Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka
Hisui Toujoshu (2022) Episode 3 part 1
Original Network : NTV
Hujan
turun sangat deras. Didalam sebuah villa besar, di dalam kamar tidur, seorang
mayat wanita berlumuran darah terbaring di lantai.
Seorang
pria menatap mayat wanita itu dengan tatapan panik dan ketakutan. Di tangannya,
dia memegang sebuah pisau dapur. Pria ini bernama, Sota Natsuki – Siswa Kelas 2 SMA -.
Menyadari
dirinya telah membunuh seseorang, Sota merasa syok dan gugup. Dengan panik, dia
keluar dari kamar tersebut, turun ke lantai 1, dan mencuci tangannya yang
berlumuran darah di wastafel.
Tiba-
tiba bel villa berbunyi. Dan Sota pun memeriksa melalui interkom rumah, siapa
yang datang.
“Anu…
maaf. Mobil kami mogok di jalan pegunungan, dan kami tak tahu harus bagaimana.
Kalau boleh, kami ingin berteduh dari hujan di sini,” pinta Hisui dengan agak
memelas. Sedangkan Makoto diam berdiri dibelakang Hisui.
Mendengar
perkataan Hisui, Sota merasa agak panik dan gelisah. Apakah dia harus
membiarkan mereka berdua masuk atau tidak.
@@@
Direstoran.
Detektif Kaneba sedang makan bersama Asistennya. Lalu di tv resto muncul berita
mengenai topan besar di wilayah Kanto dan tanah longsor yang terjadi di Gunung
Tarunaka, jadi beberapa ruas jalan akan ditutup sementara. Mendengar berita
ini, Detektif Kaneba langsung memeriksa ponselnya, dia memeriksa isi chatnya
dengan Hisui. Didalam chat, Hisui memberitahu kalau dia sedang berada di Gunung
Tanasuka.
“Dia
mungkin ada disana. Jozuka. Selalu seperti itu. Setiap kali dia pergi jalan-
jalan, pasti terjebak badai. Dia mungkin saja menemukan kasus pembunuhan,” kata
Detektif Kaneba dengan yakin, bercerita pada Asistennya.
@@@
10 menit lalu
Mobil
Makoto dan Hisui mogok di jalan sepi. Sialnya, hujan turun sangat deras dan
jalan masih di tutup, jadi layanan bengkel tidak bisa datang. Hisui kemudian
teringat, kalau sebelumnya ada rumah dengan lampu menyala. Dan Makoto juga
ingat rumah itu, lalu diapun mengajak Hisui untuk ke sana. Namun Hisui malas
untuk bergerak, jadi dia menyuruh Makoto untuk ke sana sendirian. Dan jelas
saja, Makoto tidak mau.
“Kamu
mau aku pergi sendirian?” keluh Makoto.
“Tentu
saja. Kamu harus cek dulu,” kata Hisui dengan sikap, yah ini sudah jelas.
“Karena aku Tuanmu, loh,” lanjutnya, mengingatkan sambil tersenyum.
Dengan
kesal, Makoto menghela nafas, lalu dia menundukkan kepalanya. “Terima kasih
untuk semuanya. Aku akan segera mengundurkan diri,” katanya dengan serius. Lalu
dia melepaskan sabuk kursi yang Hisui pakai, “Oke, cepat keluar. Ini mobilku,”
usirnya.
“Ma..
makoto,” kata Hisui dengan manja. Tapi Makoto gak peduli. “Pergi berdua. Ayo
pergi berdua,” ajak Hisui, menenangkan Makoto.
“Harusnya
dari awal dong!” keluh Makoto, menjentik jidat Hisui.
Akhirnya,
Makoto dan Hisui keluar bersama- sama dan juga berlari bersama menuju villa
yang sebelumnya mereka lihat. Sayangnya, karena payung mereka cuma ada 1 dan
sangat kecil untuk dipakai berdua, jadi sampai berlari mereka menempel dekat-
dekat dan agak saling berebutan payung, biar tidak kebasahan.
Sesampainya
didepan villa, Hisui mengeluh sedikit, “Duh, aku jadi basah kuyup, nih,”
keluhnya. Tapi Makoto mengabaikannya dan menekan bell pintu, setelah itu dia
mendorong Hisui untuk berbicara, karena gaya bicara Hisui lebih imut.
Didalam
rumah. Sota merasa panik harus bagaimana. Apakah dia harus membuka pintu atau
tidak. Jadi diapun hanya diam saja.
Diluar
rumah. Makoto merasa cemas, karena tidak ada jawaban. Tapi Hisui
menenangkannya, karena berdasarkan pengamatannya, pasti ada seseorang didalam
rumah. Sebab di garasi luar, ada terdapat sebuah mobil berlumpur, itu artinya
ada seseorang yang barusaja memakirkan mobilnya disana. Lalu didepan pintu juga
ada sebuah tas besar berwarna coklat.
Disaat
Sota masih ragu antara mau buka pintu atau tidak, Makoto mulai mengendor-
ngendor pintu, lalu tiba- tiba saja pintu terbuka. Karena ternyata, pintunya
sama sekali tidak terkunci. Dan Sota merasa sangat terkejut serta agak panik,
tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja.
Karena
Makoto serta Hisui sudah terlanjur masuk ke dalam, jadi tidak mungkin Sota
mengusir mereka, karena ini agak tidak sopan. Lalu mendengar cerita mereka yang
mau menumpang sementara sampai pagi, akibat mobil mereka mogok, Sota pun mengiyakan,
karena dia tidak tahu juga harus beralasan gimana jika mau menolak.
“Oh
iya, kami menemukan ini di teras dan sangat basah, apa isinya tak apa- apa?”
tanya Makoto, memberikan tas yang ditemukannya di luar villa.
“Terima
kasih banyak,” kata Sota, menerima tas
itu. Lalu dia membuka tas itu dan mengecek isinya, ternyata isinya cuma
peralatan barbekyu saja. Kemudian dia teringat, kalau Makoto dan Hisui tampak
kebasahan, jadi diapun pergi untuk mengambilkan handuk.
Ketika
Sota masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan handuk, Hisui memperhatikan ada
sepatu orang lain selain milik Sota, dan juga ada payung nya basah. Hal ini
membuat Hisui agak merasa aneh, sebab seingatnya, Sota barusan ada mengatakan
kalau dia hanya sendirian saja dirumah.
@@@
Episode Tiga : Rumor Dari Orang Hidup
Hujan
turun semakin deras. Dan Sota pun segera menutup jendela- jendela di dalam
rumah. Dengan malu- malu, dia menjelaskan pada Makoto dan Hisui bahwa
sebelumnya orang tuanya ada menyuruh nya untuk menutup jendela, tapi dia kelupaan
karena ketiduran.
“Rumahnya
unik seperti penginapan,” komentar Makoto, melihat ke sekeliling. Sedangkan
Hisui hanya diam saja, dia lebih fokus pada tas wanita yang ada di meja kecil.
Setelah
menutup semua jendela, Sota mempersilahkan Makoto dan Hisui untuk duduk. Tapi
tiba- tiba dia merasa terkejut, karena melihat foto- foto yang terpajang di atas
lemari, dengan panik dia berniat untuk segera menyembunyikan foto- foto
tersebut. Sayangnya, dia telat, karena Hisui juga melihat itu, dan Hisui
mendekatinya.
“Apa
ini foto orang tuamu?” tanya Hisui, melihat- lihat.
“Iya!
Benar,” jawab Sota dengan agak panik.
“Kenapa
kamu gak ada di foto?” tanya Hisui, heran.
Dengan
bingung, Sota mulai berpikir keras. “Anu…” gumamnya agak panjang. “Ah, aku tak
begitu suka di foto! Ah, yang di sini tuh foto adikku. Hari ini, dia lagi
nginap di rumah temannya,” katanya menjelaskan foto yang di pegang nya. Karena
ada tiga orang didalam foto tersebut, Ayah, Ibu, dan 1 anak pria.
“Gitu
ya,” kata Hisui, mengerti.
Disaat,
Sota barusaja merasa lega. Tiba- tiba saja, Hisui mengajukan pertanyaan lagi.
Karena disetiap foto, tampaknya Ayah Sota yang memotret. Dan Hisui menanyakan,
kenapa bukan Sota saja yang memotretkan. Dengan cepat, Sota menjawab bahwa dia
buruk dalam memotret, makanya dia tidak memotret. Lalu dia beralasan mau
mengambilkan Makoto dan Hisui sesuatu yang hangat, kemudian dia berlari kabur
ke dapur. Dan disana, dia merasa sangat lemas sekali serta capek. Capek
berpikir, capek berbohong.
@@@
Sota
kembali ke ruang tamu dengan segelas air lemon hangat. Dan Makoto serta Hisui
menerima itu dan meminumnya. Pada saat mereka berdua meminumnya, Sota terpaku,
karena dia merasa terpesona pada sikap elegan dan kecantikan Hisui.
“Ah…
serasa hidup lagi,” gumam Makoto, merasa puas dan hangat setelah meminum
secangkir air lemon hangat. “Anu, Sota- kun. Orang tuamu pergi kemana saat
badai begini?” tanyanya, agak penasaran.
“Ah,”
kata Sota tersadar dari rasa terpesona nya. “Eng… Oh iya, iya! Benar! Petani
yang selalu baik pada kami butuh bantuan saat hujan lebat begini. Jadi, mereka
pergi membantunya. Mereka pergi pakai mobil lain,” jelas nya dengan agak
terbata- bata, karena harus berpikir alasan apa yang bisa terdengar masuk akal.
“Tapi,
aneh juga, ya,” komentar Hisui. “Ada payung basah dan sepasan sepatu kets di
pintu, kalau mereka keluar, kenapa payungnya di tinggal?” tanyanya sambil
tersenyum.
“Itu
… eng… Ah, jas hujan. Mereka pakai jas
hujan dan sepatu bots!” jawab Sota dengan bersemangat, setelah berpikir.
Setelah
Hisui dan Makoto selesai bertanya- tanya, Sota merasa lega. Lalu tiba- tiba
Hisui malah meminta dibuatkan segelas
cokelat panas, dan dia bersikap agak manja kepada Sota saat dia meminta
itu. Namun tentu saja, Makoto tidak mengizinkan itu. Dia menjentil jidat Hisui
dan memarahinya, karena sebagai tamu, Hisui malah banyak meminta. Tapi Hisui
tidak merasa ada yang salah dan tetap meminta kepada Sota untuk membuatkan
segelas cokelat panas.
Mendengar
Hisui terus meminta, kepada sudah di jentil, Makoto pun merasa kesal dan ingin
menjentilnya lagi sebagai peringatan. Tapi kali ini Hisui menghindar dan
berlari ke arah Sota, meminta Sota untuk melindunginya.
Dikelilingi
oleh dua wanita cantik, membuat Sota merasa senang dan tersenyum- senyum
sendiri. Tapi teringat tentang mayat didalam kamar atas, dia langsung berhenti
tersenyum. “Gimana nih?” gumamnya, panik.
@@@
Makoto
membantu Sota menyalakan perapian api, karena Sota tidak tahu cara menggunakan nya. Kemudian Hisui dengan
bangga memberitahu Sota bahwa Makoto adalah seorang detektif, dan Makoto pernah
menyelesaikan kasus pembunuhuan. Mendengar ini, Sota merasa gugup, lalu dia
menanyai, jika Makoto adalah seorang detektif, maka Hisui kerja nya apa.
“Anu,
Sota- kun. Aku mau pinjam kamar mandinya. Boleh, kan?” kata Hisui sambil
tersenyum malu- malu dan memainkan rambutnya. Dia sengaja tidak mau menjawab
pertanyaan Sota.
Sota
yang merasa gugup menunggu jawaban Hisui, jadi terbengong, gara- gara kata-
kata Hisui yang agak tidak terduga. Dia tidak sangka, kalau Hisui bakal tiba-
tiba menanyai dimana kamar mandi. Lalu diapun menunjukkan dimana kamar mandinya
kepada Hisui.
Didalam
kamar mandi. Hisui memperhatikan segala yang ada disana, mulai dari sabun-
sabun, bak mandi, bahkan sampai dinding nya. Semua dia periksa. Lalu dia
tersenyum.
Ketika
Sota kembali ke ruang tamu, Makoto tidak terlihat. Teringat tentang mayat
dikamar atas, Sota merasa panik, dia takut Makoto ke sana. Tapi pada saat dia
baru saja menaiki tangga, Makoto keluar dari dalam kamar bawah.
“Oh,
maaf, aku lagi ganti baju,” kata Makoto. Lalu dia memamerkan kaus bergambar
lucu yang dipakainya. “Imut, kan?”
“Ah,”
gumam Sota, tidak bisa berkata- kata. “Oh, benar,” jawab nya.
“Sota-
kun,” panggil Hisui.
“Iya,”
jawab Sota, pergi ke arah kamar mandi lagi.
Hisui
keluar dari kamar mandi memakai kaus putih tipis, melihat itu Sota merasa malu
dan gugup, jadi dia langsung berbalik menghadap dinding.
Alasan
Hisui memanggil Sota, karena dia tidak bisa membedakan mana yang Shampoo dan
mana yang Sabun. Karena di botol merah dan biru yang ada di kamar mandi, tidak
ada tertulis tulisan apapun. Tapi … haha… sebenarnya, Hisui berbohong, karena
di kamar mandi semua botolnya, bening, dan ada tulisan juga yang mana Shampoo,
Sabun, dan bahkan Conditioner.
Anehnya,
Sota tidak tahu kalau Hisui berbohong. Sepertinya dia tidak tahu apa yang ada
didalam kamar mandi. Karena dia beralasan kepada Hisui bahwa dia sudah enam
bulan tidak ada ke vila ini. Jadi dia sudah lupa, yang dia ingat hanya memang
benar ada botol merah dan biru, itu saja.
“Ah,
ternyata bukan warna merah dan biru, tapi botol bening dan ungu,” kata Hisui,
berpura- pura kalau dia salah lihat sebelumnya. Namun yang jelas, dia masih
berbohong, karena tidak ada botol ungu. “Aku memang ceroboh, sampai bisa salah
soal warna,” katanya sambil tersenyum malu.
“Begitu,
ya? Ada botol bening dan ungu, kan?” gumam Sota, canggung.
“Baiklah,
akan kucoba sendiri. Maaf memanggilmu cuma untuk itu,” kata Hisui, tidak
enakkan. Lalu dia menutup pintu kamar mandi.
“Iya,”
jawab Sota. Lalu dia berhenti menghadap ke dinding.
Tepat
saat Sota berbalik dan berhenti menatap ke dinding lagi. Hisui tiba- tiba
membuka pintu kamar mandi dan keluar sambil tersenyum. “Enggak boleh mengitip,
ya.” Katanya sambil mengedip kan matanya dengan nakal.
@@@
Selesai
mandi, Hisui menghampiri Sota dan meminjam pengering rambut. Dan Sota
mengiyakan, lalu dia naik ke lantai atas untuk mencari.
Saat
Sota pergi ke atas, Hisui mengomentari kalau rasanya ada yang aneh. Namun
Makoto tidak terlalu memikirkan, karena menurutnya Sota mungkin saja hanya
gugup, karena Hisui terus menggodanya. Tapi Hisui yakin kalau ada yang aneh,
sebab dia bisa membaca ekspresi orang dan mendeteksi kebohongan. Namun untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka dia membutuhkan banyak contoh
ekspresi wajah dan gerak tubuh, makanya dia terus menggoda Sota dari tadi. Dan
hasilnya adalah, Sota tampak antara gugup di dekat cewek dan gugup karena
berbohong.
Sota
masuk ke dalam kamar di lantai atas. Ketika dia melihat mayat di lantai yang
mulai membau, dia merasa mual dan diapun jadi terbatuk- batuk, karena baunya.
Lalu Sota mengambil sebuah tas kecil hitam di sofa, dan dari dalam tas dia
mengeluarkan sebuah tali putih yang panjang.
“Sota-
kun, kamu dimana?” tanya Hisui sambil
mengetok pintu satu- persatu.
“Iya,”
jawab Sota, tanpa sadar. Lalu dengan panik, dia menghalangi Hisui yang membuka
pintu supaya Hisui jangan sampai masuk dan melihat mayat dilantai. “Ada apa?”
tanyanya.
Hisui
naik ke atas dan mencari Makoto, karena dia mau memberitahu. Barusan dia sudah
mengeringkan rambutnya di dekat perapian, jadi dia tidak jadi meminjam
pengering rambut lagi. Itu saja sih yang ingin dia kasih tahu. Lalu dengan
penasaran, dia ingin melihat- lihat kamar Sota. Tapi Sota langsung menghentikan
Hisui, dan beralasan bahwa jendela di kamarnya terbuka, jadi hujan masuk dan
kamarnya pun jadi basah. Lalu dia menyarankan Hisui untuk menunggu di ruang
tamu saja, dan Hisui mengiyakan.
Disaat
Sota sudah merasa lega, dan menutup pintu kamar, tiba- tiba Hisui malah kembali
dan membuka pintu kamar, untung saja, Sota sigap menutupi dengan tubuhnya.
“Ada
satu hal lagi yang ingin kutanyakan,” kata Hisui dengan agak gak enakan. “Apa
ada orang didalam?” tanyanya.
“Enggak
ada orang, kok!” jawab Sota dengan cepat.
“Begitu, ya,” respon Hisui. Lalu dia pergi beneran.
Setelah
Hisui beneran pergi, Sota mengambil selimut dan menutupi mayat yang berada
dilantai.
@@@