Original Network :
Channel 7
Chuen mengusir Mr. Niwat untuk pergi. Tapi
Mr. Niwat sama sekali tidak bergerak dan tidak tampak mau pergi. Jadi Chuen
mulai mengatainya dengan kata- kata kasar. Dan Lady Veena langsung menegur
Chuen, tapi Chuen tidak peduli dan terus menyuruh Mr. Niwat untuk pergi. Dan
Mr. Niwat setuju untuk pergi.
“Chuen, Ayah mengerti kamu. Aku tidak akan
memarahimu atau menyalahkanmu, jika kamu marah dan membenciku,” kata Mr. Niwat
dengan tulus.
“Aku bilang keluar,” balas Chuen.
Setelah Dokter selesai memeriksa Ibu Choi,
setiap orang pulang. Sebenarnya, Tor ingin tinggal dan menemani Chuen. Tapi
Lady Veena tidak setuju, karena sikap Kakek Chom terhadap mereka. Lagian mereka
sudah meninggalkan seseorang, jadi jika ada apapun, mereka bisa segera tahu.
Didalam kamar, Chuen berbicara kepada Ibu
Choi yang masih tidur. Dia mengerti
sakit yang Ibu Choi dan Kakek Chom rasakan, dan dia merasakan hal yang sama.
Ini bukan kebencian biasa. Tepat disaat itu, Ibu Choi terbangun.
“Chuen,” panggil Ibu Choi dengan lemah.
“Apa yang kamu butuhkan? Air?” tanya Chuen.
Dan Ibu Choi mengangguk pelan.
Dirumah. Mr. Niwat masih memikirkan tentang
Ibu Choi. Sebenarnya sedari dulu dia sudah ingin mengakui kesalahannya dan
meminta maaf, tapi tidak ada kesempatan. Juga dia sangat mencintai Ibu Choi dan
dia tidak pernah melupakan Ibu Choi. Jadi sekarang, dia benar- benar ingin
bertemu dan berbicara dengan Ibu Choi, walaupun Kakek Chom melarangnya nanti,
tapi dia tetap ingin bertemu Ibu Choi, karena ini mungkin kesempatan terakhirnya.
Lalu untuk Chuen, dia meminta agar Lady Veena jangan marah pada Chuen, karena
dia telah banyak melakukan kesalahan kepada Kakek Chom dan Ibu Choi. Ibu Choi
menjadi cacat, Kakek Chom kehilangan pekerjaan, itu semua karena dirinya.
Bahkan seharusnya Chuen juga bisa hidup lebih baik daripada ini.
Mendengar itu, Lady Veena merasa sedih. Lalu
dia memegang tangan Mr. Niwat, “Kamu sudah coba memperbaikinya,” hiburnya.
“Itu sudah terlambat. Sudah terlambat,” balas
Mr. Niwat.
Setelah meminum sedikit air, Ibu Choi meminta
Chuen untuk memanggilkan Kakek Chom. Karena dia ingin berbicara. Dan Chuen
mengiyakan, lalu dia pergi.
Chuen pergi ke dekat kandang ayam untuk
memanggil Kakek Chom. Tapi Kakek Chom malah bersikap dingin padanya, dan dia
merasa sedih. Lalu ketika Kakek Chom pergi, Paman Mun menghibur Chuen agar
jangan sedih, sebab Kakek Chom hanya sedang marah saja sekarang.
“Mengapa dia tidak mengerti aku?” tanya Chuen
dengan sedih.
“Kamu juga tidak mengerti dia!” balas Paman
Mun.
“Tapi aku tidak tahu apapun, aku hanya ingin
Dokter untuk mengobati Ibu. Apakah aku salah?!” tanya Chuen. Dan Paman Mun
diam.
Kakek Chom datang ke kamar Ibu Choi. Dengan
perhatian, dia menanyakan, apakah Ibu Choi sudah merasa lebih baikan. Dan Ibu
Choi mengiyakan. Lalu dia memberitahu Kakek Chom bahwa dia ingin membicarakan
sesuatu, tapi sebelum itu dia meminta agar Kakek Chom jangan marah.
“Aku ingin bertemu dia (Mr. Niwat),” kata Ibu
Choi.
“Karena dia membawa Dokter untuk mengobati mu,
kamu jadi melupakan segalanya,” keluh Kakek Chom, tidak senang.
Ibu Choi agak sedih, karena tampaknya Kakek
Chom selalu salah paham pada dirinya. Alasan dia ingin bertemu Mr. Niwat,
karena dia ingin tahu apa yang Mr. Niwat ingin katakan padanya, sebab ini sudah
20 tahun lamanya dia menderita. Juga dia merasa waktunya sudah dekat, seperti
sebentar lagi dia akan mati. Jadi dia ingin Mr. Niwat untuk melihat dirinya
menderita karena Mr. Niwat sendiri, supaya Mr. Niwat merasa bersalah. Lalu dia
akan memaafkan Mr. Niwat. Jadi karma mereka bisa berakhir sampai disini. Jika
ada kehidupan selanjutnya, dia berharap mereka berdua tidak akan bertemu lagi.
Mendengar alasan- alasan yang Ibu Choi
katakan, Kakek Chom yang awalnya tidak setuju dan tidak mengizinkan, jadi
terdiam.
Loy datang mengambari kalau Ibu Choi ingin
bertemu dengan Mr. Niwat. Mendengar kabar tersebut, Mr. Niwat dan Lady Veena
langsung berangkat bersama- sama. Kecuali Tor. Sebenarnya Tor ingin ikut, tapi
Lady Veena menyuruhnya untuk tetap di rumah saja.
Ketika Mr. Niwat dan Lady Veena datang. Kakek
Chom langsung mengingatkan Mr. Niwat untuk jangan berbohong dan menipu putrinya
lagi. Karena dia ingin putrinya mati dengan tenang dalam kebenaran. Dan Mr.
Niwat mengiyakan.
Mr. Niwat berbicara berdua dengan Ibu Choi
yang berada didalam kamar. Sedangkan Chuen menemani Lady Veena serta mengobrol
dengannya.
Dengan sikap baik, Lady Veena mengatakan
kepada Chuen bahwa dia tidak marah kepada Chuen, karena Chuen pasti punya
alasan, sampai bersikap kasar pada Mr. Niwat. Tapi dia meminta Chuen untuk
jangan lupa bahwa kedua orang tua Chuen juga punya alasan sendiri. Tepat disaat
Lady Veena mengatakan itu, Kakek chom datang.
“Chuen adalah cucuku. Aku mendisplikannya dan
mengajarinya sejak dia kecil. Orang lain tidak punya hak,” kata Kakek Chom
dengan tegas. Lalu dia menyuruh Chuen untuk pergi. Dengan sikap nurut, Chuen
pun pergi.
Setelah Chuen pergi, Kakek Chom
memperingatkan Lady Veena. Dia bisa mengambil hak asuh Chuen kembali kapapun,
jika Lady Veena terus mencampuri sesuatu yang bukan merupakan urusan Lady Veena.
Mendengar itu, Lady Veena pun terdiam.
Mr. Niwat memanggil Ibu Choi dengan nama
Cheewan. Dan Ibu Choi langsung membalas bahwa namanya sekarang adalah Choi,
bukan lagi Cheewan. Dengan sedih, Mr. Niwat menjelaskan bahwa selama ini dia
tidak pernah melupakan Ibu Choi. Namun Ibu Choi tidak ingin mengingat kenangan
lama, karena waktunya sudah tidak banyak lagi. Dan Mr. Niwat meminta Ibu Choi
untuk jangan mengatakan hal sedih seperti itu.
“Alasan aku ingin melihat mu, aku ingan kita
saling memaafkan satu sama lain,” kata Ibu Choi dengan lemah.
“Cheewan,” panggil Mr. Niwat.
“Jangan panggil nama itu lagi. Jika kamu
masih punya kesadaran,” balas Ibu Choi, tidak senang mendengar nama ‘Cheewan’.
“Apa yang kamu ingin aku lakukan?” tanya Mr.
Niwat, sedih.
“Seperti yang aku katakan, aku ingin kita
saling memaafkan satu sama lain. Aku tidak ingin bertemu kamu lagi, baik di
kehidupan selanjutnya atau kehidupan manapun. Aku tidak ingin menginjak kaki di
dunia yang sama,” jawab Ibu Choi.
“Jangan katakan itu, aku mohon,” pinta Mr.
Niwat, semakin sedih. “Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya,” pintanya.
“Sudah terlambat,” balas Ibu Choi. Selama mereka berbicara ini, Ibu Choi tidak ada melihat ke arah Mr. Niwat sedikit pun.