Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 3 part 2

 

Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 3 part 2

Original Network : NTV

Ketika Sota turun dari lantai atas, Hisui dan Makoto sedang berlari bekejar- kejaran. Lalu tiba- tiba terdengar bunyi ponsel, dan asalnya itu ada di dalam tas Ibu Sota.

Dengan gugup, Sota mengambil ponsel di dalam tas dan mematikan telpon masuk nya. Namun walaupun dia mematikan telpon itu, dia berpura- pura bahwa dia menjawab telpon itu. Dia berpura- pura berbicara dengan Ibunya.

“Iya, ini aku … kok bisa ketinggalan, sih? … Oh ya, tak apa… Mereka orang baik,” kata Sota.

Mendengar kata- kata Sota, Makoto menghampiri Sota dan ingin berbicara dengan Ibu Sota untuk berterima kasih. Tapi Sota menghindar dan lalu dia meminta maaf serta beralasan bahwa ponsel Ayahnya tampaknya habis, jadi telponnya sudah terlanjur mati.

“Maaf ya,” kata Sota. Lalu tiba- tiba perutnya berbunyi.

“Ah, kamu pasti lapar, kan?” tanya Makoto. Lalu dengan baik, dia menanyai, apakah Sota mau dia masakin makan malam.


Didapur. Sota memeriksa, apakah masih ada bahan makanan atau tidak. Lalu Hisui menemukan kantong kertas dari Penguin Parlour, sebuah toko kue gulung yang sangat enak. Dan dengan penasaran, Hisui langsung memeriksa ke dalam kulkas, apakah benar ada kue nya atau tidak. Hasilnya, benar saja ada kue gulung didalam kulkas.

“Oke, cukup,” kata Makoto sambil tersenyum. Lalu dia menyimpan kue gulung itu kembali ke dalam kulkas. Karena itu punya orang, tidak baik dimakan.


Dengan cemberut, Hisui diam. Lalu dia menatap ke arah wastafel yang berada di sebelahnya. Disana ada terdapat satu piring kecil dan satu gelas kecil. Dan digelas itu terdapat bekas lipstik wanita. Melihat itu, Hisui merasa aneh.


Makanan selesai dimasak. Dan Hisui, Makoto, serta Sota, makan bersama- sama. Lalu Sota memuji kalau ini sangat enak.

“Sebenarnya mau kutambah bawang dan lainnya, tapi, kamu ‘gak punya pisau,” komentar Makoto sambil makan.

Mendengar itu, Sota yang awalnya bersemangat langsung terdiam dan memakan makanannya dengan gugup. Dan Hisui memperhatikan semua itu.



Diruang tamu. Makoto dan Hisui mengobrol sambil bercanda- canda dengan seru. Tapi Sota yang duduk didekat mereka hanya diam saja dengan kepala menunduk. Ketika Hisui menyadari hal itu, dia menanyai ada apa, dan Sota menjawab tidak apa- apa sambil mengelap sudut matanya. Dan lalu terlihat kalau ada luka kecil di dahi Sota, dengan penasaran Hisui menghampiri Sota untuk mengecek. Tapi Sota langsung menutupi dahinya.

“Tak apa,” kata Hisui, membujuk dengan lembut. Lalu barulah, Sota membiarkan Hisui melihat dahinya yang terluka, tapi tidak terlihat sebelumnya, karena tertutup poni.

Makoto kemudian ke belakang untuk mengambilkan kain basah.

Luka kecil seperti memar didahi Sota tampak sangat baru, karena warnanya yang masih kemerahan. Tampaknya ini adalah karena pembullyan. Sebab Sota menjelaskan bahwa dia kurang bisa berbaur disekolah, dia payah, dan tidak bisa melakukan apa yang dimau orang, dan dia juga sudah melakukan sesuatu yang tidak bisa diubah.

“Aku juga kesulitan menyesuaikan diri dalam masyarakat,” kata Hisui, menceritakan tentang kekurangan dirinya sendiri.

“Apa benar?” tanya Sota, tidak percaya.

“Jadi, satu- satunya orang yang kusebut teman adalah Makoto,” jawab Hisui sambil tersenyum.


Makoto yang berdiri tidak jauh dan mendengarkan percakapan mereka berdua, tampak merasa tersentuh. Lalu dia menghampiri mereka, dan memberikan kain basah yang dibawanya kepada Hisui. Dan dengan lembut, Hisui menggunakan kain itu untuk mengompres dahi Sota.


Disaat Hisui sedang mengompres dahi Sota, tiba- tiba petir menyambar keras. Dengan ngeri, Hisui langsung memeluk tangan Sota. Melihat itu, Makoto mengomentari kalau Hisui terlalu manja kepada Sota. Dengan malu- malu, Hisui melepaskan tangan Sota dan menjelaskan kalau Sota mengingatkannya pada adiknya.

“Kamu punya adik?” tanya Sota.

“Mungkin saat ini dia sedang ada di London. Sudah lama aku tak bertemu dengannya,” jawab Hisui.

Petir kembali menyambar. Lalu lampu pun padam.


Menggunakan senter hp, Sota dan Makoto pergi ke garasi belakang untuk menyalakan saklar cadangan disana. Karena takut, Hisui memeluk tangan Makoto dan mengikuti mereka berdua.


Setelah Makoto menyalakan saklar, listrik pun kembali menyala. “Lampunya sudah menyala, jadi lepasin,” kata Makoto pada Hisui. “Astaga, kenapa takut sih? Kan kedekatanmu dengan hantu itu tinggi,” keluhnya sedikit.

Mendengar kata- kata Makoto, Sota agak heran apa maksudnya. Sedangkan Hisui diam, sambil memperhatikan sandal pria yang ada di lantai, dia heran sandal siapa itu?

Diruang tamu. Sota menanyai, arti perkataan Makoto. Dan Hisui yang menjawab, dia menjelaskan pada Sota bahwa dia memiliki kemampuan indera keenam, seperti bisa melihat aura seseorang dan apa yang disembunyikan oleh seseorang. Mendengar ini, Sota menundukkan kepalanya, dan Hisui menghampirinya dan duduk disebelahnya.


“Apa Sota menikam seseorang sampai mati dilantai atas?” tanya Hisui.

“Ma- mana mungkin,” jawab Sota, meloncat terkejut. “Aku, eng, aku mau ke atas dan menyiapkan kamar kalian,” katanya dengan panik, lalu dia pergi ke atas, seperti menghindar.


Saat Sota pergi, Makoto menanyai, apa yang Hisui temukan. Dan Hisui pun menjelaskan kalau dia merasa curiga pada Sota, tapi sayangnya, masih ada clue yang kurang, yang membuatnya merasa bingung.


Tiba- tiba tanpa sengaja Makoto tersandung oleh tas coklat yang diletakkan begitu saja dilantai. Dan dia ingat kalau mereka belum ada memeriksa tas itu. Lalu diapun memeriksa isi tas coklat tersebut. Didalamnya ada sarung tangan baru, gunting baru, pematik, sekantog arang, dan panggangan. Ini adalah perlengkapan barbekyu.

Setelah melihat perlengkapan itu, Hisui bertingkah lebay seperti biasa. Karena sekarang dia berhasil memecahkan hal- hal yang membuatnya bingung.


“Nah sekarang, hadirin sekalian. Maaf sudah menunggu lama. Ini bagian penyelesaiannya,” kata Hisui sambil tersenyum ramah.

Dengan serius, Makoto duduk disofa dan mendengarkannya.

Bagi orang lain, detektif yang sering kebetulan menemukan kasus seperti ini, akan diejek sebagai Dewa kematian. Namun bagi Hisui, selalu ada kejadian menyedihkan yang terjadi disuatu tempat, dan mereka (detektif) di tuntun oleh Tuhan untuk menjumpai kejadian- kejadian tersebut.

“Hei, intinya,” desak Makoto.

“Inilah masalah hari ini. Apa yang kurang dari isi tas ini? Untuk alasan apa dan ada dimana? Apa kamu bisa mengungkapkannya?” kata Hisui, membiarkan Makoto dan penonton untuk menebak.

@@@


Hisui datang mengetuk pintu kamar Sota, dimana Sota menyembunyikan mayat. Dengan gugup Sota mendekati pintu dan menjawab, namun tanpa membuka pintunya. Awalnya Sota mengira kalau Hisui datang karena ada sesuatu, jadi dia merasa gugup, karena takut mayat wanita yang ada didalam kamarnya ketahuan.

Namun ternyata tujuan Hisui memanggil Sota, karena dia ingin mengundang Sota ke kemarnya, karena dia ingin menunjukkan sesuatu yang pasti akan disukai para cowok. Termasuk Sota.

Mendengar undangan tersebut, Sota merasa deg- degan, sedikit senang, dan juga lega. “Aku akan kesana!” jawab Sota dengan keras.

“Baiklah, aku ke kamar duluan ya,” balas Hisui, lalu dia pergi.

@@@


Ketika Sota datang, Hisui mempersilahkan Sota untuk duduk di sebelahnya, di atas tempat tidur. Dan dengan perasaan penuh harap, Sota menunggu, apa yang ingin Hisui tunjukkan. Tapi sayangnya, hahah, ternyata yang ingin Hisui tunjukkan sangat tidak terduga. Yang Hisui tunjukkan adalah kaus putih bergambar kucing lucu, dan dengan percaya diri dia berbicara kebohongan bahwa ini adalah sesuatu yang disukai para cowok. Mendengar dan melihat kaus itu, Sota merasa tertegun.


Kemudian, Makoto datang. “Ketemu. Ada mayat di kamar yang kamu curigai,” katanya.

“Gimana kalau kita ke sana?” ajak Hisui dengan sikap serius pada Sota.

@@@


Hisui memeriksa mayat yang Sota tutupi dengan selimut. Lalu dengan serius dia menatap Sota dan mengatakan dengan yakin, Sota bukanlah anak dari keluarga pemilik rumah ini, tapi karena beberapa alasan, Sota datang dan masuk ke dalam rumah ini dan menghabiskan waktu dirumah ini, dia yakin itu.

“Hisui, kamu benar- benar bisa membaca pikiran ya,” puji Sota.


“Enggak, kalau aku punya kekuatan seperti itu, mungkin tak akan ada yang membenciku,” balas Hisui.

Hisui kemudian mulai menceritakan hipotesisnya. Didepan rumah, dia tidak bisa menemukan sepatu Sota. Walaupun ada selop pria disana, Hisui yakin kalau itu bukan punya Sota, karena cowok jarang menggunakan itu diluar, selop itu lebih mirip sandal rumah. Apalagi Sota ada memakai kaus kaki, jadi untuk apa selop itu. Lalu ada sepasang sepatu berlumpur, sepertinya itu adalah sepatu milik pengemudi mobil yang ada di garasi, sebut saja X. Lalu ada sepasang sepatu wanita, bekas lipstik digelas, sisa cake, dan itu adalah milik wanita yang telah menjadi mayat karena dibunuh, sebut saja Y.

Dari tiga hal tersebut, terbentuklah sebuah kesimpulan. Seorang cowok masuk tanpa izin (Sota), menikam Y yang pulang ke vila ini dengan pisau dapur sampai mati.

“Maafkan aku,” kata Sota, mengakui kesalahannya. “Aku…”

“Jangan katakan,” sela Hisui menghentikan Sota yang ingin berbicara. “Ssh.. kamu tak perlu mengatakannya,” bisiknya dengan pelan. Dan Sota merasa bingung.



Tiba- tiba seorang pria (X) muncul. X keluar dari dalam lemari dengan tangan terikat selotip, baju berbercak darah, dan dia menunjuk Sota serta megngatakan kalau Sota telah membunuh istrinya. Lalu dia berlutut didekat mayat istrinya dan menangis.

“Makoto, tolong amankan pelakunya,” perintah Hisui. Dan Hisui langsung melakukannya.

“Carikan tali,” perintah Makoto sambil menahan X. Dan Sota pun langsung mengambilkan tali untuk Makoto, serta membantu Makoto mengikat X.

Dengan bingung, X meminta Makoto untuk berhenti bercanda, karena pelakunya adalah Sota, bukan dirinya. Tapi Hisui dengan yakin mengatakan kalau X adalah pembunuh yang sebenarnya, pembunuh yang telah membunuh istri sendiri.

@@@

Pagi hari. Polisi datang dan menangkap X. Dengan santai, Hisui dan Makoto duduk disofa dan mengobrol. Lebih tepatnya sih, Hisui yang berbicara, sedangkan Makoto hanya mendengarkan sambil menutup matanya, karena ngantuk.

Ada tas wanita didekat jendela, didalamnya ada dompet dan ponsel, karena jendelanya terbuka, tas itu jadi basah. Tidak mungkin kan ada yang menaruh tas di tempat hujan akan masuk. Jadi tas itu pasti sudah ada disana, sebelum hujan. Dan yang menaruh pasti bukan X, karena X datang setelah hujan mulai turun. Anggap saja wanita yang dibunuh itu adalah Y, maka dari clue yang ada ini, bisa dipastikan kalau selain Sota, ada X dan ada Y, didalam rumah ini juga.


Saat Hisui berbicara penuh semangat, dia menyadari kalau Makoto tidak ada merespon. Dan saat dia melihat, ternyata Makoto tertidur. Dengan nakal, diapun menghembuskan nafas ditelinga Makoto.

“Kamu ngapain? Menjijikan,” keluh Makoto langsung melompat menjauh.

“Aku yang seimut ini menghembuskan nafas padamu, tapi kamu bilang menjijikan?” balas Hisui dengan tatapan terluka.


Setelah ngambek beberapa detik. Hisui kembali bercerita. Awalnya dia mengira, Sota membunuh X dan Y, karena menurut firasatnya, X dan Y pasti ada dirumah, tapi mereka berdua malah tidak terlihat dan juga pisau dapur menghilang. Tapi dia masih agak ragu, sebab bila Sota benar membunuh 2 orang, maka seharusnya ada bercak darah ditubuhnya, namun dikamar mandi yang Sota gunakan, tidak ada tanda2 kalau Sota mandi disana untuk mencuci bercak darah ditubuhnya itu.

“Bukankah aneh kalau dia panik saat ditanya, apa dia pernah membunuh seseorang?” kata Makoto, tersadar sesuatu.

“Benar. Jadi aku pun menyimpulkan hipotesis aneh. Sota hanya beranggapan kalau dia barusaja membunuh orang, dan pembunuh aslinya bersembunyi di suatu tempat,” jawab Hisui.




Jadi begini kasusnya. Y pulang ke rumah dan bertemu dengan seorang cowok yang masuk tanpa izin (yaitu Sota), dan bertengkar dengannya. Lalu Y memukul dahi Sota, sehingga Sota pingsan. Disaat itulah X datang dan menikah Y sampai mati. Awalnya X mungkin ingin membuat seolah- olah Y mati karena bunuh diri (buktinya adalah perlengkapan barbekyu didalam tas coklat. Sebenarnya itu bukan untuk barbekyu, tapi untuk membuat seolah- oleh Y bunuh diri dengan menyalakan dan menghirup arang di dalam ruangan. Dan didalam tas coklat itu, sebelumnya juga terdapat selotip, tapi saat diperiksa kemudian oleh mereka, Selotip itu menghilang).

X merubah rencananya, saat menemukan Sota yang pingsan. X merasa kalau ini adalah sebuah kesempatan bagus. Karena lebih mudah membuat Sota sebagai pelakunya. Jadi setelah membunuh, dia meletakkan pisau yang digunakannya, di tangan Sota. Bila nanti pisau itu di periksa, pasti hanya  akan ditemukan sidik jari Sota saja. Kalau sidik jari X sendiri pasti tidak akan ada dipisau, karena X menikam Y sambil menggunakan sarung tangan.



Namun sialnya, diluar dugaan, Sota yang pingsan, terbangun lebih cepat. Jadi X yang berlumuran darah menjadi terburu- buru. Dan listrik padam adalah sebuah berkah tersembunyi baginya.

Disaat lampu padam,  X mengintip dari lantai atas. Dan saat dia melihat mereka pergi, dia mengggunakan kesempatan itu untuk mengambil selotip didalam tas coklat. Lalu X menselotip tangannya sendiri dan bersembunyi didalam lemari, karena dia ingin menyamarkan dirinya sebagai korban.

Sota selesai di periksa oleh polisi. Lalu Hisui menghampirinya, dan Sota menanyai Hisui sebuah pertanyaan dengan serius. Bagaimana caranya supaya dia bisa menjadi orang yang luar biasa seperti Hisui.


“Disaat apapun, teruslah berpikir tanpa menyerah. Jadilah bijaksana dan  selalu mendengarkan permintaan tolong dari orang lain. Lalu, carilah seseorang yang bisa kamu percayai tanpa pennyesalan,” kata Hisui, memberikan nasihat dengan serius.

“Terima kasih banyak,” kata Sota, mengerti. Lalu dia membungkuk sebagai tanda   hormat, dan pergi bersama polisi.



Sebelum Sota pergi menjauh, Hisui dan Makoto memanggil Sota, sehingga Sota berhenti. Lalu mereka berdua sama- sama mengucapkan ‘Selamat Ulang Tahun’ kepada Sota. Mendengar itu, mata Sota jadi berkaca- kaca.

“Pasti ini akan jadi  tahun yang indah,” kata Hisui, tersenyum menyemangati. Dan Sota membungkuk, berterima kasih.

Hisui dan Makoto mengetahui tentang tanggal ulang tahun Sota, itu dari kartu pelajar Sota yang Hisui ada curi. Dicuri dari saku Sota langsung, tanpa sepengetahuan Sota. Ini adalah salah satu kemampuan Hisui, yang dipelajari dari pencopet hebat. Karena Hisui saat itu, dia ingin tahu apakah benar nama Sota adalah Sota, jadi dia memeriksa identitas Sota.

Dari hal ini dan cerita Sota sebelumnya, Hisui tahu kalau Sota pasti kabur dari rumah dan lalu tidak sengaja masuk ke dalam vila ini.

@@@


Diarea peristirahatan. Hisui membeli dua es krim, satu untuk Makoto dan satu untuk dirinya. Sialnya, es krim miliknya malah terjatuh, padahal ini es krim terakhir yang di jual disini. Dengan memelas, dia menatap es krim ditangan Makoto.


“Makoto- chan,” pinta Hisui. Padahal es krim itu baru saja dia beli dan kasih kepada Makoto.

Akhirnya, seperti biasa, Makoto yang mengalah.


Kemudian Hisui dan Makoto melanjutkan perjalanan. Sebenarnya, Makoto agak penasaran, apa benar Hisui punya adik. Dan jawabannya, tentu saja tidak. Mengetahui itu, Makoto merasa  terkejut, dan tidak sengaja menginjak rem mobil.

Sialnya bagi Hisui, karena kejadian ini es krim yaang sedang dimakannya sedikit terjatuh dan  mengenai jaket putihnya..


Melihat itu, Makoto diam dan berpura- pura tidak tahu. Lalu dia lanjut mengemui mobil sambil diam. Hahah …

Post a Comment

Previous Post Next Post