Ada
pepatah yang berbunyi seperti ini. “Seeokor harimau meninggalkan kulitnya
setelah mereka mati dan manusia meninggalkan bukti fotografis.” Dari banyak
kenangan dalam hidup, ada satu yang tidak bisa kita foto (setelah meninggal).
Ada
sebuah studio foto yang memotret ingatan yang tidak dapat Anda tangkap saat
Anda masih hidup. Di suatu tempat antara hidup dan mati. Di suatu tempat di
jalan yang berbahaya dan sulit menuju kematian. Itu hanya diperbolehkan untuk
orang-orang yang sangat menginginkannya. Anda tidak dapat kembali setelah
tersesat dalam perjalanan menuju kematian. Anda harus berjalan di tengah badai
salju yang membelah kulit dan di seberang lembah tempat tanah terbelah dan
dipenuhi api, dan melewati labirin tanpa akhir untuk akhirnya mencapai tempat
ini.
Studio
foto hanya untuk orang mati. Orang-orang menyebut tempat ini “Studio foto yang
buka pada malam hari.”
Namun,
tidak hanya kamera di sana yang bisa memotret orang mati, itu memiliki kekuatan
untuk menghidupkan mereka kembali. Karena itu, selalu menarik penyusup. Meskipun
itu tidak mungkin mudah. Dan terkadang, orang yang sangat bodoh muncul, tidak
tahu betapa menakutkannya penjaga malam itu.
Orang bodoh yang dimaksud dalam cerita adalah
leluhur dari Seo Ki Joo, pemeran utama drama ini. Ratusan tahun silam, Seo Nam Guk, memasuki dunia bawah tanah yang
merupakan tempat untuk orang mati, demi mencuri kamera ‘ajaib’ tersebut. Nam
Guk berhasil mencurinya meski sambil di kejar-kejar oleh asap hitam yang
merupakan perwujudan dari penjaga malam. Semua hanya demi satu tujuan :
menyelamatkan nyawa putranya, Seo Kyung, yang sedang sakit keras dan diambang
kematian. Sebelum Nam Guk sempat menggunakan kamera tersebut, waktu membeku. Penjaga
malam berhasil mengejarnya.
Dalam keadaan putus asa, Nam Guk memohon dan
menawarkan kesepakatan. Dia rela menukar nyawanya demi bisa memakai kamera itu.
Dia juga rela jika anaknya hanya bisa hidup sampai usia 35 tahun, sama seperti
usianya saat ini. Penjaga malam menerima kesepakatan tersebut dengan tambahan,
bahwa bukan hanya Seo Kyung yang akan hidup sampai umur 35 tahun, tetapi semua
keturunannya kelak juga hanya bisa hidup sampai usia 35 tahun dan mengalami
nasib yang sama. Mereka akan dikejar oleh orang mati selama hidup mereka yang
sangat singkat.
Seo Nam Guk tidak memikirkan konsekuensi untuk ke
depannya dan menyetujui semua syarat tambahan tersebut. Seo Kyung berhasil
hidup kembali tetapi dengan kutukan yang diberikan oleh penjaga malam.
Bidikan
Pertama : Studio Tengah Malam
Waktu berlalu dan tidak terasa, sekarang sudah
tahun 2024. Kamera yang dicuri Seo Nam Guk dulu, masih berada di tangan
keturunannya, Seo Ki Joo (penerus ke-7). Sama seperti yang dialami oleh para
leluhurnya, Seo Ki Joo bisa melihat orang mati dan harus bekerja sebagai fotografer
orang mati. Ini tentu bukan pekerjaan yang mudah, karena dia bukan hanya asal
memotret, tetapi juga harus mengabulkan permintaan klien yang terkadang sulit. Contohnya
seperti saat ini, kliennya adalah seorang wanita yang meninggal karena
kecelakaan sebelum sempat menikah. Jadi, dia ingin di foto berciuman dengan Ki
Joo. Ki Joo merasa itu sangat sulit karena yang terlihat di matanya adalah
wajah si pengantin yang penuh luka akibat kecelakaan. Dia juga tidak bisa
meminta tolong kepada kedua asistennya Go Sung Ho dan Baek Nam Goo untuk
menggantikannya karena kedua asisten tersebut adalah hantu. Alhasil, Ki Joo
gagal mengabulkan permintaan klien.
Hm, mari kita berkenalan dengan karakter lainnya,
Han Bom. Seorang pengacara paruh waktu di kantor pengacara Kang Su Mi. Sikapnya
amat sangat berani dan menjunjung keadilan. Makanya, dia tidak bisa membela
klien yang bersalah. Tentu ini membuat Su Mi emosi karena Han Bom terus saja
membuat kliennya pergi dan bersikap seolah-olah adalah jaksa penuntut. Memang,
dulunya Han Bom bekerja sebagai jaksa penuntut, tetapi tiga tahun lalu, dia di
pecat oleh Kepala Jaksa Lee Hyeon Oh karena suatu masalah. Sejak saat itu, Han
Bom kesulitan untuk menemukan pekerjaan. Satu-satunya yang mau menerimanya
hanyalah Kang Su Mi. Su Mi menerima karena dia kasihan pada Han Bom yang
dulunya adalah siswa beprestasi di sekolah hukum tetapi sekarang harus luntang
lantung mencari pekerjaan tetap. Han Bom sedikit sedih tetapi dia berusaha
menyembunyikan perasaan itu. Apalagi, besok dia juga akan diinterview oleh Kang
In Goo, salah satu pemilik firma hukum papan atas. Ada satu hal yang mengganggu
Han Bom, yaitu ancaman Lee Hyeon Oh padanya sebelum memecatnya, yaitu : tidak
akan membiarkan Han Bom mendapatkan pekerjaan setelah meninggalkan kejaksaan.


Ki Joo sedang terlibat masalah. Karena menolak
untuk melakukan permintaan hantu pengantin wanita, hantu tersebut membakar
rumah kontrakannya. Imbasnya, Ki Joo di usir oleh pemilik kontrakan dan tidak
mendapatkan kembali uang depositnya. Huft, ini susahnya berurusan dengan hantu
karena tidak ada yang mempercayai ucapannya. Ini bukan pertama kalinya Ki Joo
mengalami hal seperti ini, makanya dia tidak terlalu terkejut. Sung Ho (asisten
hantu Ki Joo) juga sudah langsung gercep mencari tempat tinggal baru. Ada satu
ruangan yang di sewakan yang menarik karena luas dan murah. Tidak buang waktu,
Ki Joo langsung pergi sendiri untuk memeriksa tempat tersebut. Tempatnya berada
di gedung yang sama dengan firma hukum Kang In Goo. Baru juga masuk ke dalam
gedung, Ki Joo malah sudah di kejar oleh para hantu penasaran yang menyadari
kalau Ki Joo bisa melihat mereka. Karena ketakutan, Ki Joo langsung lari ke
dalam lift. Siapa sangka, di dalam sana juga ada hantu penasaran yang mati
sebelu mendapat investasi. Hampir saja Ki Joo mati kalau Han Bom tidak membuka
pintu lift. Han Bom tentu heran melihat sikap aneh Ki Joo.

Sebelum interview dimulai, Han Bom mendapat pesan
dari Su Mi yang berisi link sebuah website berita. Isinya tentang seorang
wanita bernama Jang Bo Ra yang mengakui telah membunuh suaminya yang lumpuh
bernama Park Sung Joon. Yang menemukan Park Sung Joon meninggal pertama kali
adalah perawat. Kasus ini terasa aneh karena Bo Ra tiba-tiba menyerahkan diri dan
menolak didampingi pengacara. Kasus Bo Ra ini akan diteruskan ke kejaksaan
tempat Lee Hyeon Oh, jadi Su Mi mau minta tolong Han Bom untuk menangani kasus
ini sebelum sampai ke kejaksaan. Dia khawatir kalau Bo Ra akan dihukum meskipun
tidak bersalah.
Setelah membaca pesan dan artikel tersebut, Han Bom
jadi berubah pikiran. Dia teringat dengan kasus lama yang ditanganinya (kasus
yang membuatnya di pecat. Kita belum dijelaskan kasus seperti apa itu).
Makanya, dia merelakan interview-nya dan bergegas pergi ke kantor polisi untuk
menemui Bo Ra.

Entah gimana ceritanya, Ki Joo malah jadi berteman
dengan hantu lift. Wkwkwk. Soalnya hantu lift itu dulunya adalah agen real
estate yang kena tipu, jadi Ki Joo mau minta rekomendasi tempat dari hantu itu.
Dia ingin tempat tinggal yang sangat murah dan hanya akan sewa selama 105 hari.
Hantu itu tertawa meremehkan dan menyuruh Ki Joo untuk tinggal di goshiwon saja,
jika mau tempat murah. Pembicaraan mereka terdengar sama pemilik kedai
tteokbokki di dekat sana. Pemilik itu bernama So Geum Soon yang merupakan nenek
Han Bom. Dia memang lagi cari penyewa untuk rumahnya yang berada di atas bukit
dan di tinggali oleh Han Bom. Meskipun Han Bom adalah cucunya, dia tetap
menagih uang sewa padanya. Dan karena Han Bom sudah menunggak selama 3 bulan,
Nenek mengusirnya dan menyewakan tempat itu pada orang lain. Hm, tapi
masalahnya, Han Bom tidak menganggap serius ucapan Nenek dan tetap tinggal di
sana.

Sebagai penyewa, Ki Joo tentu tidak tau menahu soal
itu. Yang dia tau kalau tempat itu murah dan luas meskipun berada di atas
bukit, makanya dia setuju untuk menyewa selama 105 hari dan akan pindah hari
ini. Nenek akan bingung karena Ki Joo mau menyewa 105 hari, seolah tau saja
kapan dia mau mati.

Han Bom sudah tiba di kantor polisi dan meminta
izin pada polisi untuk dipertemukan dengan Bo Ra. Setelah melihat kartu
namanya, polisi mengantarkannya ke ruang interogasi, dimana Bo Ra ditahan. Bo
Ra tampak sedih dan terus mengulang ke Han Bom bahwa dia yang membunuh suaminya
dan tidak perlu pengacara. Semakin Han Bom mendesaknya, semakin Bo Ra frustasi
dan meluapkan emosinya tentang betapa lelahnya dia mengurus suaminya yang sakit
selama 5 tahun ini. Han Bom tertawa miris karena dia telah melewatkan interview
kerjanya demi Bo Ra, makanya, dia akan berusaha keras untuk mencari
kebenarannya. Apakah Bo Ra benar-benar membunuh suaminya?

Ki Joo sudah resmi pindah rumah. Dia menata setiap
sudut rumah dengan hal-hal agama, yang penting dapat mengusir roh jahat.
Setelah menata semuanya, di malam hari, Ki Joo resmi membuka kembali studio
fotonya. Pintu masuk studio fotonya adalah pintu ruang penyimpanan ketel.
Sangat ajaib karena itu hanya ruang penyimpanan, tetapi setelah ditinggali oleh
Ki Joo, ruang penyimpanan kecil itu berubah menjadi lorong panjang yang
mengarah ke sebuah ruangan besar. Di ujung lorong ada sebuah pintu yang
merupakan pintu yang menghubungkan dunia ini dengan dunia orang mati. Setiap
orang mati yang masuk hanya bisa berada di sana selama 3 hari. Di ruangan besar
ajaib di sana, terdapat banyak foto dari orang-orang mati yang diambil oleh
leluhur Ki Joo sampai dengan Ki Joo.
Studio tersebut dikenal dengan nama Studio Yahan :
Ya yang berarti malam dan Han yang berarti pinggir. Ini adalah studio foto yang
dibuka di pinggir malam.
Di dunia bawah tanah, Park Sung Joon sedang
berjalan bersama orang-orang mati lainnya menuju tempat terakhir. Namun, di
tengah-tengah perjalanan, Sung Joon teringat sesuatu dan langsung berlari
menerobos badai salju. Dia hendak kembali ke dunia manusia. Dalam pelariannya,
dia di kejar oleh penjaga malam. Ketika sedang berusaha kabur, dia menemukan
sebuah pintu besar. Saat pintu itu di buka, Sung Joon tiba di Studio Yahan.
Bagian dalam Studio Yahan yang begitu besar dan mewah, membuat Sung Joon
terpukau.
Di dalam sana, Ki Joo, Sung Ho dan Nam Goo sudah
menunggu untuk menyambut kedatangan klien mereka. Ki Joon langsung menjelaskan
tentang studio orang mati ini dan menanyakan, ingatan terakhir apa yang ingin
Sung Joon simpan dalam hidupnya.
“Tolong bebaskan istriku,” itu permintaan Sung
Joon.
Istri yang dia maksud adalah Jang Bo Ra.
Sebagaimana tugasnya, Ki Joo berusaha membantu
mengabulkan permintaan klien. Dengan bantuan asisten hantunya, Baek Nam Goo,
mereka mencuri berkas kasus Jang Bo Ra dari rumah sakit. Bo Ra mengakui telah
membunuh suaminya yang lumpuh di rumah sakit, Park Sung Joon. Bo Ra mengakui
bahwa dia sudah lelah secara mental dan finansial dalam merawat suaminya,
sehingga dia mencekiknya dengan bantal. Penyebab kematian Sung Joon adalah
serangan jantung karena sesak nafas. Dia ditemukan tewas di lantai kamar rawat.
Setelah membaca berkasnya, Ki Joo menolak membantu.
Itu berada di luar ranah pekerjaannya. Jika dia ingin membebaskan Bo Ra,
seharusnya meminta bantuan pengacara. Sung Joon juga maunya begitu, tetapi
tidak ada yang bisa mendengar dan melihatnya. Satu-satunya bantuan yang bisa Ki
Joo lakukan hanya menyampaikan pesan Sung Joon pada Bo Ra. Sung Joon menolak
dan bersikeras bahwa dia harus bertemu dengan Bo Ra.
“Apakah Anda mencoba balas dendam?” tanya Ki Joo,
curiga.
“Tidak! Bo Ra tidak membunuhku!!!” teriak Sung
Joon.
Ki Joo mempertanyakan ulang, apa dia benar-benar
yakin bahwa Bo Ra tidak membunuhnya? Kenyataan bisa saja berbeda dengan
ingatannya.
Han Bom tidak pulang ke rumah dan menginap di
kantor. Dia menghabiskan sepanjang malam untuk mempelajari berkas kasus dan
foto-foto korban. Semakin dia mempelajarinya, dia semakin bingung mengenai
alasan Bo Ra membunuh Sung Joon padahal selama ini dia kelihatan peduli.

Keesokan harinya,
Ki Joo akhirnya luluh dan mau membantu Sung Joon.
Sebelum memasuki kantor polisi, Sung Ho menyuruh Ki Joo untuk membawa garam dan
kacang merah (yang dipercaya dapat mengusir hantu) untuk jaga-jaga. Ki Joo
menertertawainya karena bagaimana bisa hantu menyuruh membawa pengusir hantu?
Eh, ternyata Nam Goo juga malah memakai jimat di dalam jaketnya. Wkwkwk. Mereka
berdua bukan sembarang hantu. Keduanya adalah hantu spesial yang bisa menyentuh
berbagai hal karena mendapatkan kekuatan magis dari hantu. Hahahaha. Akhirnya,
Ki Joo mau mendengarkan Sung Ho juga.
Ki Joo berbohong ke polisi sebagai pengacara Bo Ra.
Polisi tidak percaya karena pengacara untuk Bo Ra sudah datang kemarin, yaitu
Han Bom. Hm, biar lebih mudah menyusup, Sung Ho merasuki polisi itu dan
mengizinkan Ki Joo untuk masuk. Hah, baru juga mau masuk ke ruang interogasi,
mereka sudah bertemu dengan hantu-hantu preman. Untungnya Nam Goo adalah hantu
yang kuat, jadi dia yang menghajar semua hantu preman tersebut.

Kini hanya tinggal Bo Ra dan Ki Joo. Tidak pakai
basa-basi atau berbohong, Ki Joo menyampaikan langsung maksud kedatangannya
adalah karena permintaan Sung Joon yang ingin berfoto dengan Bo Ra. Dia juga
menyampaikan apa yang dikatakan Sung Joon. Hari dimana Bo Ra membunuh suaminya.
malam itu, Bo Ra memang mau membunuh Sung Joon, tetapi pada akhirnya, dia tidak
jadi melakukannya karena tidak mampu membunuh orang yang di cintainya. Namun,
Bo Ra tetap terkejut dengan dirinya sendiri dan pergi keluar kamar. Saat itu,
dia tidak tau bahwa sebenarnya Sung Joon dalam keadaan sadar. Sung Joon tidak
menyalahkan Bo Ra karena dia bisa memahaminya. Hari itu, Sung Joon meninggal
karena serangan jantung dan jatuh sendiri dari ranjang, bukan karena Bo Ra.

“Saat Anda mati, Anda harus menempuh jalan kematian
untuk memasuki dunia bawah. Jalan itu mengambil ingatan Anda dari dunia ini
satu per satu. Mulai saat Anda lahir. Dalam urutan kronologis. Jika kamu
menyerah seperti ini sekarang, ingatan terakhir Park Sung Joon adalah saat
istrinya mencoba membunuhnya. Apakah Anda benar-benar ingin itu menjadi
kenangan terakhirnya tentang Anda? Suamimu bilang dia tidak keberatan,” ujar Ki
Joo.
Sung Joon bilang ke Ki Joo bahwa dia tidak peduli
entah Bo Ra membunuhnya atau tidak, karena dia hanya ingin Bo Ra bahagia. Semua
ucapan Ki Joo membuat Bo Ra menangis frustasi. Dia tidak bisa memahami Ki Joo
yang menyampaikan pesan suaminya yang sudah meninggal. Siapa dia??
Saat itu, Sung Ho sudah keluar dari tubuh polisi
dan Han Bom juga sampai di kantor polisi. Dia langsung masuk ke ruang
interogasi dan bingung karena ada Ki Joo di sana. Bo Ra langsung salah paham,
mengira kalau mereka berdua mencoba mempermainkannya. Padahal, dia hanya ingin
dihukum!
Han Bom tentu bingung dan menanyakan identitas Ki
Joo. Ki Joo tidak bisa menjelaskan lebih dan hanya bilang kalau dia mengirim
orang-orang yang berjuang ke tempat yang lebih baik.
“Nasi putih dan rebusan kedelai penuh dengan telur
pollack. Dia bilang, dia akan memasak itu dan menunggumu,” ujar Ki Joo dan
memberikan kartu namanya. “Hanya ada satu kesempatan. Ingatlah itu,” lanjutnya
dan beranjak pergi.
Bo Ra semakin terkejut dan mulai mempercayai semua
ucapan Ki Joo. Soalnya, yang disebutkan oleh Ki Joo adalah makanan kesukaan
Sung Joon. Dan juga, itu adalah kata-kata terakhir Bo Ra pada suaminya yang
berangkat kerja, sebelum akhirnya Sung Joon terlibat kecelakaan dan menjadi
lumpuh.

Han Bom tidak punya banyak kesempatan untuk meminta
penjelasan Ki Joo. Dia harus fokus dulu untuk membebaskan Bo Ra. Han Bom
menunjukkan foto-foto korban saat ditemukan meninggal dan saat akan dibawa.
Foto pertama menunjukkan bekas luka bakar di kaki Sung Joon. Foto kedua
menunjukkan kaki Sung Joon yang memakai kaos kaki. Bo Ra yang memakaikan kaos
kaki itu karena dia tidak ingin orang—orang melihat bekas luka bakar suaminya.
Tidak mungkin orang yang begitu memikirkan bekas luka bakar orang lain, tega
membunuhnya.

Selama 5 tahun Bo Ra tidak menyerah untuk menjaga
Sung Joon, dengan harapan, bahwa suatu hari, dia akan kembali sehat. Namun,
penantian itu tidak kunjung menemukan akhir. Sung Joon lumpuh seluruh badan.
Dia tidak merespon apapun ucapan Bo Ra. Sementara itu, tagihan rumah sakit dan
hutang terus menumpuk. Hal-hal ini membuat Bo Ra menjadi frustasi. Dia
mencintai Sung Joon. Dia tidak membunuh Sung Joon, namun, rasa sakit karena
merasa lelah, membuat Bo Ra mengakui perbuatan yang tidak dia lakukan. Sebagai bentuk
penebusan.
Dan setelah kedatangan Ki Joo, Bo Ra akhirnya mau
jujur kalau dia tidak membunuh. Bo Ra hanya ingin bebas agar bisa bertemu
suaminya untuk terakhir kali.

Saat sampai di tempat Ki Joo berdasarkan kartu nama
yang diberikannya, Bo Ra merasa takjub. Baru kali ini dia melihat ada lorong
yang di setiap jendelanya menampilkan musim yang berbeda. Dan di suatu ruangan
besara, sudah ada meja makan malam yang disediakan oleh Ki Joo. Bo Ra di minta
untuk duduk di sana. Kursi bergerak sendiri dan lilin menyala otomatis.
Ki Joo sudah menyiapkan kameranya.
Kamera
ini memungkinkan Anda hanya mengambil dua bidikan.
Bidikan
pertama memungkinkan yang hidup dan yang mati untuk bertemu satu sama lain. Ini
memungkinkan Anda bertemu dengan orang yang Anda pikir tidak akan pernah Anda
lihat atau sentuh lagi. Ini memungkinkan Anda memiliiki mome yang sangat
singkat namun ajaib..

Begitu Ki Joo memotretnya, Bo Ra bisa melihat Sung
Ho, Nam Goo dan suaminya. Tangis Bo Ra pecah. Dia merindukannya dan meminta
maaf. Sung Joon ikut menangis dan memeluknya dengan hangat. Dia memuji istrinya
karena sudah berusaha keras. Dia baik-baik saja.

Setelah keduanya agak tenang, hidangan di sajikan.
Memakan makanan tersebut, membuatnya teringat akan kenangan bahagia mereka.
Sung Joon sangat menyukai masakan itu dan Bo Ra sering menyajikannya untuknya.
Bo Ra juga menyadari bahwa suaminya sedikit risih jika orang-orang melihat
bekas luka di kakinya, makanya dia selalu menyediakan sepasang kaus kaki
untuknya.
Setelah makan dan meluapkan kerinduan, ini saatnya
mereka mengambil foto terakhir, sekaligus foto perpisahan.
Bidikan
kedua berarti mengucapkan selamat tinggal. Ini mengumumkan bahwa pertemuan
singkat namun ajaib itu yang akan Anda ingat selamanya sudah berakhir.
Perpisahan terakhir mereka.
“Bo Ra. Hidupku baik setiap hari karena aku
memilikimu. Terimakasih atas kaus kakinya. Anda menggantinya setiap hari. Aku
tau itu,” ujar Sung Joon, tersenyum hangat. “Kurasa aku harus pergi sekarang.
Aku mencintaimu.”
“Aku juga. Aku mencintaimu.”
Seiring dengan ucapan tersebut, Sung Joon
menghilang seperti debu. Pintu yang menghubungan dunia manusia dengan dunia
bawah, menutup dengan sendirinya. Dan foto terakhir yang diambil Ki Joo, muncul
di pangkuan Bo Ra.

Han Bom akhirnya pulang ke rumah. Baru juga sampai
dan mau istirahat, dia malah dikejutkan dengan barang-barangnya yang sudah
dikeluarkan dan kata sandi pintu sudah di ganti. Dia mau menelpon neneknya,
tetapi hp-nya malah habis baterai. Eh, tetapi pintu di lantai bawah terbuka.
Han Bom akhirnya masuk dan melihat isi dalam rumah sudah rapi. Tetapi yang
aneh, kenapa dari ruang penyimpanan ketel ada lampu menyala? Karena rasa
penasaran, Han Bom membuka pintu ruang penyimpanan. Betapa terkejutnya karena
di dalamnya ada lorong yang tidak mungkin ada di dalam rumah. Dan di jendela
terlihat ada berbagai musim.

Ki Joo yang baru selesai beres-beres setelah
kepulangan Bo Ra, kaget melihat Han Bom di sana. Seharusnya, tempat itu tidak
bisa di datangi oleh orang hidup.
“Apakah kamu mati?” tanya Ki Joo.