Sinopsis Drama China : When I Fly Towards You Episode 10



Pada Hari Kiamat, Aku Ingin Mengatakan Ini Padamu…




Hari kepulangan mereka kembali ke Jiangyi adalah tanggal 20 Desember 2012. Hari yang di rumorkan akan menjadi hari kiamat. Gegara diingatkan soal itu, perjalan kereta api jadi terasa berbeda. Guan Fang sampai mengirim pesan kepada neneknya untuk mengucapkan terimakasih dan berharap kalau mereka bisa menjadi nenek dan cucu di kehidupan selanjutnya. Pesan itu dibalas sama Nenek : “Bocah nakal.” HAHAHAHA.



Gu Ran mulai bercanda bahwa kereta ini sebenarnya menuju Hogwarts. Semua mengerti dengan candaannya kecuali Jiang Jia. Sontak saja, Gu Ran menertertawakannya dan mengatainya sebagai muggle(serial Harry Potter). Jiang Jia masih tidak mengerti dan mengira Gu Ran menyebutkan nama makanan.



Tidak terasa hari sudah larut dan beberapa orang sudah tertidur. Zai Zai kebangun dan melihat wajah Lu Rang yang menghadap padanya dan tertidur sehingga diam-diam memotretnya. Suara kameranya membuat Lu Rang terjaga. Menyadari Lu Rang bangun, Zai Zai langsung menutup matanya dengan cepat dan pura-pura tidur.



Gu Ran masih belum tidur dan dengan sengaja, dia mendekatkan bahunya ke dekat kepala Jiang Jia agar Jiang Jia bisa tidur dengan nyaman sambil bersandar di bahunya. Guan Fang terbangun tiba-tiba dan langsung heboh sehingga semua yang di kereta juga terbangun. Begitu bangun, Jiang Jia langsung menanyakan kenapa Gu Ran meletakkan bahunya dekat dengannya? Gu Ran langsung berdalih kalau Jiang Jia yang bersandar pada bahunya.




Waktu saat ini adalah 23.55. Sisa 5 menit lagi hinga jam 00.00. Guan Fang mulai heboh membahas soal kiamat lagi. Bagaimana jika 5 menit lagi sungguh kiamat? Zai Zai menyarankan agar merekam pesan terakhir saja. Karena ada 5 menit lagi, maka satu orang mendapat waktu 1 menit untuk bicara. Guan Fang yang pertama. Dia menceritakan mengenai masa lalunya sebagai anak badung karena mempunyai kesalahapahaman terhadap dunia ini. Kemudian, dia bertemu dengan sekelompok orang termasuk mereka semua yang mengubahnya dengan nyata dan membentuk ulang dirinya. Dia sangat menyukai dirinya yang sekarang.



Selanjutnya adalah Gu Ran. Dia merasa tidak ada penyesalan di hidup ini. Ah, tapi agak disayangkan saja karena dia tidak bisa naik pesawat ke Amerika untuk menonton pertandingan basket dan berjumpa dengan Kobe.



Orang ketiga adalah Jiang Jia. Dia menceritakan tentang dirinya yang selalu beruntung entah dalam undian ataupun mesin capit boneka. Jadi, selama ada dia, kereta yang mereka tumpangi pasti akan mencapai tujuan.



Orang berikutnya adalah Lu Rang. Dia tidak punya pesan apapun dan memberikan 1 menitnya untuk Zai Zai.



Zai Zai berharap bahwa bumi akan berpisah dengan hari kiamat. Dengan begitu, sudah tidak ada hari terakhir di dunia dan mereka akan punya banyak waktu untuk membentuk masa depan dengan orang terpenting bagi mereka.



Di sisa waktu 10 detik lagi, seluruh kereta mulai menanti dengan cemas. Lu Rang tiba-tiba saja membagi earphone-nya dengan Zai Zai. Apa ini pertanda bahwa dia membagi dunianya dengan Zai Zai? Entahlah. Yang jelas, tidak ada ledakan apapun dan bumi masih tetap ada. Dunia tidak mengalami kiamat.


Waktu terus berlalu. Rutinitas sekolah juga berjalan seperti biasa. Dan seperti biasa, saat ada PR dan guru lupa, pasti ada saja siswa yang mengingatkan. Ini juga dialami oleh kelas 1-1. hm, malah terbalik. guru zhang tidak memberikan PR dan Zhenxin malah mengingatkan. Guru Zhang bukan lupa tetapi memang tidak ada PR untuk minggu ini agar mereka bisa beristirahat sebelum mempersiapkan ujian kenaikan kelas. Semua tentu senang.




Guan Fang yang paling senang dan mengajak teman-temannya main basket. Baru juga mengajak, tiba-tiba saja salah seorang teman sekelas mereka minta untuk bertukar hari piket. Jika Guan Fang menggantikannya hari ini, dia akan menggantikan Guan Fang piket di hari Senin. Guan Fang kelihatannya tidak mau, tetapi dia malah mengiyakan.



Hal ini membuat Gu Ran dan Lu Rang menjadi khawatir padanya. Guan Fang terlalu tidak enakkan. Keduanya yakin kalau Wang Hao (nama teman itu) pasti akan ingkar karena ini bukan yang pertama kali. Kalau Gu Ran yang dimintai tolong, dia akan mengiyakan tetapi kemudian langsung pulang sehingga Wang Hao akan dimarahi guru Zhang karena tidak piket. Orang seperti Wang Hao harus di beri pelajaran.



Zai Zai dan Jiang Jia tidak merasa ada yang salah dengan Guan Fang dan menilainya hanya baik. Gu Ran menjelaskan kalau Guan Fang terlalu mudah di bujuk. Kemarin, Liu Quan melemparkan bola basket Guan Fang ke selokan air padahal bola itu baru dibeli dan sangat di sayang-sayang olehnya. Tetapi, Guan Fang malah tidak marah. Terus, teman sebangkunya, Li Ming, suka sekali bermain pena dan setiap beberapa hari sekali, pakaiannya pasti akan berlumuran tinta. Dan Guan Fang malah tetap diam. Lu Rang juga memberitahu kalau dari awal mengenal Guan Fang, Guang Fang tidak pernah sekalipun memulai masalah dengan orang lain.


Hm, setelah didengarkan, kelihatannya Guan Fang malah ditindas. Hal ini kurang baik. Lebih baik mereka besok ke rumah Guan Fang untuk memberi nasehat.




Seperti yang dijanjikan, besoknya mereka berkunjung ke kedai Nenek. Ketika lagi makan dengan tenang, tiba-tiba saja dua orang preman memulai keributan. Mereka mengklaim kalau makanan yang mereka pesan sudah basi. Nenek tentu marah tetapi Guan Fang meminta Nenek untuk lanjut bekerja sementara dia yang menangani para tamu tersebut. Guan Fang mencoba sabar menjelaskan kalau makanan mereka selalu fresh,tetapi kedua orang itu tetap ngotot. Ya udah, Guan Fang menyuruh mereka untuk tidak usah membayar. Kedua preman itu makin melonjak dan minta uang ganti rugi. Zai Zai langsung berdiri dan menuduh mereka mau menipu. Lu Rang dkk juga langsung berdiri untuk membantu. Guan Fang langsung menghentikan mereka dan mau memberikan sejumlah uang sambil menuntun mereka pergi.



Guan Fang sengaja menuntun mereka dan membawanya ke gang sepi. Setelah sampai di sana, dia meminta uang yang dia berikan tadi untuk dikembalikan. Kedua preman tidak mau mengembalikan. Karena tidak dikembalikan, Guan Fang mulai menggunakan kekuatannya. Wow, tatapan matanya sangat mengintimidasi.



Lu Rang dkk mulai khawatir karena Guan Fang tidak kunjung kemari. Mereka takut kalau Guan Fang malah dipukuli. Makanya, Gu Ran menawarkan diri untuk memeriksa.



Kedua preman mengembalikan uang Guan Fang sambil memohon maaf. Saking takutnya pada Guan Fang, mereka memanggilnya dengan panggilan : “Ge.” Uang sudah diterima dan peringatan diberikan kalau mereka tidak boleh datang mengganggu kedai neneknya lagi.




Gu Ran tiba setelah masalah selesai dan salah paham mengira Guan Fang masih dimintai uang. Guan Fang juga memberi tanda agar keduanya tetap tutup mulut. Kedua preman ketakutan dan meminta maaf kemudian bergegas pergi. Lu Rang dkk tiba saat itu dan salah paham mengira kedua preman itu takut sama Gu Ran. HAHAHAHA.



Guan Fang juga tidak berniat menjelaskan dan malah senang karena teman-temannya begitu baik dan mengkhawatirkannya.



Saat kedai sudah tutup dan mereka sudah pulang, Nenek baru mengajak Guan Fang bicara. Dia memeriksa seluruh tubuh Guan Fang untuk memastikan tidak ada luka. Dia sangat khawatir kalau Guan Fang berkelahi lagi. Dulu, Guan Fang selalu pulang dengan tubuh penuh luka karna berkelahi. Guan Fang tertawa dan berkata kalau itu masa lalu dan dia sudah berubah.



“Baguslah jika tidak berkelahi. Namun, teman-temanmu yang sekarang sangat baik. Aku suka mereka. Kau harus banyak belajar dari mereka. Nenek sungguh berharap kau tidak seperti dulu lagi,” nasehat Nenek.



Sudah hari Senin dan Wang Hao malah mencoba ingkar. Gu Ran langsung memanggilnya untuk mengingatkan janjinya. Wang Hao tanpa malu malah beralasan kalau saudaranya datang dan minta Guan Fang menggantikannya lagi. Guan Fang sudah mau mengiyakan tetapi urung karena Gu Ran dan Lu Rang memberikannya bombastic side eye.Ini pertama kalinya Guan Fang menolak dan ada banyak yang melihat, jadi Wang Hao ketakutan dan akhirnya mau melakukan tugas piket.



Guan Fang dalam perjalanan ke kedai neneknya, tetapi malah di cegat sama kedua preman kemarin. Kedua preman itu nggak terima dengan kejadian kemarin dan membawa bos mereka. Guan Fang awalnya berniat mengabaikan mereka saja karena sudah berjanji pada neneknya tidak akan berkelahi lagi, tetapi preman-preman itu malah mengancam mau mencari neneknya. Jika sudah menyangkut masalah neneknya, tidak mungkin Guan Fang hanya diam saja.



Lu Rang dkk melewati jalan yang dilewati Guan Fang dan melihat Guan Fang yang sedang berkelahi. Woah, Guan Fang ternyata jago. Meski jago, tetapi tetap saja mereka maju untuk membantunya. Mantap!



Mereka juga membantu membersihkan kedai nenek. Sambil beberes, Jiang Jia menarik kembali rasa kagumnya pada Gu Ran karna Guan Fang ternyata yang hebat berkelahi. Karena sudah ketahuan, Guan Fang tidak lagi menyembunyikan masa lalunya.




Saat kelas 2 SMP, Guan Fang sangatlah nakal. Mungkin sedang dalam masa pubertas. Saat itu, dia merasa kalau belajar itu tidak berguna. Dia lebih ingin memanfaatkan tinju untuk menciptakan reputasinya bahkan menganggap sifat kekanak-kanakkannya sebagai rasa setia kawan. Jika di senggol sedikit saja, dia akan meledak.




Di masa itu, Guan Fang menggunakan tinju untuk menolong teman-teman yang ditindas. Namun, rumor berkembang dan dia dijuluki sebagai anak nakal hingga tidak ada yang mau berinteraksi dengannya. Guru-gurunya juga menganggapnya sebagai beban. Dia selalu saja di marahi dan dihukum oleh guru. Hal ini membuatnya semakin memberontak dan semakin jarang ke sekolah. Sikap memberontaknya berkembang ke arah yang buruk.




Dia mulai berubah saat menyadari segala hal yang dia kira mampu dia lakukan sendiri, ternyata karena ada orang yang membantunya secara diam-diam. Yaitu : neneknya. Dia melihat neneknya yang pergi memohon maaf ke orang-orang yang dia pukuli dan berakhir dengan di usir. Dan perlahan, Guan Fang merasa itu hal yang wajar.




Hingga, dia melihat neneknya yang menemui Guru karna sekolah sudah menyerah padanya dan ingin mengeluarkannya. Nenek memohon pada guru untuk tidak mengeluarkan Guan Fang dan berjanji akan menasehatinya. Dia mohon.


“Nenekku sangat galak semasa mudanya. Dia terkenal di seluruh kampung. Aku tidak pernah melihat dirinya yang memohon pada orang lain dengan nada yang begitu segan. Saat itu aku baru tersadar sepertinya dia menjadi lebih tua.”




Meski Guan Fang sudah membuat banyak masalah, tetapi nenek tidak menyerah padanya. Dia juga menasehati Guan Fang dengan sabar kalau tinju tidak bisa menyelesaikan semua masalah dan lebih baik menggunakan pena. Dia memohon Guan Fang untuk tidak berkelahi lagi dan mulai belajar dengan baik.



“Aku sama sekali tidak membayangkannya, bagaimana tubuhnya yang kurus dan kecil mampu menanggung begitu banyak cercaan dan hinaan, tetapi masih bisa diskusi dengannya seperti tidak ada masalah. Cerita selesai. Kemudian, aku melakukan revolusi dan memulai hdiup baru.”



Cerita yang membuat Lu Rang dkk merasa kagum padanya karena dia mampu bertobat dan menjadi pribadi yang lebih baik.



Nenek memang sudah semakin tua, tetapi di mata Guan Fang, dia tetap adalah yang terhebat. Karena itu, impiannya adalah Neneknya dapat menemaninya lebih lama lagi.



Hari ujian tiba. Begitu ujian selesai, sudah akan memasuki liburan sekolah. Dan saat liburan, Lu Rang akan pulang ke Suyang. Hal ini membuat Zai Zai jadi sedih karena tidak akan bisa bertemu dengannya untuk sementara waktu. Lu Rang semakin baik hingga mau memberikan sarung tangannya pada Zai Zai agar tangannya tidak kedinginan.



Sebelum Lu Rang pergi, Zai Zai berjanji akan terus mengirimi pesan agar Lu Rang tidak melupakannya. Dan Lu Rang berjanji akan terus membalas setiap pesannya. Pas sekali, salju pertama turun.

Epilog




Di musim ujian, Lu Ran dkk belajar di rumah Guan Fang. Semuanya tampak senang belajar di sana, meskipun rumah tersebut kecil.


Aku menyadari, saat dunia menciptakan Nenek, sepertinya sudah ada rumus pasti. Apel yang dipotongkan nenek ada aroma bawang. Nenek selalu bungkuk, tapi langkah kakinya stabil. Celemek yang dicuci Nenek rapi dan bersih. Nenek selalu merasa kami semua tidak pernah kenyang.



Tempat tinggal Nenek kecil, sampai tidak bisa menaruh perabotan rumah besar, secara bersamaan juga besar hingga mampu menjadi keseluruhan dunia bagi masa muda kami.



Aku sedikit merindukan Nenek, tapi tidak berani memberitahu Ayah. Karena aku tau, dia pun merindukan Ibunya.




Aku sedikit merindukan Nenek, tapi tidak berani memberitau Ayah. Karena aku tau dia pun merindukan Ibunya.

Post a Comment

Previous Post Next Post