Original Network : Channel 7
“Lalu kamu,
apakah kamu akan memarahi muridmu?” tanya Chuen.
“Universitas
belum dimulai. Aku belum harus memarahi mereka, tapi aku berharap aku tidak
bertemu murid sepertimu,” balas Ton.
Mendengar
itu, Chuen tertawa. Dan melihat tawa itu, Ton tersenyum.
Kade membuat
keributan dirumah. Dia merasa tidak adil, karena dia hampir mati, tapi Lady
Veena malah tidak memarahi Chuen sedikitpun. Dan Yupa setuju, bahkan dia ikut
memanas- manasi keadaan di hadapan Mr. Niwat. Namun Mr. Niwat tidak mau ikut
campur dalam masalah ini, karena dia bukan pemilik rumah, jadi dia tidak bisa
memutuskan.
“Tapi kamu
kan kakak dari pemilik rumah! Kamu harus memberitahu dia untuk mengusir Chuen!"
teriak Madam Kanda.
“Tapi Ibu,
aku dengar P’Kade dan temannya yang memulai duluan,” kata Kanok.
Mendengar
Kanok berpihak kepada Chuen. Madam Kanda langsung bersikap histeris, dia
memarah- marahi Kanok dengan kasar. Dan merasa tidak tahan lagi, Mr. Niwat
menyuruhnya untuk diam, karena ini bukan rumah mereka, jadi jika Madam Kanda
terus berteriak dengan keras, maka mereka akan malu sama pemilik rumah. Tapi
Madam Kanda tidak peduli dan tidak merasa malu sama sekali.
“Aku tahu
darimana Kade mendapatkan kepribadian seperti ini. Dia mirip dengan Ibunya,”
kata Mr. Niwat dengan pelan, menahan emosinya.
“Jadi apa?!
Ada apa denganku! Huh! Apa yang salah?!” teriak Madam Kanda.
“Ahhh!!”
jerit Kade, tidak tahan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Lalu diapun
pergi dan Madam Kanda serta Yupa langsung pergi mengikutinya.
Setelah Madam
Kanda dan Kade pergi, Kanok merasa lega. Apalagi besok dia sudah bisa masuk ke
sekolah lagi, jadi dia tidak perlu mendengarkan omelan Madam Kanda lagi. Saat
Mr. Niwat mendengar perkataan Kanok itu, dia menegur Kanok supaya jangan bicara
seperti itu, karena bagaimanapun Madam Kanda adalah Ibu Kanok, jadi walaupun
Madam Kanda bersikap kasar atau kejam, sebagai anak, Kanok harus menghormati
Madam Kanda.
Mendengar
teguran itu, Kanok berhenti tersenyum. Dia mengiyakan serta meminta maaf.
Chuen, Ton,
dan Tor, sedang mengobrol- ngobrol bertiga. Lalu Kade datang. Dia meminta Ton
untuk mengajarkannya. Dan Ton pun setuju. Lalu mereka berdua pergi. Melihat
itu, Chuen merasa agak tidak nyaman, tapi dia tidak mengatakan apa- apa. Dan
dia lanjut mengobrol- ngobrol dengan Tor.
Ketika Chuen
dan Tor kembali. Chuen memberitahu Lady Veena bahwa dia mau mempacking barang-
barangnya. Dan Kade langsung menyindir, kenapa Chuen belum mempacking sampai
sekarang.
“Aku tidak
berencana untuk mempacking terlalu banyak. Aku masih akan pulang ke rumah
setiap Sabtu,” kata Chuen, menjelaskan. Lalu dengan narsis, dia melanjutkan,
“Karena banyak orang yang merindukanku,” katanya.
Mendengar
itu, Lady Veena dan Lord Pichai tersenyum geli.
Kabar
mengenai Chuen akan pergi dan tinggal di asrama sekolah tersebar. Mengetahui
ini, Madam Kanda dan Yupa langsung mengajari Kade untuk menggunakan kesempatan
ini, selagi Chuen tidak ada dirumah. Gunakan kesempatan ini untuk mendekati Ton
dan menjebak Ton. Dan dijamin, Kade pasti bisa menjadi Istri Ton.
“Ibu, aku akan mencoba untuk dekat
dengan Khun Ton,” kata Kade, bersemangat.
“Kade. Bukan dekat seperti itu.
Maksudku kamu harus tidur dengan Khun Ton,” jelas Madam
Kanda, mengajarkan Kade yang masih polos.
“Ibu! Aku belum lulus! Juga Khun
Ton dan aku belum menikah,” balas Kade.
“Ampun. Jika kamu menunggu Khun
Ton untuk melamar mu, maka ada harapan Chuen akan mencuri dia darimu duluan.
Khususnya ketika mereka tinggal di rumah yang sama,” kata Yupa, memanas- manasin Kade supaya panik.
Kanok
kebetulan lewat dan mendengar semua pembicaraan mereka bertiga.
Kanok
kemudian masuk ke dalam kamar Mr. Niwat dan melaporkan hal tersebut kepada Mr.
Niwat. Dan saat mendengar itu, Mr. Niwat terkejut.
Mr. Niwat
lalu turun dan mengusir Kade untuk kembali ke rumah besar sekarang. Lalu
setelah Kade pergi, Yupa ingin ikut pergi juga. Tapi Mr. Niwat menghentikan
Yupa agar jangan pergi.
“Apa yang salah dengan kalian
berdua? Menanamkan ide untuk menjebak pria ke dalam kepala Kade, huh!” kata Mr. Niwat, marah. “Orang lain
mengajarkan hal yang baik kepada anak. Tapi kamu malah mengajarkan anakmu untuk
jadi pelacur!”
“Kamu tidak tahu apapun!” balas Madam Kanda.
“Menjijikkan! Ingat ini, berhenti
menanamkan ide buruk ini ke dalam kepala putriku lagi! Jika tidak, aku akan
berakhir antara kita,” ancam Mr. Niwat.
Didalam rumah
ini, orang yang paling mungkin untuk menguping pembicaraan mereka bertiga,
hanyalah Kanok. Jadi Madam Kanda dan Yupa datang ke kamar Kanok. Madam Kanda
menampar Kanok dan memarahinya untuk jangan mencampuri urusannya. Lalu Yupa
tersenyum mengejek Kanok.
Beberapa
orang didalam kelas mengejek nama Chuen. Mereka menyebut namanya dengan sebutan
Chuencheewan Chaona, yang artinya Cheewan petani. Untungnya, masih ada orang
baik di dalam kelas yang berpihak kepada Chuen.
Tiga orang
baik ini bahkan mengajak Chuen untuk ikut dalam drama sekolah yang akan
diadakan, yaitu drama Romeo dan Juliet. Mengetahui itu, Chuen merasa tertarik.
Dari sini
Chuen dan tiga orang tersebut mulai berteman. Hubungan mereka sangat baik, dan
membuat beberapa orang iri.
Lady Veena
agak merindukan Chuen, jadi dia datang ke rumah kecil untuk mengobrol- ngobrol
dengan Nanny Aon. Tepat disaat mereka sedang mengobrol, Pelayan Jan dan Pelayan
Jeua lewat, mereka berdua berbicara menjelek- jelekkan Chuen. Mendengar itu,
Lady Veena memanggil mereka berdua.
“Aku membesarkan Chuen sebagai
putriku. Siapapun yang tidak senang atau tidak suka pada putriku, mereka tidak
perlu tinggal dirumah ini,” kata Lady Veena dengan halus.
Namun mendengar itu, Pelayan Jan merasa ngeri. Sedangkan si bodoh Pelayan Jeua,
dia tampak bodoh seperti biasa.
Ketika
Pelayan Jan dan Pelayan Jeua datang melaporkan kejadian barusan, Madam Kanda
merasa cemburu serta iri. Sebab selama ini Lady Veena selalu menyebut Kade
sebagai ‘keponakan’ saja, tapi kepada Chuen, Lady
Veena malah menyebut Chuen ‘putriku’.
Mr. Niwat
kebetulan turun dan mendengar itu. Merasa malas, dia mengabaikan Madam Kanda dan
pergi. Melihat itu, Madam Kanda merasa kesal.
Mr. Niwat
pergi ke rumah besar. Dia masih merasa penasaran tentang Ibu Chuen, jadi dia
mau pergi ke Rungsit. Mengetahui itu, Lady Veena dan Lord Pichai mengizinkannya
untuk pergi ke sana, juga mereka memberikan supir untuk mengantarkan Mr. Niwat
besok.
Keesokan
paginya, ketika Mr. Niwat pergi, Madam Kanda memperhatikannya dari jauh. Dan
Yupa yang berada disebelah Madam Kanda bertanya dengan curiga, apakah Mr. Niwat
memiliki istri lain. Dan mendengar pertanyaan itu, Madam Kanda mengejek Yupa
berisik seperti Snow (nama anjing Ton), lalu dia masuk ke dalam rumah.
“Kamu bertindak seperti kamu
paling baik!” omel Yupa dengan kesal,
dibelakang Madam Kanda yang sudah masuk ke dalam rumah.
Kakek Chom
tidak tahu kalau Mr. Niwat bakal datang lagi, jadi saat Mr. Niwat tiba- tiba
datang, dia merasa terkejut. Lalu dia menyuruh Bawahan Mu untuk segera
mengambilkan pistolnya dan dengan keras dia menyuruh Mr. Niwat untuk berhenti
dan jangan masuk ke dalam rumahnya.
“Khun Luang!” panggil Mr. Niwat dengan sopan. “Ak… aku datang untuk menemui
Cheewan,” katanya dengan hati- hati.
“Tidak ada yang namanya Cheewan
disini!” balas Kakek Chom.
Dari celah-
celah dinding kayu, Cheewan melihat ke datangan Mr. Niwat.
“Pergi!” perintah Kakek Chom, mengancam, sambil mengarahkan
pistol yang diberikan oleh Bawahan Mu kepada Mr. Niwat.
“Aku sudah menemukan Cheewan
sekarang. Aku tidak akan kembali tanpa dia,” balas Mr.
Niwat, bersikeras. “Khun Luang, Chuen adalah putriku,
kan?” tanyanya dengan yakin.
“Aku peringatkan kamu untuk
terakhir kali nya. Pergi!” teriak Mr. Niwat.
Dengan susah
payah, Cheewan menyeret tubuhnya dan menuruni tangga. “Ayah!” panggilnya.
Melihat
Cheewan, Mr. Niwat langsung berlari masuk dan ingin mendekati Cheewan. Dan
Kakek Chom pun menembak kaki Mr. Niwat.
“Niwat!” panggil Cheewan, panik. Lalu dia terjatuh dari tangga.