Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 4 part 1

 

Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 4 part 1

Original Network : NTV


Di lokasi bernama Unno Yasunori. Detective Agency.

Yasunori Unno, Dirut Riset UY. Dia membantu klien wanita dalam sebuah kasus, dan hasilnya membuat klien wanita itu merasa puas. Semua percakapan didalam pertemuan ini, direkam oleh sebuah kamera tersembunyi yang berada didalam ruangan. Jadi walaupun tempatnya tampak rahasia, sebenarnya tidak.


Kemudian Unno bertemu dengan seorang pria didalam ruangannya. Dia mengancam pria itu secara halus menggunakan foto- foto berselingkuhan pria itu  yang ditemukannya.

“Kau memerasku ?” tanya Miyamoto, tidak  menduga kalau Unno membutunti nya selama ini dan lalu menggunakan itu untuk mengancamnya.

“Semuanya  atas niat baik. Anggap saja sebagai tanda persahabatan kita,”  kata Unno sambil tersenyum ramah.

@@@


Unno memeriksa waktu di jam tangannya. Lalu dia tersenyum dan bersiap untuk pulang.


Unno datang ke sebuah apatermen. Dia bersembunyi didekat tangga yang gelap, dan menunggu targetnya pulang. Setelah targetnya pulang, dan dia perhatikan kalau suasana sepi, dia mengentok pintu rumah targetnya. Berpura- pura baru datang dan ingin berkunjung.

Targetnya bernama Masao Sonemoto.


Saat Unno dipersilahkan masuk ke dalam rumah, dia melihat ke sekeliling rumah dan lalu menunjuk ke bawah sofa.  “Ada kaus kaki dibawah sofamu,” katanya.

“Eh? Ah..” respon si target, lalu dia menunduk didekat sofa.

Disaat itu, Unno berdiri dibelakang si target dan mengarahkan pistol yang dibawanya ke kepala si target. Lalu dia memerintahkan si target untuk jangan bergerak dan duduk di bangku meja belajar. Kemudian dia menyuruh si target untuk menghapus datanya sekarang. Dan dengan tangan gemetar, si target membuka laptopnya yang ada diatas meja. Lalu selama sesaat, si target diam. Dan Unno merasa bingung, ada apa.



“Dirut, hentikan semua ini,” pinta si target sambil menatap Unno dengan tatapan tulus.

“Begitu, ya. Maka, disinilah perpisahan kita,” balas Unno.

Sebelum Unno sempat melakukan sesuatu, Si target melakukan perlawanan terlebih dahulu. Sayangnya,  si target tetap saja kalah, karena Unno lebih kuat darinya.



Pada akhirnya, Unno berhasil membunuh si target dengan menembak dari samping kepala si target. Lalu dia menaruh si target dalam posisi duduk dibangku. Kemudian dia tiba- tiba merasa seperti ada yang mengintip, dan diapun bersembunyi didekat tirai untuk memeriksa. Dan firasatnya,  di seberang apatermen ada sebuah rumah, dan disana seseorang mengintip ke arah apatermen ini mengggunakan teleskop. Melihat itu, Unno agak panik. Dia langsung menutup tirai sebelah yang terbuka, tapi karena ada gantungan kaus kaki yang mengganggu, maka dia mengangkat gantungan itu, baru menutup tirai.



Sepertinya orang dirumah seberang bukan sedang mengintip, tapi sedang ingin melihat hujan meteor geminid. Karena di berita, dikabarkan kalau akan terjadi hujan meteor geminid yang terkenal dan dianggap sebagai salah satu dari 3 hujan meteor besar.

Ketika Unno mendengar berita ini dari televisi, dia menghela nafas lega dan kemudian dia tertawa pelan.


Unno lalu memulai persiapannya, dia memakai sarung tangan hitam ditangannya. Setelah itu, dia menghapus sidik jarinya di pistol, dan mengambil tangan si target untuk menyentuh pistol tersebut, sehingga ada sidik jari si target di pistol itu. Lalu dia meletakkan pistol itu di lantai, didekat si target. Jadi seolah- olah, si target bunuh diri.

Langkah selanjutnya, Unno menghapus data yang dimaksudnya barusan dari laptop si target.


Kemudian, Unno mengintip sedikit dari jendela untuk melihat apa orang dirumah sebelah sudah hilang. Setelah memastikan tidak ada orang lagi, dia membuka tirai sebelah dan menggantung jemuran kaus kaki yang sebelumnya dilepaskannya. Lalu dia menghapus semua bekas  sidik jarinya yang tertinggal disana.


Ketika semua sudah selesai, Unno keluar dari apatermen si target. Dan menggunakan kunci cadangan untuk mengunci apatermen si target.

@@@


Dikantor. Unno memberitahu bawahannya, kalau dia sudah menghapus semua data yang dapat merusak firma mereka. Yang artinya, semua sudah aman. Apalagi dia yang melakukannya secara langsung, jadi pasti aman dan ini jauh lebih aman daripada meminta orang lain melakukannya, sebab bila orang lain yang melakukannya, bisa saja terjadi pengkhiatan. Dan pada saat dia membunuh si target, semuanya telah dia bereskan, yaitu mengenai sidik jari, DNA, rekaman CCTV.

“Kalau Dirut pembunuhnya, tak akan ada yang bisa menangkap Anda, kan?” tanya Bawahan, memastikan. Sebut saja Pria A.


“Enggak,” jawab Unno, agak tidak terduga. “Telingaku juga mendengar rahasia yang disembunyikan polisi. Aku pernah mendengar cerita konyol. Depatermen Kepolisian punya cenayang yang menangani kasus,” jelasnya.

Cenayang yang dimaksud adalah Hisui. Tahun lalu ada Iblis Tak Kasat Mata ditangkap. Disaat si Iblis ditangkap, si Iblis berteriak penuh amarah ‘Kekuatanmu itu nyata!’. Dan si Iblis itu adalah seorang penulis yang pernah datang untuk mewawancarai Unno.


“Kukira  ekspresi pria itu sulit dibaca, tapi aku terkejut. Dan inilah bagian yang menarik, cenayang itulah yang menangkapnya,” kata Unno, bercerita. Tapi sekarang dia masih belum tahu siapa cenayang itu.

@@@

Episode 4 : Saksi Tak Kredibel Bagian 1


Detektif Kaneba datang menemui Hisui. Membicarakan tentang Unno. Awalnya Unno adalah seorang detektif Divisi 1, dia berbakat dalam memperhatikan gerak- gerik penjahat, karena ini dia dikenal sebagai ‘Unno, si pembaca ekspresi’. Setelah pensiun, Unno menggunakan keterampilan detektifnya untuk memulai sebuah firma, dan dia diberkati karena bakatnya. Dalam sekejap, firmanya tumbuh pesat hingga muncul di iklan TV.

Alasan Detektif Kaneba datang adalah karena BKN (Badan Kepolisian Nasional) ingin menunjuk Hisui untuk kasus Unno ini. Karena Unno punya bisnis sampingan, yaitu menemukan kelemahan orang- orang dalam politik dan bisnis dan memanfaatkan itu. Dan BKN bermasalah dengan itu.


Setelah mengatakan semua itu, Detektif Kaneba menunjukkan sebuah kasus pada Hisui. Kemarin malam, di Tokyo, seorang pria bernama Sonemoto tewas bunuh diri dengan senjata. TKP adalah ruang terkunci, dan juga ada catatan bunuh diri di emailnya. Masalahnya Sonemoto adalah karyawan firma Unno, yaitu sebut saja singkatnya firma UY. Jadi bila hal ini ada sangkutannya dengan Unno, maka ini akan menjadi sesuatu yang berguna, karena beberapa petinggi ini menempatkan Unno dibalik jeruji, dan untuk membuat mereka merasa aman.

“Apa buktinya kalau Unno pelakunya?” tanya Hisui.

“Sayangnya masih belum ada. Kami sedang menyelidiki keberadaann saksi,” jawab Detektif Kaneba dengan jujur.

“Kalau salah tuduh, aku kasihan dengan Unno,” gumam Hisui, agak keberatan untuk ikut  campur dalam kasus ini.

“Unno itu pria yang berbahaya. Cuma dia yang tahu detail soal metode penyelidikan polisi dan bagaimana cara menyiasatinya,” kata Detektif Kaneba dengan serius. “Ini murni spekulasiku, tapi… dia mungkin melakukanya,” jelasnya.

Menurut Detektif Kaneba, dalam kasus ini, moti pembunuhan yang dilakukan Unno adalah mungkin karena Sonemoto tahu sesuatu yang harusnya tidak dia tahu.

Tiba- tiba Detektif Kaneba mendapatkan telpon dari asistennya, jadi dia menjauh untuk menjawab  telpon itu. Lalu Makoto dan Hisui pun mulai berdiskusi dengan suara pelan. Makoto menyarankan Hisui, bila Hisui memang tidak mau mengambil kasus ini, maka lebih baik tolak saja, kan tidak apa- apa. Tapi Hisui tidak bisa begitu, karena dia sudah berjanji pada Suwama.

“Aku berjanji untuk membantu mereka dengan syarat Pak Kaneba akan dipekerjakan kembali,” kata Hisui, menjelaskan alasannya.

Selesai bertelponan, Detektif Kaneba memberitahu Hisui bahwa dia mendapat sebuah kabar bagus, info mengenai kasus Sonemoto, bisa jadi ini memang kasus pembunuhan, bukan kasus bunuh diri.

“Maka, aku akan menerima tawaran ini. Besok aku akan segera mengunjungi TKP,” kata Hisui, menyuarakan kebersediaannya untuk menangani kasus ini.

@@@


Diapatermen nomor 308, Sonemoto.

Di TKP, sebenarnya tidak ada bukti yang mencurigai kasus bunuh diri ini. Sebab tidak ada saksi yang mendengar adanya suara tembakan, yah tapi mungkin saja orang itu memakai semacam peredam atau kamar Sonemoto memang kedap suara. Lalu juga tidak ada jejak mencurigakan di residu tembakan (residu itu maksudnya, saat kamu menembak, akan ada partikel logam yang menyebar tapi tidak terlihat) , dan sisa residu itu ada ditemukan ditubuh Sonemoto, ini juga hal yang membuat mereka sebelumnya berpikir kalau ini benar adalah kasus bunuh diri.  Tapi karena kasus ini mungkin saja bersangkutan dengan Unno, Detektif Kaneba menyarankan Hisui untuk jangan berpikir menggunakan cara biasa. Karena Unno itu orang yang  berbahaya.



“Pak Kaneba, apa sudah ambil sidik jari disana?” tanya Hisui, menunjuk jendela. Lalu dia menatap Makoto, “Dan Makoto, dia adalah musuh yang tangguh. Aku ingin meminta tolong,” pintanya sambil tersenyum.


Beberapa hari kemudian.

Hisui dan Detektif Kaneba  meengunjungi rumah saksi, yang tinggal di gedung seberang dari apatermen Sonemoto. Saksi ini adalah seorang wanita bernama Azusa Suzumi.

Azusa menjelaskan bahhwa pada malam itu dia tidak melihat terlalu jelas. Yang dia lihat  saat itu, ada  seseorang yang memegang pistol. Awalnya dia berpikir, apa itu pistol bohongan. Dan juga ada jemuran dengan kaus kaki tergantung di dekat jendela. Tapi wajah orang yang  memegang pistol, dia tidak ingat.

Dari kesaksian Azusa, hanya ada satu hal yang aneh. Yaitu kaus kaki. Di TKP kaus kaki yang dimaksud tidak ditemukan. Sedangkan Azusa bilang ada.

“Pembunuhnya mengambilnnya? Enggak, untuk apa?” gumam Detektif Kaneba heran, lalu dia menanyai Hisui harus bagaimana?

“Karena itu, Pak Kaneba, aku ingin minta tolong padamu,” kata Hisui.

@@@



Dua detektif, sebut saja Det A dan Det, serta Makoto yang menyamar menjadi Hisui. Mereka bertiga datang mengunjungi Unno.

Saat disana, Makoto yang kikuk, seperti biasa tersandung. Dan saat pengenalan diri, Hasuka yang berada dirumah dan melihat dari kamera dikaca mata yang Makoto gunakan, memberikan arahan harus menjawab seperti apa. Namun karena arti nama Hasuka agak sulit, jadi Makoto menjawab menurut kata- katanya sendiri, dan Hisui terbengong. Tapi yah sudahlah yaaa.


Selanjutnya, ketika Det A dan Det B berbicara dengan Unno, Makoto hanya diam dan mendengarkan saja. Saat Hisui memberikan arahan, barulah dia berbicara.

Pistol yang digunakan Senomoto ternyata memiliki sejarahnya. Dari mantan anggota sindikat kejahatan yang pernah menjadi bagian dari Sonemoto, katanya ada dua senjata yang diberikan pada Sonemoto. Dan lima tahun lalu, Sonemoto sudah dipekerjakan oleh Unno. Jadi mereka ingin tahu, dimana pistol satu lagi ditaruh, karena polisi tidak bisa menemukannya. Apakah Unno tahu dimana. Dan Unno menjawab dia tidak tahu.


Hisui memberikan arahan. Makoto menunjukkan pistol replika yang dibawanya. Dia menjelaskan pada Unno bahwa ada beberapa hal yang aneh, yaitu sidik jari.  Dibagian luar pistol terdapat sidik jari Sonemoto, tapi dibagian dalam selongsor peluru, tidak terdapat sidik jari Senomoto. Bukankah itu aneh, karena bagaimana caranya Sonemoto tahu kalau peluru didalam pistol itu ada atau tidak tanpa membuka selongsor pelurunya. Dan tanpa mengetahui itu, bagaimana Sonemoto bisa langsung bunuh diri dengan yakin.


Dengan baik hati, Unno pun menjelaskan. Memang sidik jari Unno ada dibagian luar saja, karena Unno suka mengelap sidik jarinya saat memegang senjata dan memakai sarung tangan. Dan Unno tahu kalau pistol ini memang berisikan peluru. Makanya pada saat Sonemoto menaruh pistol itu dipelipis kepala untuk bunuh diri, dia yakin kalau ada peluru didalam pistol tersebut.


“Begitu ya,” respon Makoto. Lalu dia tersenyum, “Tapi tapi, kenapa … Anda barusan meletakkan moncong pistol ke pelipis? Kenapa Anda tahu Sonemoto menembak dirinya sendiri di pelipis?” tanyanya. Lalu dia menaruh pistol ke mulutnya dan bagian dadanya, “Dia bisa saja memasukkannya ke dalam mulutnya atau mengarahkan ke dadanya seperti ini,” jelasnya. “Apakah kalian memberitahu Pak Unno tentang kondisi jenazah?” tanya pada Det A dan Det B.

“Tidak,” jawab Det A dan Det B.

Unno merasa panik, tapi dia tidak menunjukkannya. Lalu dia menjelaskan bahwa dia punya banyak kenalan di petinggi kepolisian, karena kali ini berhubungan dengan kematian karyawannya, jadi dia bertanya dan mendapatkan sedikit informasi. Dan dia juga ada melihat foto tubuh Sonemoto yang meninggal.


“Apa aku menyelesaikan keraguanmu?” tanya Unno, setelah menjelaskan.

“Hmm.. tapi fakta bahwa hanya ada satu senjata benar- benar menggangguku,” kata Makoto, tidak menjawab dengan jelas apa dia sudah tidak ragu atau masih ragu.

“Kamu sangat teliti ya,” puji Unno.


Makoto kemudian dengan serius menjelaskan dugaannya. Bisa jadi kematian Sonemoto bukan karena bunuh diri. Tapi pembunuhan. Dan pembunuhnya mengambil senjata satu lagi dan melarikan diri. Mendengar ini, Unno tertawa tidak percaya.

“Sebenarnya, kami memiliki kesaksian saksi mata yang mendukungnya,” kata Makoto sambil tersenyum riang. Dan Det A serta Det B terkejut, karena mereka tidak menyangka kalau Makoto akan memberitahu tentang saksi.

“Sepertinya itu informasi yang tak boleh kamu katakan padaku,” kata Unno, mengingatkan.

“Ah, maafkan aku!” kata Makoto dengan panik, seperti tersadar kalau dia telah salah berbicara. “Ebina, tidak apa- apa, kan?”

“Ah, yah…” jawab Det B, yang ternyata bernama Ebina.



Makoto kemudian mulai menceritakan tentang saksi kepada Unno. Saksi mengatakan kalau dia ada melihat orang mencurigakan yang memegang senjata, tapi dia tidak tidak langsung memanggi polisi, karena mengira cuma salah lihat, tapi saat dia tahu tentang kematian Sonemoto, dia pun menghubungi polisi.

“Jadi orang ini melihat moment si pembunuh menembak dan membunh Sonemoto?” tanya Unno dengan santai.

“Tidak. Sayangnya, kami tak tahu sejauh itu. Kesaksiannya hanya sebatas bahwa dia melihat seseorang memegang pistol. Saksi terlalu mabuk untuk mengingat wajah pria tersebut,” jawab Makoto dengan jujur.


Unno menyimpulkan kalau bisa saja yang memegang senjata itu adalah Sonemoto sendiri. Dan Makoto tidak bisa membantah, jadi dia menjawab, yah bisa jadi.


Setelah wawancara selesai, Det A dan Det B pamit, lalu pergi. Tapi Makoto tetap tinggal, karena ada satu hal lagi yang ingin dia tanyakan

Post a Comment

Previous Post Next Post