Original
Network : Channel 7
“Profesor atau Perwira? Mereka
kan selalu bergantian menjemputmu setiap Sabtu,” kata Ying, menanyai ‘Siapa sih
Romeo Chuen?’.
“Ying,” jawab Chuen.
Mendengar itu, Ying langsung
memegang tangan Chuen dan mengumumkan kepadanya semuanya bahwa dialah Romeo
bagi Chuen.
Keluarga Sarayut, Nanny Aon, Nat,
Nan, bahkan Kanok, mereka semua datang ke sekolah untuk menonton pertunjukkan
drama Romeo dan Juliet yang Chuen mainkan. Mereka semua sangat bersemangat dan
menantikan pertunjukkan Chuen.
Beberapa teman Kade, mereka
merencanakan sesuatu yang jahat untuk mempermalukan Chuen di atas panggung
nantinya.
“Sekarang, moment yang dinantikan
setiap orang. Kami akan memainkan drama ‘Romeo dan Juliet’ yang merupakan
terjemahan kerajaan oleh Yang Mulia Raja Vajiravudh. Dimainkan oleh murid
tingkat 7. Nama para aktor ada di brosur. Selamat menikmati,” kata Host di atas
panggung, mengumumkan drama ‘Romeo dan Juliet’ akan segera dimulai.
Mendengar itu, Kanok merasa
sangat bersemangat. Sedangkan Ton yang duduk di sebelahnya bersikap acuh dan
berpura- pura tidak peduli, kepadahal dia juga menantikan drama yang dimainkan
oleh Chuen ini.
Ying muncul diatas panggung
dengan sikap gagah. Dia beneran tampak seperti seorang Romeo. Sedangkan Chuen,
dia tampak sangat cantik, memerankan peran sebagai Juliet. Mereka berdua
memainkan peran Romeo dan Juliet dengan sangat baik.
Disaat suasana antara Romeo dan
Juliet sedang sangat mesra. Tiba- tiba dari atas berjatuhan kertas- kertas
berwarna- warni yang menganggu permainan drama. Disaat kejadian ini terjadi,
Ying dan Chuen sama- sama merasa terkejut. Begitu juga dengan para penonton,
mereka heran, apa yang terjadi. Untungnya, Chuen dan Ying tidak terlarut di dalam
rasa terkejut terlalu lama.
Chuen dan Ying melanjutkan
permainan drama Romeo dan Juliet dengan sangat baik. Mengabaikan kejadian yang
mengejutkan mereka barusan.
Teman- teman jahat Kade, setelah
mereka berhasil mengacaukan drama Romeo dan Juliet yang Chuen dan Ying mainkan,
mereka kabur dari belakang panggung
sambil tertawa. Lalu mereka pergi untuk membeli minuman.
Tapi tanpa mereka sangka, ketika
mereka datang ke aula untuk menonton drama Chuen dan Ying, ternyata drama Romeo
dan Juliet berhasil berakhir dengan baik.
Setelah drama selesai, Ton ingin
segera pergi. Dia berpura- pura bersikap acuh dan tidak peduli kepada Chuen.
Tapi ketika Chuen datang dan Kanok menyuruh agar Ton berdiri disebelah Chuen
serta berfoto dengan Chuen, Ton sama sekali tidak menolak. Melihat itu, Tor
agak cemburu, tapi dia tidak tahu harus berkata apa untuk memisahkan Ton yang
berfoto berduaan dengan Chuen.
Nan yang memotret Chuen dan Ton,
dia tiba- tiba merasa terpesona, ketika melihat Ying. Melihat itu, Ying
menanyai, ada apa. Dan Nan diam sambil tersenyum malu- malu.
Mr. Niwat yang duduk di kursi
roda, dia bersantai di halaman depan, menunggu Chuen pulang. Melihat itu, Madam
Kanda menyindir Mr. Niwat. Tapi Mr. Niwat mengabaikannya. Kemudian Madam Kanda
pun mengajak Pelayan Juea untuk pergi dan meninggalkan Mr. Niwat sendirian
dihalaman.
Tepat disaat itu, Chuen dan yang
lainnya pulang. Melihat itu, Mr. Niwat tersenyum kepada Chuen. Tapi Chuen
mengabaikannya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Didalam rumah. Yupa menyarankan
sesuatu kepada Madam Kanda, tapi sebelum dia mengatakan rencananya, dia
mengusir Pelayan Jan dan Pelayan Juea untuk pergi.
“Ada rahasia apa Yupa?” tanya
Madam Kanda, ingin tahu.
“Aku punya cara untuk
menyingkirkan Chuencheewa,” kata Yupa dengan percaya diri.
“Apa yang harus kita lakukan?”
tanya Kade, bersemangat. Dan Yupa tersenyum penuh arti kepada Madam Kanda serta
Kade.
Lady Veena datang menghampiri Mr.
Niwat, dia menceritakan penampilan Chuen hari ini dan dia memuji bahwa hari ini
Chuen berdandan sangat cantik sekali. Mendengar itu, Mr. Niwat sangat setuju,
menurutnya Chuen secantik Ibu Choi. Lalu Lady Veena mengundang Mr. Niwat ke
dalam rumah. Tapi Mr. Niwat menolak, karena Chuen pasti tidak akan senang
ketika melihatnya dan dia tahu Chuen sangat membencinya.
“Itu karena dia tidak tahu,”
komentar Lady Veena.
“Dik,” kata Mr. Niwat, panik.
“Kamu tidak boleh memberitahu Chuen kebenarannya. Mengerti? Kamu kan sudah
berjanji padaku,” pintanya.
“Baiklah,” kata Lady Veena,
mengerti. “Ayo masuk ke dalam rumah. Aku akan mendorong kursi rodamu,” ajaknya.
Rencana Yupa adalah memakai pria
untuk menjebak Chuen. Saat mendengar rencana itu, Madam Kanda merasa curiga,
siapa pria yang ingin Yupa pakai untuk menjebak Chuen. Dan dengan gugup, Yupa
menjelaskan bahwa pria ini adalah temannya, teman biasa, dan lagian dia sudah
memiliki Tor, jadi dia tidak mungkin memikirkan pria lain. Walaupun masih
meraasa curiga, Madam Kanda puas dengan perkataan Yupa. Jadi diapun setuju
dengan rencana Yupa.
“Beritahu temanmu itu, jika dia
berhasil, aku akan memberinya hadiah menarik,” kata Madam Kanda.
“Apa kamu ingin berbicara
langsung dengannya?” tanya Yupa, bersemangat.
“Tidak perlu. Kamu saja yang
lakukan. Hati- hati,” balas Madam Kanda.
“Baik, Bibi. Aku akan hati-
hati,” kata Yupa sambil tersenyum patuh.
“Aku akan memberimu hadiah
special juga,” kata Kade, puas dengan sikap Yupa. “Jadi kapan rencana ini mau
dimulai?” tanyanya, agak tidak sabaran.
“Tenang saja. Rencana ini harus
di persiapkan secara matang- matang. Jangan lupa Lady memperlakukan gadis itu
sangat special,” jawab Yupa. Dan Madam Kanda setuju.
Lady Veena datang ke kamar Chuen
dan mengajak Chuen untuk turun ke bawah serta bertemu dengan Mr. Niwat.
Mengetahui itu, Chuen ingin menolak. Tapi Lady Veena membujuk agar Chuen turun
dan menemui Mr. Niwat, karena bagaimanapun Mr. Niwat sudah baik kepada Chuen
dan bahkan Mr. Niwat memberikan kalung keluarga kepada Chuen.
Karena bujukan itu, akhirnya
Chuen pun mengikuti Madam Kanda untuk turun ke bawah dan menemui Mr. Niwat.
Mr. Niwat sangat senang ketika
melihat Chuen. Dengan perhatian, dia menanyai, apakah Chuen capek. Jika iya,
maka dia menyarankan agar Chuen beristirahat. Dan dengan sopan, Chuen menjawab
bahwa dia tidak apa- apa.
“Lady ku, bawa Chuen untuk
beristirahat. Dia kan baru saja pulang,” kata Lord Pichai, bersikap perhatian
juga.
“Aku tidak apa,” jawab Chuen.
“Kalau begitu, aku pamit pulang
dulu. Ton atau Tor, bisakah salah satu dari kalian mendorongku untuk pulang?”
tanya Mr. Niwat.
“Aku bisa mendorongmu,” kata
Chuen, menawarkan diri. Hal ini sangat tidak disangka oleh semua orang. “Apa
kamu ingin ikut Lady?” tanya dengan sopan.
“Iya,” jawab Lady Veena dengan
senang hati.
“Aku juga ikut,” kata Tor.
Sesampainya dirumah samping,
Chuen bertemu dengan Madam Kanda, Kade, serta Yupa. Dengan sangat manis, Chuen
tersenyum kepada mereka. Dan dengan sengaja, dia memamerkan kalung Chawal yang
dipakainya. Melihat itu, Madam Kanda tampak kesal, tapi dia berusaha untuk
menahan dirinya agak tidak terbawa emosi. Tapi Kade yang masih muda, dia tidak
pandai untuk menutupi emosinya di depan orang. Dia berbicara dengan sikap tidak
sopan, lalu dia masuk ke dalam rumah begitu saja, mengabaikan setiap orang.
“Kade merasa agak tidak enak badan, jadi dia agak mudah
terbawa emosi,” kata Madam Kanda, membuat alasan
untuk sikap tidak sopan Kade. Lalu dia mengalihkan topik, “Dimana Kanok?” tanyanya.
“Oh, aku lupa memberitahumu. Kanok pergi ke rumah Nat dan
Nan, dia bilang dia ingin berdiskusi tentang pelajaran Insinyur,” jawab Lady Veena, memberitahu.
Setelah memberitahu itu, Lady
Veena dan yang lainnya pamit. Tapi Yupa menghentikan Tor. Dengan sikap menggoda
dan manja, dia memanggil dan mendekati Tor. Melihat itu, Chuen tertawa.
“Apa yang kamu ketawai Chuen?” tanya Yupa, tidak senang.
“Aku menertawai Khun Tor,” jawab Chuen,
penuh penekanan. Lalu dia menutupi mulutnya dan tertawa pelan.
Yupa kemudian mengabaikan Chuen.
Dengan sikap menggoda, dia menggoyang- goyangkan tubuhnya dan mengundang Tor
untuk menonton berssama. Sayangnya, Tor tidak tertarik, jadi diapun menolak.
Tapi dia menolak dengan sopan, sehingga orang yang ditolak tidak merasa
tersinggung.
Lalu Madam Kanda mengabaikan Mr.
Niwat dan masuk ke dalam rumah begitu saja. Dia tidak mau mendorongkan kursi
roda Mr. Niwat.
Chuen datang ke taman belakang
yang sudah di ubahnya dan di tatanya. Dan ketika dia datang ke sana, ternyata
disana ada Ton. Melihat Ton, Chuen agak tidak nyaman, apalagi ketika Ton
menyuruhnya untuk duduk dan bersikap seperti pemilik taman belakang ini. Namun
akhirnya, dia tetap menurut dan duduk.
“Aku menyadari beberapa kali kamu
bertingkah seperti kamu membenci Paman Niwat,” komentar Ton.
“Aku hanya menumpang. Bagaimana
aku bisa membenci kerabat pemilik?” balas Chuen, bersikap ketus.
“Jika Bibi Lady dengar, dia akan
sedih,” tegur Ton. “Sekarang aku tidak senang, karena kamu tidak menjawab
pertanyaan ku dan berbicara seperti anak kecil,” omelnya.
“Aku hanya ingin memberitahumu
bahwa aku tidak punya hak untuk membenci Mr. Niwat,” kata Chuen, menjawab
pertanyaan Ton sebelumnya dengan sikap masih ketus.
Ton sebenarnya sangat ingin tahu,
apa alasan Chuen membenci Mr. Niwat. Tapi Chuen terus bersikap ketus dan sama
sekali tidak mau memberitahu. Jadi akhirnya, Ton pun berniat untuk pergi saja.
“Jika kamu benar- benar ingin
tahu, coba tanya Mr. Niwat saja,” kata Chuen, menyarankan dengan sangat ketus.