Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 8 part 2

 

Original Network : Channel 7


Nanny Aon menjamin kalau Chuen bukanlah tipe orang yang akan mencari masalah duluan. Tapi itu bukanlah hal yang Ton lihat, menurutnya sikap Chuen juga buruk. Karena hal inilah, makanya dia membela Madam Kanda dan Kade tadi. Juga karena dia tidak ingin ada kebencian dan masalah semakin besar, sebab bagaimanapun mereka semua adalah kerabat. Mendengar itu, Nanny Aon pun diam.

“Aku akan pergi mengecek Chuen,” pamit Tor. Lalu dia pergi.


Tor berkeliling mencari- cari Chuen, tapi tidak ketemu. Dia sampai pergi ke rumah Nat dan Nan untuk bertanya, tapi Chuen juga tidak ada disana. Lalu dia bertemu dengan Loy, dan dari Loy dia mendapatkan kabar tentang Chuen. Loy memberitahu Tor bahwa Chuen sudah pergi sedari tadi ke pasar, tapi sampai sekarang belum pulang juga. Dan alasan Chuen pergi sendirian ke sana, karena Chuen mendapatkan surat dari teman lamanya barusan yang mengajak untuk bertemu disana.


Mengetahui itu, Tor pun langsung pergi ke pasar untuk mencari Chuen. Dan Loy juga mengikutinya. Tapi sesampainya dipasar, Chuen sama sekali tidak ada di sana. Mereka sampai bertanya- tanya ke orang- orang di pasar, tapi tidak ada satupun yang melihat Chuen.


Setiap orang panik, karena Chuen menghilang. Chuen tidak tahu hilang kemana, bahkan mengenai surat yang Chuen terima, tidak ada nama yang tertera disana. Jadi mereka sama sekali tidak memiliki petunjuk apapun. Oleh karena ini, Tor pun memutuskan untuk melapor ke polisi, dan Ton setuju serta mengikutinya.

“Loy, coba pikirkan, apa ada hal yang tidak biasa tentang surat itu?” tanya Lord Pichai. Dan Loy diam serta mencba mengingat- ingat.


Orang yang menculik Chuen adalah Songwut dan komplotannya. Pada saat Chuen terbangun, dia terkejut melihat Songwut yang duduk disampingnya. Dan dengan genit, Songwut ingin mencium Chuen. Tapi jelas saja, Chuen langsung menghindarinya. Namun Songwut sama sekali tidak marah, karena Chuen menghindari ciumannya, malahan dia semakin bersemangat menggoda Chuen. Dia memberitahu Chuen bahwa dia akan membawa Chuen ke rumah pengantin mereka.

“Itu kamu kan. Kamu yang menulis surat itu?” tanya Chuen dengan yakin.

“Aku kira kamu tidak akan bertanya. Gimana yah? Bisa dikatakan ‘iya’ dan ‘tidak’,” jawab Songwut, tidak memberikan jawaban yang jelas.

“Apa kamu yang merencanakan ini atau orang lain yang menyuruhmu?” tanya Chuen, mengubah pertanyaannya.

“Sial! Gadis ini, bukannya takut saat bangun, tapi malah terus bertanya!” bentak Songwut, tidak sabaran dengan sikap Chuen.

“Kamu seperti monyet!” balas Chuen. Dan mendengar itu, komplotan Songwut yang menyindir tertawa. Lalu Songwut pun memarahinya.


Sesampainya ditempat tujuan, Songwut membawa Chuen keluar dari mobil dan lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah. Tapi Chuen tidak mau, dia mau Songwut melepaskan ikatan tangannya terlebih dahulu. Namun tentu saja, Songwut menjawab tidak.

“Aku sendirian, ditambah aku hanya seorang gadis biasa. Sedangkan kalian ada berdua,” kata Chuen, mencoba membuat Songwut supaya melepaskan ikatan tali ditangannya.

“Aku bilang masuk ke dalam! Mengerti?!” bentak Songwut sambil mengangkat tangannya yang memegang pistol.


Dengan terpaksa, Chuen pun masuk ke dalam rumah. Lalu Songwut juga ikut masuk ke dalam rumah. Dan dengan sikap jinak, Chuen duduk. Kemudian Chuen mengatakan bahwa dia janji tidak akan memperkara kan masalah ini, asalkan Songwut mengantarkannya pulang sekarang. Tapi tentu saja, Songwut tidak mau. Juga Songwut sama sekali tidak merasa takut, dengan tenang dia duduk disebelah Chuen dan memeluk bahu Chuen.

“Biar kuberitahu kamu. Aku sudah menyukaimu, sejak pertama kali kita bertemu. Kamu tahu itu?” kata Songwut dengan lembut sambil mengelus wajah Chuen. Lalu dia mendekatkan wajahnya dan ingin mencium Chuen.


Tanpa berpikir, Chuen pun langsung mengigit tangan Songwut. Dan hal itu membuat Songwut marah serta menampar Chuen.

Dengan paksa, Songwut kemudian ingin memperkosa Chuen saja langsung. Tapi Chuen terus melawan dengan cara menendangnya, jadi Songwut pun memukulnya lagi. Lalu Chuen pun pingsan.


Si komplotan mengira Chuen dan Songwut sedang bersenang- senang didalam rumah sekarang. Jadi diapun masuk ke dalam mobil untuk beristirahat sejenak.



Saat memeriksa kalau Chuen sudah beneran pingsan, Songwut pun langsung duduk diatas Chuen dan melepaskan pakaiannya. Tapi ternyata, Chuen hanya berpura- pura pingsan saja. Jadi ketika Songwut berada diatasnya, Chuen langsung menendang kemaluan Songwut. Kemudian disaat, Songwut sedang merasa kesakitan, Chuen langsung mencari cara untuk melepaskan ikatan tali ditangannya. Setelah ikatannya berhasil lepas, dia mengambil setiap barang yang ada didalam rumah dan melemparkan itu pada Songwut.


Tapi sebagai pria, Songwut jelas lebih kuat daripada Chuen. Walaupun awalnya dia kesakitan, dan agak kesulitan karena harus terus menghindar dari lemparan Chuen. Tapi akhirnya, dia berhasil menangkap Chuen. Dan tanpa ampun, dia menonjok perut Chuen dengan kuat. Lalu dia mencekik leher Chuen.

“Jika aku tidak membuat mu menjadi Istriku hari ini, maka aku bukan manusia!” geram Songwut, emosi.

Dengan panik, Chuen meraba- raba meja di belakang nya. Lalu dia tersentuh sebuah tongkat, dan tanpa berpikir, dia langsung mengambil tongkat itu untuk memukul kepala Songwut. Sehingga kepala Songwut pun terluka dan berdarah.

“Kamu tidak tahu Chuen, cucu Kakek Chom!” kata Chuen. Lalu selagi Songwut lemah, Chuen mengambil pistol Songwut dan keluar dari rumah. Setelah keluar, dia tidak lupa untuk mengunci pintu rumah.


Kemudian Chuen masuk ke dalam mobil dan mengancam si Komplotan untuk mengantarkannya pulang. Jika tidak, maka dia akan menembak.

Karena takut ditembak, maka si Komplotan pun menjalankan mobilnya.

“Arm! Arm!” teriak Songwut, memanggil komplotannya. Tapi sayangnya, tidak ada jawaban sama sekali. Karena si komplotan dan Chuen sudah pergi.


Didalam mobil. Si komplotan menjelaskan pada Chuen bahwa dia tidak tahu apa- apa. Songwut mengundangnya untuk melakukan suatu pekerjaan, jadi diapun mengikuti Songwut. Dan Songwut itu adalah sepupunya.

“Jangan tembak aku! Jika kamu tembak aku, tidak akan ada yang mengantarkanmu pulang!” pinta si komplotan, takut Chuen bakal menembaknya.


Lady Veena menangis sedih, karena Chuen masih belum ketemu. Dan Madam Kanda menghibur Lady Veena untuk jangan sedih, karena tanpa Chuen, Lady Veena masih memiliki Kade, keponakan kandung dan keturunan asli keluarga Chawal. Lalu dia menyarankan bahwa seharusnya Lady Veena bersyukur, karena seseorang menculik Chuen, bukan Kade.

“Khun Kanda!” kata Lady Veena sambil menatap Madam Kanda dengan tatapan kecewa. “Apa kamu sadar apa yang kamu katakan?” tanyanya.

“Aku hanya ingin mengingatkanmu,” jawab Madam Kanda.

“Bagiku setiap orang terlahir sama rata. Bahkan Chuen juga boleh menerima cinta dan kepedulian seperti Kade,” kata Lady Veena, menasehati.

“Ya,” jawab Madam Kanda, tidak tulus. “Tapi kamu sedih, seperti jika Chuen adalah keponakan kandungmu,” keluh nya.



“Chuen adalah keponakan kandungku. Seperti Kade. Mungkin kamu sudah merasakan itu, kan? Chuen adalah putri P’Niwat,” kata Lady Veena, memberitahu. “Aku tidak ingin mengungkapkan ini, karena P’Niwat memberitahuku jangan. Tapi kamu berbicara seperti jika Chuen adalah sejenis binatang. Tidak pantas di cintai ataupun di pedulikan oleh siapapun. Karena hal inilah aku mengungkapkan ini!” jelasnya dengan sedih.

“Kemudian aku kutuk dia supaya hidup dineraka!” teriak Madam Kanda, dengan tajam. Lalu dia pergi.


Kade sangat terkejut saat tahu kalau Chuen ternyata adalah putri Mr. Niwat. Pantas saja Lady Veena memanjakan Chuen. Dan Madam Kanda menyalahkan Mr. Niwat karena memiliki selera rendahan dulunya, sehingga hal ini terjadi. Lalu dia menenangkan Kade untuk jangan khawatir, karena dia pasti akan membuat Chuen tersingkir dan tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Si komplotan sangat takut Chuen akan melaporkannya kepada polisi nanti. Jadi dia terus memohon agar Chuen jangan melaporkannya nanti, apalagi dia masih punya istri dan anak dirumah. Namun Chuen tidak peduli, karena dia juga punya Ibu serta Kakek, tapi pada saat Songwut dan si komplotan menculiknya, mereka berdua tidak memikirkan dirinya.

“Nona, aku janji tidak akan melakukan ini lagi,” pinta si komplotan.

“Tungguh sampai aku tiba dirumah dulu, baru kita bicarakan!” balas Chuen.

Tor sangat panik, karena Chuen menghilang. Jadi dia pergi ke sana- ke sini untuk mencari Chuen. Dia mencari tanpa tujuan dan tanpa arah.

Sedangkan Ton, dia bersikap berkepala dingin dan tenang. Dia menyarankan Tor untuk pulang terlebih dahulu dan lalu rencanakan harus bagaimana. Tapi Tor tidak mau mendengarkan sama sekali.


“Setiap orang mengkhawatirkan dia,” kata Ton, mengerti perasaan Tor.

“Tapi tidak sepertiku! Aku mencintai Chuen,” balas Tor. “Jika terjadi apapun pada Chuen, aku tidak ingin hidup lagi!” katanya dengan keras.


Ton sangat panik sekali, sehingga dia bersikap agak emosional. Bahkan dia berniat untuk membunuh orang yang menculik Chuen, bila nanti Chuen ketemu. Mendengar itu, Ton langsung memarahi Tor, karena emosi tidak akan membantu apapun.

“Kamu tidak mencintai dia seperti aku mencintainya. Kamu tidak tahu betapa menyiksa nya ini,” kata Tor. Dan Ton pun diam. Kemudian dia menawarkan diri untuk bertukar tempat dan dia akan menyetir. Dan kali ini Tor setuju.


Dipembelokkan jalan, si komplotan tiba- tiba saja membuka pintu mobil dan melompat keluar dari dalam mobil. Chuen yang tidak menyangka, tidak sempat untuk bereaksi apapun. Lalu mobil menabrak pohon, dan Chuen terhentak ke depan serta pingsan.


Ketika Tor dan Ton lewat, mereka melihat banyak warga berkerumun di dekat sebuah mobil. Melihat itu, mereka berdua pun mendekat untuk memeriksa ada apa.


Lalu pada saat Ton dan Tor melihat bahwa ternyata orang yang berada didalam mobil tersebut adalah Chuen, mereka langsung membawa Chuen yang pingsan.


Didalam kamar. Yupa serta Kade tertawa keras, mereka mengira alasan Chuen dibawa ke rumah sakit adalah karena sehabis Songwut memperkosa Chuen, Songwut membuang Chuen didalam mobil. Tapi Madam Kanda tidak berpikir demikian, menurut nya jika Songwut beneran membuang Chuen, mengapa mobil itu bisa menabrak pohon. Jadi dia agak curiga, apakah mungkin rencana mereka gagal.

“Besok Songwut palingan akan memberikan kita kabar, mengapa sesuatu yang sederhana berubah menjadi sesuatu yang  rumit,” kata Yupa, menenangkan Madam Kanda.

Sambil tertawa, si komplotan kembali ke rumah Songwut. Dia membuka kan pintu yang terkunci dan membawa Songwut keluar. Lalu dia menceritakan kepada Songwut tentang apa yang terjadi sebelumnya dan apa yang dia lakukan juga. Dia yakin kalau sekarang Chuen pasti sudah mati, karena itulah dia tertawa. Tapi Songwut tidak senang, malahan dia merasa stress.


“Kita harus bersembunyi,” kata Songwut, memutuskan. Dan si komplotan merasa bingung, kenapa. “Bodoh! Kamu mau menunggu Chuen membawa polisi dan menangkap mu?!” keluh Songwut, memarahi si komplotan. “Chuen itu pintar. Selain itu, mobil itu adalah mobil curian, dan mungkin pemiliknya sedang mencari itu sekarang!” jelasnya. Lalu dia pergi duluan.

“Kakak, kamu mau kemana?!” teriak si komplotan, mengikuti Songwut.


Dirumah sakit. Ketika Chuen sudah sadar, Tor memegang tangan Chuen dan dengan perhatian, dia mengatakan kepada Chuen bahwa semalam dia sangat khawatir. Mendengar itu, Chuen mengucapkan terima kasih.

Lalu Ton datang. Melihat tangan Tor memegang tangan Chuen, Ton merasa agak tidak senang, tapi dia tidak menampakannya. Dan dia menyampaikan pada Chuen bahwa Mr. Niwat mau datang menjenguk. Tentu saja, Chuen menolak. Mendengar penolakan Chuen, Ton mengerti dan tidak mengatakan apa- apa. Lalu dia keluar.

“Chuen,” kata Tor, tidak mengerti, kenapa Chuen tidak menyukai Mr. Niwat.

“Kepala ku sakit, aku ingin beristirahat. Maaf ya,” kata Chuen, beralasan. Lalu dia langsung menutup matanya. Dan Tor pun diam.


Setelah fakta kalau Chuen adalah putri Mr. Niwat terungkap, Madam Kanda mulai bertengkar dengan Mr. Niwat. Dan mereka berdua saling menampar satu sama lain. Kebetulan disaat itu, Kanok lewat. Dan Mr. Niwat pun pergi.

“Apa kamu baik- baik saja, ma?” tanya Kanok, menghampiri Madam Kanda dengan perhatian. Tapi Madam Kanda malah mendorong nya. Dan Kanok merasa sedih.


Madam Kanda sangat marah sekali. Dia masuk ke dalam kamar dan menjerit dengan kuat sambil menangis. Lalu saat melihat pakaian Mr. Niwat yang tergantung, dia mengambil pakaian tersebut dan mengunting nya.


Di halaman, Pelayan Jan dan Pelayan Juea membakar seluruh pakaian Mr. Niwat. Sialnya, mereka ketahuan oleh beberapa orang, termasuk Kanok. Melihat itu, Kanok sangat syok, sedih, dan tidak tahu harus berkata apa.


Banyak orang yang datang untuk menjenguk Chuen. Setelah Nat dan Nan menjenguk, Lady Veena, Lord Pichai, serta Mr. Niwat juga datang menjenguk Chuen.

Ketika Nat dan Nan datang, Chuen menyambut dengan ramah. Tapi pada saat Mr. Niwat yang datang, dia menyambut dengan ketus, tapi tetap sopan, karena dia tidak enak pada Lady Veena dan Lord Pichai yang datang bersama- sama dengan Mr. Niwat.

Dirumah kecil. Nanny Aon merasa lega, saat mengetahui kalau Chuen sudah baikan. Lalu dia menceritakan kepada Ton, mengenai Madam Kanda serta Mr. Niwat yang bertengkar sampai saling memukul tadi pagi, lalu Madam Kanda membakar semua pakaian Mr. Niwat, dan karena hal itu Kanok datang menangis kepadanya.


Ditaman. Kade mengeluh kepada Yupa. Dia sangat membenci Chuen, karena sejak ada Chuen, kedua orangtuanya jadi sering bertengkar. Namun Yupa membalas bahwa Kade salah. Sebelum Chuen ada, kedua orang tua Kade memang sudah suka bertengkar, tapi Kade saja yang tidak tahu, karena Kade tidak tinggal dengan mereka berdua. Mendengar hal ini, Kade merasa terkejut dan agak tidak percaya.

“Khun Yupa,” panggil Pelayan Juea. “Ada telpon untukmu,” katanya, memberitahu.


Orang yang menelpon Yupa adalah Songwut. Dia menyuruh Yupa untuk datang menemuinya, dan jelas saja Yupa menolak, karena dia takut tertangkap. Namun Songwut mengancamnya, jadi dengan terpaksa Yupa pun mengiyakan bahwa dia akan pergi menemui Songwut nanti.

Selesai bertelponan, Yupa kembali ke taman untuk mengambil tas nya. Melihat itu, Kade menanyai, Yupa mau pergi kemana. Dan Yupa berbohong bahwa dia ingin pergi jalan- jalan, lalu dia menanyai, apakah Kade mau ikut dengan nya juga. Dan Kade tertarik untuk ikut, jadi diapun mengiyakan ajakan Yupa.

“Kalau begitu, kamu minta izin pada Ibumu dulu,” kata Yupa dengan bersemangat.

“Tidak perlu. Ibu menangis sambil tertidur barusan, jadi aku tidak ingin mengganggunya,” balas Kade. Lalu dia berniat untuk berganti baju dulu, jadi dia meminta Yupa untuk menunggunya sebentar.

“Melewatkan Chuen, tapi aku masih punya Kade untuk menghibur mu,” pikir Yupa, berpikiran jahat sambil tersenyum kejam.

Sepertinya Yupa berniat untuk menjebak Kade. Dia ingin memberikan Kade kepada Songwut, sebagai ganti Chuen yang gagal di perkosa oleh Songwut.


Sayangnya, rencana jahat Yupa gagal.

Ketika Kade sudah selesai berganti pakaian, dia datang ke kamar Madam Kanda untuk pamit, tapi melihat Madam Kanda seperti sedang tidur, jadi dia tidak mau mengganggu. Namun saat Kade mau pergi dan menutup pintu kamar, Madam Kanda tiba- tiba saja bangun dan dia memanggil Kade untuk menemaninya.

Karena hal itulah, makanya Kade tidak jadi mengikuti Yupa untuk pergi berjalan- jalan. Walaupun Yupa merasa kesal, karena rencananya gagal, tapi di depan Kade dia tidak berani untuk menunjukkan rasa kesalnya, malahan dia bersikap penuh pengertian.



Lalu setelah itu, Yupa pun terpaksa pergi sendirian untuk menemui Songwut.

1 Comments

Previous Post Next Post