Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 7 part 2

 

Original Network : Channel 7

Malam hari. Nat dan Nan datang mengunjungi Cheun yang ada dirumah kecil bersama dengan Nanny  Aon. Mereka berdua datang untuk mengundang Cheun makan wonton bersama, dan mereka sudah mengundang penjual wonton nya ke sini.


“Bolehkah aku ikut makan juga?” tanya Nanny Aon dengan bersemangat. Dan Nan mengiyakan.

“Kemudian bolehkah aku mengundang Bibi Yohng untuk makan juga. Dia selalu membuatkan makanan untuk orang lain. Jadi biar hari ini, orang lain yang memasakkan untuknya,” kata Cheun, meminta izin. “Oh ya, sekalian P’Yam, P’Sa, Paman Wing dan Loy juga,” pintanya. Dan dengan senang hati, Nat serta Nan mengiyakan. “Tapi kecuali Jan dan Juea,” kata Cheun, menekankan. Mendengar itu, semuanya tertawa.


Ton sedang belajar. Lalu tiba- tiba dia mendengar suara ketukan. Dan saat dia ingin mengintip ada apa diluar, Tor datang ke kamar nya.

“Khun Ton, kamu mau makan wonton bersama?” ajak Tor.

“Tidak,” tolak Ton langsung. “Hei, kamu sudah besar sekarang. Jangan berkiaran dan bermain- main seperti anak kecil,” tegurnya.

“Anak kecil apaan? Nanny Aon baris paling depan,” balas Tor sambil tertawa. Lalu dia pamit dan pergi, karena dia ingin makan wonton bersama yang lainnya.


Dihalaman. Setiap orang menikmati semangkuk wonton yang Nat dan Nan belikan. Mereka makan sambil mengobrol serta tertawa dengan keras. Dan dengan senang, Cheun berterima kasih kepada Nan. Lalu Tor datang dan ikut bergabung dengan mereka.

“P’Nat, Ying Chat akan datang ke kediaman Pichai Sarayut,” bisik Cheun, membantu Nan untuk mendekati Ying.

“Benarkah?” tanya Nan, senang sekali.


Melihat Cheun dan Nan saling berbisik- bisik, Tor merasa agak cemburu. Jadi dia berdehem pelan. Dan dengan malu, Nan langsung terdiam serta memberikan kode kepada Cheun untuk jangan memberitahukan rahasia ini.

“Ini rahasia P’Nat,” kata Cheun, penuh arti. Dan semua tertawa sebagai tanda mengerti.


Mendengar canda tawa diluar, Ton pun mengintip dari jendela. Dan melihat itu, Nanny Aon langsung memanggil Ton. Tapi Ton malah berbalik badan dan mengabaikan panggilannya.

“Menurutku Khun Ton pasti ingin bergabung juga dengan kita,” canda Chef Yhong, menebak sambil tertawa.

“Menurutku tidak. Dia itu mungkin sudah mau tidur,” balas Tor dengan yakin.


Pagi hari. Di meja makan. Kade mengomentari bahwa kita akan mencret jika kita makan sembarangan. Mendengar itu, Cheun tahu kalau yang dimaksud oleh Kade adalah dirinya. Dan diapun langsung menjelaskan kepada Lady Veena bahwa wonton yang semalam mereka makan dijamin bersih serta enak, jika tidak, tidak mungkin penjualnya akan berjualan untuk waktu yang lama. Lalu penjualnya ada bercerita kalau dia sudah berjualan selama 10 tahun sampai sekarang.

“Dia mungkin saja berbohong,” komentar Kade.

“Dia tidak berbohong. Aku ada mendengar bahwa ada penjual wonton didekat sini, sejak sebelum aku pindah ke sini,” kata Lady Veena, menjelaskan.

“Bibi berpihak pada Cheun?!” tanya Kade, tidak terima.

“Kade. Aku tidak suka mendengar kamu berbicara kasar,” tegur Lady Veena.


Ton merasa kalau apa yang Kade katakan tidak lah salah. Jika kita makan sembarangan diluar, maka kita akan sakit perut. Karena hal inilah, makanya Ton membela Kade. Dan dengan senang, Kade mengucapkan terima kasih pada Ton.

“Aku juga makan dan tidak terjadi apapun padaku. Paman penjualnya kelihatan bersih juga,” kata Tor, mendukung Cheun.

“Terima kasih ya Khun Tor, karena sudah memberikanku keadilan,” kata Cheun sambil menatap ke arah Kade dengan penuh arti.

“Baiklah. Sudah cukup! Berdebat pagi- pagi begini, membuatku kehilangan selera saja,” komentar Lord Pichai, menyudahi perdebatan yang terjadi.


Mendengar itu, Cheun menatap Kade sambil mengangkat sedikit alisnya dan tersenyum. Melihat ekspresi mengejek Cheun itu, Kade jadi emosi. Dan dengan kesal, diapun pergi meninggalkan meja makan.

“Kade,” panggil Lady Veena, khawatir.

“Bibi, biarkan saja dia. Dia mungkin marah sekarang. Tidak ada gunannya kamu mengatakan apapun padanya sekarang, itu mungkin akan membuatnya semakin marah,” kata Cheun sambil menyentuh tangan Lady Veena dengan sikap perhatian.

“Cheun benar. Kade orang yang tidak sabaran. Jadi biarkan dia tenang dulu,” kata Lord Pichai, setuju dengan Cheun.


“Aku juga salah. Aku berbicara seperti aku mengejek dia barusan,” kata Cheun, bersikap seperti merasa bersalah. “Tapi aku benar- benar ingin berterimakasih pada Khun Tor. Hanya saja karena aku berdebat dengan Khun Kade, itu membuat Paman Lord dan Bibi Lady, Khun Ton, dan Khun Tor, jadi kehilangan selera,” katanya sambil menundukkan kepalanya.

“Tidak apa,” hibur Lady Veena, dia merasa kalau Cheun tidak salah.

“Ayo, lanjut makan,” kata Lord Pichai.

Kepadahal suasana di meja makan sudah membaik. Tapi Ton merasa tidak nafsu makan lagi. Jadi diapun berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.


Kade pulang sambil menangis. Dia merengek dan meminta Madam Kanda untuk membalas kan dendam nya pada Cheun, karena barusan Cheun mengejeknya pas di meja makan, bahkan Lord Pichai dan Lady Veena malah berpihak pada Cheun. Mendengar itu, Madam Kanda langsung menyuruh Mr. Niwat untuk memarahi Lady Veena nanti. Namun Mr. Niwat menolak. Sedangkan Kanok, dia hanya diam saja dan makan, karena dia malas meladeni sikap cengeng Kade.

Karena Mr. Niwat menolak perkataannya, Madam Kanda jadi merasa kesal. Dan dia meluapkan rasa kesalnya kepada Kanok. Dia mengambil gelas dan melemparkannya ke kepala Kanok.


“Hei, rakus! Adikmu menangis dan kamu masih bisa makan!” bentak Madam Kanda.

“Kanok,” panggil Mr. Niwat, khawatir, ketika melihat kepala Kanok berdarah. “Apa kamu baik- baik saja?” tanyanya. Dan tanpa mengatakan apapun, Kanok pergi.

Melihat Kanok pergi begitu saja, Madam Kanda semakin merasa kesal. Jadi dia memarahi Kanok lagi. Dan mendengar itu, Mr. Niwat tidak sabaran lagi dengan sikap Madam Kanda, jadi dia berdiri dan berjalan pergi. Tapi Madam Kanda tidak membiarkannya dan menghentikannya.


“Apa kamu tidak lihat kepala Kanok terluka?!” tanya Mr. Niwat, marah.

“Apa kamu tidak lihat putrimu berdiri disana dan menangis sampai matanya membengkak?!” balas Madam Kanda dengan keras.

“Aku mau mengecek Kanok!” balas Mr. Niwat, tidak peduli.

Dikamar. Dengan perhatian, Mr. Niwat menghampiri Kanok dan mengajak Kanok untuk ke rumah sakit. Tapi Kanok menolak.

“Jangan keras kepala. Ikut denganku,” ajak Mr. Niwat, memegang tangan Kanok. Dan sambil menahan air matanya, Kanok berjalan mengikuti Mr. Niwat.


Ditaman belakang. Dengan bangga, Cheun menulis surat untuk Kakek Chom. Dia menceritakan tentang perdebatannya dengan Kade, tentang Kanok yang terluka sampai menerima lima jahitan di kepala. Itu semua karena dirinya.  Lalu tiba- tiba saja Ton datang, dan Cheun pun langsung menyembunyikan surat yang ditulisnya.

“Kamu puas?” tanya Ton, ketus. “Aku bisa melihat kalau kamu sengaja membuat Khun Kade terlihat seperti orang yang egois didepan Paman dan Bibi,” komentarnya.

“Ya ampun! Bagaimana bisa aku melakukan sesuatu seperti itu?” sangkal Cheun.


Ton sangat yakin kalau Cheun pasti sengaja. Lalu dia meminta surat yang Cheun pegang. Dan tentu saja, Cheun menolak. Kemudian Ton pun berniat untuk merebut surat tersebut secara paksa, dia yakin pada ada sesuatu pada surat yang Cheun tulis. Dengan susah payah, Cheun berusaha untuk melindungi surat yang di pegangnya tersebut.

Tepat disaat itu, Loy datang. Dia melaporkan kalau teman- teman Cheun sudah datang. Dan mendengar itu, Cheun pun langsung buru- buru pergi untuk menjauhi Ton.



Setelah Cheun dan teman- temannya menyapa Lady Veena. Mereka berempat pergi ke dekat danau dan bersantai- santai sambil minum serta menyemil.

Yupa membawa Madam Kanda untuk menemui Songwut. Dalam perjalanan ke sana, Madam Kanda merasa kepanasan, lalu dia curiga kenapa Yupa tampak sangat familiar dengan jalanan sini. Dan dengan cepat, Yupa beralasan bahwa dia jarang ke sini, tapi Songwut pernah bercerita padanya, jadi dia tahu jalanan disini.

“Kita sudah sampai. Sebelah sana, Songwu ada disana,” kata Yupa sambil menunjuk ke depan. Dia tidak ingin Madam Kanda berpikir dan curiga padanya.


Dengan sikap gentleman, Songwu menyapa Madam Kanda serta Yupa. Lalu dia mempersilahkan mereka berdua duduk di kursi yang sudah di lap nya sebelumnya. Mendengar kalau kursinya sudah di bersihkan, barulah Madam Kanda mau duduk. Kemudian tanpa berbasa- basi, dia memberitahu Songwut bahwa dia ingin Songwut menyingkirkan Chuencheewa, dan Songwut boleh melakukan apapun, asalkan Chuen pergi dari kediaman Sarayut dan dari hidup setiap orang.

“Tapi aku tidak pernah bertemu dia,” kata Songwut.

“Jangan khawatir. Aku akan mengatur supaya kamu bisa bertemu dengannya,” kata Yupa, memberikan jaminan.

“Jika kamu sukses, aku akan memberikan mu hadiah,” kata Madam Kanda, menawarkan upah atau hadiah kepada Songwut.

“Mengenai hadiah atau uang, itu tidak sepenting pertemanan. Jika teman tidak saling membantu, bagaimana pertemanan bisa berlanjut?” kata Songwut, seolah- olah dia membantu teman secara tulus, bukan karena hanya dia diberikan hadiah.

“Kelihatannya kalian berdua sangat dekat,” komentar Madam Kanda, agak curiga sambil melirik ke arah Yupa yang merasa gugup.

“Teman adalah hal yang paling penting. Aku berteman dengan Yupa. Juga aku senior Khun Kade di sekolah dulunya, tapi saat itu aku berhenti bersekolah karena ada kecelakaan,” kata Songwut, menjelaskan. Untuk menghilangkan rasa curiga Madam Kanda.

Madam Kanda sebenarnya tidak terlalu peduli dengan Songwut. Dia hanya peduli, apakah Songwut dan Yupa memiliki hubungan, karena dia tidak akan menyetujui hal itu terjadi. Kemudian dia memberikan seamplop uang sebagai uang muka untuk Songwut.


Namun seperti biasa, Songwut berpura- pura bersikap gentleman. Dia mengatakan kalau dia tidak akan menerima uang itu, sebelum pekerjaannya selesai.

“Baiklah,” kata Madam Kanda, berniat menyimpan amplop itu ditas nya kembali.

Melihat itu, Songwut panik dan langsung mengambil amplop uang tesebut. “Tapi pamanku pernah mengajarkan, jika seseorang memberikan, kita tidak seharusnya menolak,” jelasnya sambil tersenyum.


Karena Nat dan Nan sering datang membawakan bunga mawar untuk Chuen. Maka Loy menanam itu di sekitar taman depan.

Ton lewat dan melihat- lihat bunga- bunga mawar tersebut. Lalu Kade datang membawakan minuman serta cemilan untuk Ton. Tapi Ton menolak, karena dia tidak suka. Kemudian Kade pun mulai berbicara mengenai Chuen yang bersikap seperti mak coblang untuk Nat serta Ying. Dan Kade tertawa, karena menurutnya itu hal yang lucu, Chuen bermain mak coblang untuk Nat serta Ying, tapi akhirnya Chuen pasti akan merebut Nat sendiri. Jadi pasti bakal terjadi masalah.

“Aku tidak peduli. Juga aku tidak suka mendengar omong kosong. Kamu tidak perlu memberitahuku,” kata Ton dengan sikap dingin. Lalu dia pergi.



Ketika Nat melihat Ying haus, dia mengambilkan minuma untuk Ying. Tapi Ying tidak terlalu menghargai itu, karena dia punya tangan, jadi dia bisa mengambil minuman sendiri. Sebagai mak coblang, Chuen berusaha untuk membantu Nat dengan meminta Ying untuk kasihan pada Nat. Tapi Ying tidak peduli, karena dia punya tangan dan minuman ada didepannya. Dan mendengar itu, Nan merasa geli serta setuju dengan perkataan Ying.

“Mengapa kamu tidak mengundang Prof. Ton bergabung dengan kita? Dia pasti kelaparan sekarang,” tanya Ying, ingin tahu. Mendengar itu, Tor merasa cemburu.

“Biarkan saja dia lapar. Itu tidak ada hubungannya denganku,” balas Chuen, acuh. Dan setiap orang tertawa, kecuali Tor yang merasa cemburu.

Post a Comment

Previous Post Next Post