. Dan tiba-tiba saja, Koo Ryeon sudah berada di depan mobilnya. Kaget, Pria Pemalu membanting setir dan menabrak pinggiran tebing. Ketakutan itu semakin membesar saat Koo Ryeon memperkenalkan diri sebagai Malaikat Maut. Malaikat Maut yang sebenarnya.



Sebagai hukuman, dia menghajar Pria Pemalu. Itu hukuman karena dia menghasilkan uang dengan nyawa orang lain. Apa dia menyebut dirinya manusia?! Dasar sampah! Sudah sampai di titik tersebut, Pria Pemalu tetap saja tidak merasa bersalah. Baginya, dia hanya membantu mereka yang ingin mengakhiri hidup! Kan bukan dia yang meyuruh mereka!!

Tepat saat itu, Ryung Gu dan Jun Woong tiba setelah mengejar mereka dengan mobil. Ryung Gu langsung turun dari mobil dan meminta Koo Ryeon untuk berhenti memukuli Pria Pemalu. Mereka tidak boleh ikut campur lebih jauh lagi. Jun Woong nggak setuju dan tidak mau Koo Ryeon berhenti. Dan Koo Ryeon lebih memilih mendengarkan Ryung Gu. Pas dia melepaskan Pria Pemalu, ponsel mereka malah berbunyi. Ada target baru yang hendak bunuh diri. Namanya adalah Song Jin Ho, 34 tahun dengan energi negatif 97%. Dan Song Jin Ho adalah Pria Pemalu.


Jun Woong nggak terima. Dia nggak mau mereka menghentikan Jin Ho. Koo Ryeon dengan tegas mengingatkan kalau tugas mereka adalah mencegah mereka yang hendak mengakhiri hidup meskipun orang itu adalah seorang kriminal. Jun Woong mulai teriak-teriak seperti anak kecil yang tantrum. Dia nggak mau menerima penjelasan itu dan menguraikan kejahatan Jin Ho yang membunuh orang dan mau membunuhnya tadi!

Selama mereka berdebat, Jin Ho mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah botol kecil berisi racun. Dia meminum racun tersebut untuk bunuh diri. Sesaat setelah racun itu di minum, dia mulai batuk darah. Ryung Gu dan Koo Ryeon panik. Mereka berteriak menyuruh Jun Woong untuk tidak diam saja dan segera menelepon ambulans. Pilihan Jun Woong? Dia tidak mau melakukannya. Dia ingin membiarkan Jin Ho mati.

“Choi Jun-woong! Memang hanya kau yang punya rasa keadilan? Aku juga marah! Namun, kita tetap… harus menyelamatkannya. Itu adalah tugas Tim MR. Paham?” tegas Koo Ryeon.



“Kalau begitu, aku akan keluar…dari Tim MR,” ujar Jun Woon dan berjalan pergi.

Sebelum dia pergi lebih jauh, seseorang tiba di sana. Joong Gil. Dia bisa ke sana karena mencium bau busuk dari arwah Jin Ho.


“Kau pikir kematian akhir dari segalanya? Tidak. Ini hanya permulaan dibandingkan dengan dosa yang harus kau bayar. Hanya ada satu tempat untukmu. Kau akan kekal terbakar dalam bara api yang tak pernah padam. Setiap saat, kau akan merasa tubuhmu dicabik dan disatukan kembali. Di Neraka paling mengerikan,” beritahu Joong Gil kepada Jin Ho.

Mendengar ucapan Joong Gil, Jin Ho seperti bisa membayangkan siksa Neraka yang akan dihadapinya. Itu membuatnya ketakutan dan mulai memohon agar diselamatkan.



“Selamatkan aku. Kau bilang akan menyelamatkanku. Apa yang kalian lakukan? Selamatkan aku,” pinta Jin Ho.

“Tim MR juga menyelamatkan orang seperti ini?” tanya Joong Gil dan langsung pergi begitu saja.

“Ini semua dimulai karena dirimu. Jadi, kau yang putuskan. Kau akan menyelamatkan dia atau keluar dari Tim MR,” ujar Koo Ryeon, memberikan keputusan di tangan Jun Woong, meskipun Ryung Gu menentangnya.

“Cepat selamatkan aku. Jika aku mati… kaulah yang membunuhku. Apa bedanya kau dan aku? Ayolah, cepat selamatkan aku. Tolong selamatkan aku. Aku sungguh ingin hidup,” pinta Jin Ho, dengan gaya sombongnya.


Dan setelah hanya diam sesaat. Jun Woong akhirnya menelepon ambulans. Dia menyelamatkan Jin Ho, meskipun sebenarnya sangat tidak ingin melakukannya.

“Hiduplah. Kau harus hidup dan bayar semua kejahatanmu, setelah itu matilah. Kau mengerti?” marah Jun Woong.

Dan walaupun sudah berada di tahap seperti itu, Jin Ho tetap nggak merasa bersalah sedikitpun. Dia merasa tidak perlu menebus apapun karena tidak ada bukti atas kejahatannya.

--


Ryung Gu lah yang membawa pulang Jun Woong ke kantor tim MR. Dia tahu kalau Jun Woong pasti merasa berat mengambil keputusan tadi. Biasanya, Ryung Gu akan pulang jika sudah jamnya, namun kali ini dia mengajak Jun Woong minum dulu sebelum pulang. 

“Ini rahasia… kudengar Bu Koo juga emosional dan kekanak-kanakan sepertimu saat baru mulai bekerja. Setiap kali bertemu orang jahat di Dunia Fana, dia akan memukuli mereka tidak peduli kapan ajalnya. Dia sudah cukup berumur sekarang, jadi, dia bisa meredam amarahnya,” cerita Ryung Gu. “Dahulu pernah ada situasi kami harus menyelamatkan penipu yang akan bunuh diri. Banyak orang terlilit utang karena dia dan di antaranya ada dua tulang punggung keluarga yang melakukan bunuh diri.”

“Apa yang terjadi pada penipu itu? Kau menyelamatkannya?”

“Hari itu, Bu Koo membuat keputusan yang sama seperti hari ini.”

“Kenapa… Kau juga lihat. Dia sama sekali tak merasa bersalah. Sejujurnya, aku masih berpikir seharusnya biarkan saja dia mati.”


“Tidak. Menjalani sisa hidup mereka jauh lebih buruk bagi penipu itu. Karena mereka harus membayar dosa yang diperbuat selama hidup. Kau mungkin tak tahu ini, tapi jika ada yang lebih menyakitkan dari hukuman yang diterima setelah mati, itu adalah hukuman yang diterima semasa hidup. Karena rasa sakitnya sepuluh kali lipat dibandingkan yang dirasakan korban dan keluarganya sampai kau mati. Song Jin-ho. Dia juga akan mengalaminya,” jelas Ryung Gu.

Dan apa yang dikatakan oleh Ryung Gu adalah benar. Jin Ho berhasil diselamatkan karena ambulans tiba tepat waktu. Namun, karena racun yang diminumnya, dia akan kehilangan suaranya.


Bukan hanya itu, Ryung Gu dan Koo Ryeon juga sudah meminta rekaman dari tim penyunting Jumadeung. Ingatkan, di Jumadeung, ada tim yang bertugas mengedit video semasa hidup dari seseorang dan akan memutarkannya ketika orang itu meninggal. Jadi, meskipun Jin Ho bilang tidak ada bukti untuk kejahatannya, mereka punya. Koo Ryeon sudah meminta video dari tim penyunting dan memberikannya ke Ryung Gu untuk dikasihkan ke Jun Woong. Jun Woong bisa mengirimkannya ke polisi. Dan karena mereka akan mengirimnya melalui komputer Jumadeung, polisi tidak akan bisa melacak IP mereka.

Tidak buang waktu, Jun Woong langsung mengirimkan video itu ke polisi. Video itu merekam saat Jin Ho berusaha membunuhnya dan saat Jin Ho mengakui perbuatannya. Begitu menerima video tersebut, polisi langsung bergegas menangkap Jin Ho yang sekarang di rawat di rumah sakit.


Jin Ho sudah sadar dari pengaruh bius. Dia benar-benar tidak bisa bicara lagi. Dan sepertinya dia ketakutan karena alih-alih tetap diam, dia malah memilih melepaskan semua peralatan medis dan pergi dari ruang IGD. Diluar, pas sekali para polisi melihatnya. Makin takutlah Jin Ho dan langsung kabur melalui tangga darurat. Karena kondisinya yang belum pulih dan juga karma, kakinya tergelincir dan dia jatuh terguling di tangga. Kepalanya menabrak tembok dengan keras. Polisi yang mengejarnya langsung bergegas memanggil dokter.


Akibat peristiwa tersebut, Jin Ho harus kehillangan indera pendengarannya. Kini, dia bukan hanya tidak bisa bicara tetapi juga tidak bisa mendengar apapun lagi. Dia akan menghabiskan sisa hidupnya terbaring di ranjang dengan keadaan sadar.


“Menyelamatkan mereka agar bisa menerima hukuman setimpal di dunia. Itulah salah satu wewenang yang diberikan Direktur kepada manajer Tim Manajemen Risiko. Dia akan hidup begitu selama 18 tahun, berharap waktu itu dia sebaiknya mati saja. Akan lebih baik jika saat itu dia langsung masuk Neraka,” jelas Ryung Gu, mengenai hukuman yang diterima Jin Ho.

“Ini membuatku merasa lebih baik. Namun, bagaimana jika aku salah pilih? Kenapa dia bisa memercayaiku…”

“Entahlah. Mungkin ada sesuatu pada dirimu yang hanya diyakini oleh Bu Koo. Sama seperti dengan Nona Shin. Tentu saja, aku tak ingin percaya pada dirimu. Sudah saatnya aku pulang. Jangan beri tahu Bu Koo kita minum di sini,” akhiri Ryung Gu.

--


Entah apa yang dipikirkan oleh Joong Gil, tapi dia menemui Kaisar Giok. Kaisar Giok memuji apa yang telah dilakukan oleh Jun Woong. Dia nggak menyangka aja kalau Jun Woong akan memilih menyelamatkan Jin Ho. Menarik.

“Sepertinya kau masih belum bisa tidur. Mimpi adalah bentuk lain dari dunia nyata,” ujar Kaisar Giok, melihat ekspresi Joong Gil.

“Aku tidak mengerti…”


“Orang yang salah mengambil pilihan, kebanyakan akan menyesalinya untuk waktu yang lama, namun pada akhirnya melupakannya. Tapi terkadang, ada beberapa orang yang dihantui oleh penyesalan. Juga tak bisa melupakannya. Bahkan di dalam mimpi mereka. Namun sebesar apa pun penyesalan itu, masa lalu tidak bisa diubah.”

--


Tidak lama setelah Ryung Gu pulang, Koo Ryeon baru kembali ke kantor. Begitu melihatnya, Jun Woong langsung meminta maaf atas sikapnya tadi yang penuh emosi.


“Choi Jun-woong. Kali ini semua berakhir dengan baik, namun jika berakhir buruk, seperti katamu, kita tak akan bisa menyelamatkan orang yang berisiko. Tak akan ada hari esok bagi orang yang butuh bantuan kita. Besar atau kecilnya setiap keputusan memiliki pilihan dan konsekuensi. Karena itu sejak awal aku berusaha menghentikanmu. Aku tidak menyesali keputusanku. Jadi jika kau ingin berhenti, lakukanlah.”

“Tidak, aku tak mau keluar,” ujar Jun Woong.

“Sebuah tim tak dilakukan seorang diri. Entah berapa lama kau akan berada di sini, namun selama di sini, ingatlah itu.”

“Baik, aku akan mengingatnya. Lalu, terima kasih sudah membantuku.”

Dan sebagai rasa terimakasih, Jun Woong pergi membelikan kopi untuknya.


Saat dia kembali, Koo Ryeon malah nggak ada di ruangan. Sendirian seperti ini, Jun Woong jadi terpikir sesuatu. Ini mengenai ucapan Ryung Gu yang bilang kalau mereka harus melanjutkan tim MR sampai tujuan mereka (Ryung Gu dan Koo Ryeon) tercapai. Dia juga baru sadar kalau Ryung Gu selalu pulang tepat waktu. Dan Koo Ryeon, dia pernah bilang kalau dia datang dari Neraka.


Koo Ryeon baru dari suatu tempat dan mau kembali ke kantor. Yang nggak di duga, Joong Gil sudah menunggunya sedari tadi. Dari kemarin, dia memang mencarinya Koo Ryeon, tapi teralih karena kasus Jin Ho. Saat mereka berbincang, diam-diam Jun Woong menguping.

“Kenapa kau membantu keputusan Choi Jun-woong?” tanya Koo Ryeon, membahas yang Joong Gil lakukan di kasus Jin Ho.

“Membantu? Jangan konyol.”

“Aku tahu kau sengaja memprovokasi dia.”

“Kau mengenalku dengan baik. Kau percaya pada pilihannya?”

“Aku memercayainya.”

“Aku juga pernah memercayaimu.”

“Apa tujuanmu datang ke sini?”


“Aku ingin bertanya. Kau. Kenapa kau ada di sana? Bukan. Kenapa aku ada di sana?” tanya Joon Gil, mengingat mimpi buruknya.

“Di mana?”

“Di mimpi burukku.”

=-T O M O R R O W-=

 


 

Epilog,

Ryung Gu terus menerus mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Dan orang yang meneleponnya selalu menanyakan hal aneh seperti : saran berkencan, meminta jimat hingga suhu sungai Han. Wajar kalau Ryung Gu merasa lelah dan kesal. Yang mendapat telepon aneh seperti itu bukan hanya Ryung Gu tapi juga Koo Ryeon.


Koo Ryeon juga jadi curiga kalau Jun Woong menerima telepon serupa. Makanya, dia bertanya ke Jun Woong, apa dia mendapat telepon usil? Soalnya, sepertinya ada orang gila yang menyebarkan nomor teleponnya dan Ryung Gu.

Jun Woong langsung tegang. Dia ingat kalau dia yang menyebarkannya. Dia memberikan kartu nama Ryung Gu dan Koo Ryeon ke Matahari Terbenam dan Salam Terakhir waktu itu. Ah, melihat ekspersinya, keduanya sudah bisa menebak kalau Jun Woong adalah orang gila tersebut.

Kesal, Ryung Gu langsung menelepon ke tim personalia Jumadeung. Dia ingin mengubah penilaiannya terhadap kinerja Jun Woong. Dia ingin mengubah semuanya menjadi F.  

Post a Comment

Previous Post Next Post