Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 9 part 3

 

Original Network : Channel 7



Chuen mengusir Mr. Niwat untuk pergi. Tapi Mr. Niwat sama sekali tidak bergerak dan tidak tampak mau pergi. Jadi Chuen mulai mengatainya dengan kata- kata kasar. Dan Lady Veena langsung menegur Chuen, tapi Chuen tidak peduli dan terus menyuruh Mr. Niwat untuk pergi. Dan Mr. Niwat setuju untuk pergi.

“Chuen, Ayah mengerti kamu. Aku tidak akan memarahimu atau menyalahkanmu, jika kamu marah dan membenciku,” kata Mr. Niwat dengan tulus.

“Aku bilang keluar,” balas Chuen.

Setelah Dokter selesai memeriksa Ibu Choi, setiap orang pulang. Sebenarnya, Tor ingin tinggal dan menemani Chuen. Tapi Lady Veena tidak setuju, karena sikap Kakek Chom terhadap mereka. Lagian mereka sudah meninggalkan seseorang, jadi jika ada apapun, mereka bisa segera tahu.


Didalam kamar, Chuen berbicara kepada Ibu Choi  yang masih tidur. Dia mengerti sakit yang Ibu Choi dan Kakek Chom rasakan, dan dia merasakan hal yang sama. Ini bukan kebencian biasa. Tepat disaat itu, Ibu Choi terbangun.

“Chuen,” panggil Ibu Choi dengan lemah.

“Apa yang kamu butuhkan? Air?” tanya Chuen. Dan Ibu Choi mengangguk pelan.


Dirumah. Mr. Niwat masih memikirkan tentang Ibu Choi. Sebenarnya sedari dulu dia sudah ingin mengakui kesalahannya dan meminta maaf, tapi tidak ada kesempatan. Juga dia sangat mencintai Ibu Choi dan dia tidak pernah melupakan Ibu Choi. Jadi sekarang, dia benar- benar ingin bertemu dan berbicara dengan Ibu Choi, walaupun Kakek Chom melarangnya nanti, tapi dia tetap ingin bertemu Ibu Choi, karena ini mungkin kesempatan terakhirnya. Lalu untuk Chuen, dia meminta agar Lady Veena jangan marah pada Chuen, karena dia telah banyak melakukan kesalahan kepada Kakek Chom dan Ibu Choi. Ibu Choi menjadi cacat, Kakek Chom kehilangan pekerjaan, itu semua karena dirinya. Bahkan seharusnya Chuen juga bisa hidup lebih baik daripada ini.

Mendengar itu, Lady Veena merasa sedih. Lalu dia memegang tangan Mr. Niwat, “Kamu sudah coba memperbaikinya,” hiburnya.

“Itu sudah terlambat. Sudah terlambat,” balas Mr. Niwat.


Setelah meminum sedikit air, Ibu Choi meminta Chuen untuk memanggilkan Kakek Chom. Karena dia ingin berbicara. Dan Chuen mengiyakan, lalu dia pergi.


Chuen pergi ke dekat kandang ayam untuk memanggil Kakek Chom. Tapi Kakek Chom malah bersikap dingin padanya, dan dia merasa sedih. Lalu ketika Kakek Chom pergi, Paman Mun menghibur Chuen agar jangan sedih, sebab Kakek Chom hanya sedang marah saja sekarang.

“Mengapa dia tidak mengerti aku?” tanya Chuen dengan sedih.

“Kamu juga tidak mengerti dia!” balas Paman Mun.

“Tapi aku tidak tahu apapun, aku hanya ingin Dokter untuk mengobati Ibu. Apakah aku salah?!” tanya Chuen. Dan Paman Mun diam.



Kakek Chom datang ke kamar Ibu Choi. Dengan perhatian, dia menanyakan, apakah Ibu Choi sudah merasa lebih baikan. Dan Ibu Choi mengiyakan. Lalu dia memberitahu Kakek Chom bahwa dia ingin membicarakan sesuatu, tapi sebelum itu dia meminta agar Kakek Chom jangan marah.

“Aku ingin bertemu dia (Mr. Niwat),” kata Ibu Choi.

“Karena dia membawa Dokter untuk mengobati mu, kamu jadi melupakan segalanya,” keluh Kakek Chom, tidak senang.

Ibu Choi agak sedih, karena tampaknya Kakek Chom selalu salah paham pada dirinya. Alasan dia ingin bertemu Mr. Niwat, karena dia ingin tahu apa yang Mr. Niwat ingin katakan padanya, sebab ini sudah 20 tahun lamanya dia menderita. Juga dia merasa waktunya sudah dekat, seperti sebentar lagi dia akan mati. Jadi dia ingin Mr. Niwat untuk melihat dirinya menderita karena Mr. Niwat sendiri, supaya Mr. Niwat merasa bersalah. Lalu dia akan memaafkan Mr. Niwat. Jadi karma mereka bisa berakhir sampai disini. Jika ada kehidupan selanjutnya, dia berharap mereka berdua tidak akan bertemu lagi.

Mendengar alasan- alasan yang Ibu Choi katakan, Kakek Chom yang awalnya tidak setuju dan tidak mengizinkan, jadi terdiam.


Loy datang mengambari kalau Ibu Choi ingin bertemu dengan Mr. Niwat. Mendengar kabar tersebut, Mr. Niwat dan Lady Veena langsung berangkat bersama- sama. Kecuali Tor. Sebenarnya Tor ingin ikut, tapi Lady Veena menyuruhnya untuk tetap di rumah saja.


Ketika Mr. Niwat dan Lady Veena datang. Kakek Chom langsung mengingatkan Mr. Niwat untuk jangan berbohong dan menipu putrinya lagi. Karena dia ingin putrinya mati dengan tenang dalam kebenaran. Dan Mr. Niwat mengiyakan.

Mr. Niwat berbicara berdua dengan Ibu Choi yang berada didalam kamar. Sedangkan Chuen menemani Lady Veena serta mengobrol dengannya.

Dengan sikap baik, Lady Veena mengatakan kepada Chuen bahwa dia tidak marah kepada Chuen, karena Chuen pasti punya alasan, sampai bersikap kasar pada Mr. Niwat. Tapi dia meminta Chuen untuk jangan lupa bahwa kedua orang tua Chuen juga punya alasan sendiri. Tepat disaat Lady Veena mengatakan itu, Kakek chom datang.

“Chuen adalah cucuku. Aku mendisplikannya dan mengajarinya sejak dia kecil. Orang lain tidak punya hak,” kata Kakek Chom dengan tegas. Lalu dia menyuruh Chuen untuk pergi. Dengan sikap nurut, Chuen pun pergi.


Setelah Chuen pergi, Kakek Chom memperingatkan Lady Veena. Dia bisa mengambil hak asuh Chuen kembali kapapun, jika Lady Veena terus mencampuri sesuatu yang bukan merupakan urusan Lady Veena.

Mendengar itu, Lady Veena pun terdiam.


Mr. Niwat memanggil Ibu Choi dengan nama Cheewan. Dan Ibu Choi langsung membalas bahwa namanya sekarang adalah Choi, bukan lagi Cheewan. Dengan sedih, Mr. Niwat menjelaskan bahwa selama ini dia tidak pernah melupakan Ibu Choi. Namun Ibu Choi tidak ingin mengingat kenangan lama, karena waktunya sudah tidak banyak lagi. Dan Mr. Niwat meminta Ibu Choi untuk jangan mengatakan hal sedih seperti itu.

“Alasan aku ingin melihat mu, aku ingan kita saling memaafkan satu sama lain,” kata Ibu Choi dengan lemah.

“Cheewan,” panggil Mr. Niwat.



“Jangan panggil nama itu lagi. Jika kamu masih punya kesadaran,” balas Ibu Choi, tidak senang mendengar nama ‘Cheewan’.

“Apa yang kamu ingin aku lakukan?” tanya Mr. Niwat, sedih.

“Seperti yang aku katakan, aku ingin kita saling memaafkan satu sama lain. Aku tidak ingin bertemu kamu lagi, baik di kehidupan selanjutnya atau kehidupan manapun. Aku tidak ingin menginjak kaki di dunia yang sama,” jawab Ibu Choi.

“Jangan katakan itu, aku mohon,” pinta Mr. Niwat, semakin sedih. “Tolong beri aku kesempatan  untuk memperbaiki semuanya,” pintanya.

“Sudah terlambat,” balas Ibu Choi. Selama mereka berbicara ini, Ibu Choi tidak ada melihat ke arah Mr. Niwat sedikit pun.

Post a Comment

Previous Post Next Post