Sinopsis Drama Special : Star of The Universe Episode 05

Content and Images by MBC

Woo Joo membawa Byul ke tempat sepi. Woo Joo mencium Byul. Kembang api menyala. Bintang di tangan Byul menghilang satu. Sisa 4 bintang.
"Misi Ketiga : Ciuman Pertama."
Se Joo keluar dari rumah sakit. So Ri memanggilnya dan menghampirinya.

"Jika tidak memberitahumu sekarang, kurasa aku tidak akan punya keberanian lagi.  Aku seorang dokter yang cantik dan penghasilanku dua kali lipat darimu. Tapi aku mandi hanya saat ada kencan. Aku perokok berat dan aku tidak bisa tidur tanpa obat tidur. Aku tidak punya teman karena terlalu banyak bekerja. Aku tidak tahu apa-apa tentang memasak dan hal lainnya. Karena penampilan dan kepribadianmu cocok dengan seleraku, kurasa itu cukup adil. Tapi... tetap saja semua itu... Apa gunanya semua itu? Pekerjaanmu berbahaya. Benar, bukan? Seperti orang itu hari ini, mungkin saja kamu meninggal juga. Itu sedikit menakutkan," ujar So Ri. Dia sampai menghapus air matanya. "Jika tidak kukatakan sekarang, aku mungkin tidak bisa melakukannya lagi besok. Aku menyukaimu," aku So Ri. "Tidak masalah kamu menyukaiku juga atau tidak. Hanya... hanya jangan dating dalam kondisi terluka."
So Ri kemudian jongkok dan mengikat tali sepatu Se Joo yang terlepas. Se Joo tidak tahu harus menjawab apa.
Woo Joo menarik Byul naik ke bus. Semua yang ada di bus langsung heboh mengambil fotonya. Byul panic dan takut matanya akan di cungkil oleh penggemar Woo Joo. Woo Joo tidak peduli dan tetap memegang erat tangan Byul. Byul kemudian bertanya mereka hendak kemana? Woo Joo mengajak Byul ke pantai.
"Misi Keempat : Perjalanan ke Laut."
Dipantai, Woo Joo dan Byul berjalan sambil mengenggam tangan dengan erat. Mereka berlari-lari di pantai dan menikmatinya. Tangan mereka tidak pernah terlepas. Sangat bahagia.
So Ri masuk kembali ke ruang UGD. Dia teringat jawaban Se Joo yang merasa tidak layak untuk menerima perasaan So Ri. So Ri tertawa dan menghapus air matanya, dia berkata apa itu semua karena dia adalah seorang dokter? Dia tidak menakutkan, kok. Atau karena julukannya Malaikat Maut UGD? Itu hanya lelucon. So Ri kemudian berjanji akan mengurangi merokoknya. Se Joo berkata kalau dia tau kalau So Ri adalah orang baik. So Ri balas mengatakan kalau dia mengenal Se Joo sudah lama dan tau kalau Se Joo 100kali lebih baik darinya.
Se Joo terdiam dan menjawab kalau dia bukan orang baik. Se Joo meminta maaf pada So Ri. So Ri menangis dan berkata tidak apa-apa tapi dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. So Ri berbalik hendak pergi. Se Joo menasehati So Ri untuk mengurangi rokok dan minum obat juga jagalah kesehatannya.  So Ri berbalik dan berkata : Lihatlah, kamu orang baik. Dia kemudian pergi.
Woo Joo dan Byul pergi ke mini market dan membeli semua makanan instan dan snack yang hendak mereka makan. Mereka makan bersama dan tertawa bahagia. Selesai makan, mereka lanjut bermain di pantai.  Woo Joo mengambil sebuah kerang dan meletakkannya di telinga Byul untuk mendengar suaranya. Dia kemudian bertanya warna kesukaan Byul. Byul menjawab : Putih.

Woo Joo mengumpulkan banyak kerang putih dan memberikannya pada Byul.
Hari sudah malam, Byul dan Woo Joo bersantai di tepi pantai. Woo Joo bercerita kalau sejak ibunya meninggal, dia dan ayahnya jadi jarang ke pantai.

"Saat aku kecil, rumah kami selalu gelap. Ayahku selalu sibuk. Sekarang aku yang sibuk."

"Bintang-bintang di langit sama cantiknya dengan tongkat bersinar di stadion. Kelihatannya seperti itu tepat sebelum kamu muncul."

"Terkadang aku membayangkan, bintang-bintang itu menghilang satu persatu. Aku akan ditinggalkan dalam kegelapan lagi. Jika kamu memikirkannya, itu wajar. Sejujurnya, kita tidak pernah tahu kapan mereka akan berubah pikiran," cerita Woo Joo mengenai kekhawatirannya.

"Woo Joo, kami bukan melihatmu untuk melihat sebaik apa penampilanmu. Kami hanya melihatmu. Seperti melihat bintang saat melewati masa sulit. Saat kamu bersinar, rasanya seolah-olah hari gelapku menjadi terang juga meskipun hanya dalam waktu singkat. Tidak peduli selelah apa pun, aku akan menjadi baik-baik saja. Apa pun yang sedang kuhadapi, aku bisa melewatinya berkat kamu. Menjadi cahaya bagi orang lain tidak bisa dilakukan semua orang. Kita hanya hidup sekali dan menurutku kamu sudah hebat. Pacarku. Jadi, saat sedang lelah, tidak masalah berhenti bersinar sebentar. Kamu tidak perlu mencoba untuk selalu bersinar."

Byul kemudian mengirim pesan dari ponsel Woo Joo dan memperlihatkannya pada Woo Joo. Dia menulis 'Aku menyanyangimu, Ayah.' Woo Joo merasa malu karena dia tidak pernah berkata seperti itu untuk ayahnya. Byul dengan sedih berkata kalau orang tidak akan tahu perasaan kita jika kita tidak pernah mengatakannya dan juga kita tidak pernah tahu kapan saat terakhir kita. Aku tidak mau kamu menyesal sepertiku, ujar Byul. Woo Joo terdiam mendengarnya. Dia menatap ponselnya dan ada balasan dari ayahnya juga yang mengatakan dia juga menyanyanginya,
Byul tersenyum dan Woo Joo mencium Byul lagi. Tapi ternyata, dia cuma menyentuhkan dahinya ke dahi Byul.
Di kedai, ayah tersenyum senang menerima pesan Woo Joo.
Byul dan Woo Joo lanjut bermain kembang api. Manager sedang disana dan sedang telponan juga. Dia telponan dengan Gak Shi. Gak Shi mengenggam tangan manager dan mengatakan dia menyukainya tapi manager tidak bisa melihatnya dan hanya mendengar suara dari telpon.
Hari sudah pagi, bintang di tangan Byul menghilang satu. Sisa 3 bintang.
"Saat pagi dating, bintang-bintang mulai menghilang. Tapi, mereka tetap disana. Mereka tidak menghilang bahkan jika kita tidak melihatnya."
So Ri selesai bertugas. Dia masuk ke kamar tidurnya dan hendak meminum obat tidur. Dia teringat nasehat Se Joo yang menyuruhnya untuk mengurangi rokok dan minum obat. Dia kemudian tidak jadi minum obat dan bahkan membuang rokoknya ke tong sampah.
Se Joo hari ini berpakaian rapi tanpa seragamnya. Dia melihat tali sepatunya dan mengikatnya. Dia kemudian teringat perkataan So Ri yang menyuruhnya jangan dating dalam keadaan terluka. Se Joo ternyata membeli bunga. Dua buket.

Selesai membeli bunga, telponnya berbunyi. Se Joo mengangkat dan entah apa yang dikatakan. Perawat membersihkan kamar pasien yang di jaga Se Joo. So Ri datang dan melihat perawat hendak membuang bunga di kamar tersebut. So Ri menghentikannya. Perawat memberitahu kalau keadaan pasien memburuk dan dipindahkan ke ICU. So Ri cemas dan bertanya apa Se Joo tahu? Perawat berkata kalau Se Joo adalah orang pertama yang di beritahu.
So Ri kemudian menghentikan perawat yang hendak pergi dan telah selesai membersihkan kamar pasien. So Ri melihat foto pasien. Foto ibu Ha Na / Byul / Chun Gil. Dia teringat sesuatu
Byul tertidur di mobil. Woo Joo berada di sampingnya dan meletakkan kepala Byul di pundaknya. Ponsel Woo Joo berbunyi. So Ri yang menelpon dan berjalan di koridor rumah sakit sambal memegang bingkai foto. Dia berkata pada Woo Joo bahwa ini tidak mungkin. Dia akhirnya ingat siapa Chun Gil. Tapi apa dia sebenarnya? Woo Joo terlihat bingung dan menatap Byul yang sedang tidur.
Byul kini sedang berlari di koridor rumah sakit dengan Woo Joo di belakangnya.

"Sesaat setelah kematian putrinya, dia mengalami stroke dan dirawat di rumah sakit. Rasanya, itu suatu keajaiban dia masih bertahan sampai sekarang," ujar So Ri. So Ri menyerahkan foto ibu Byul. Byul terlihat schock. Itu fotonya berdua dengan ibunya di depan piano.
Byul membetulkan sepatunya dan melangkah masuk kedalam ruangan. Ibunya terbaring lemah. Byul berusaha menahan tangisnya. Dia tersenyum dan berlutut di samping ibunya. Byul memanggil ibunya.

"Sejujurnya, aku takut. Ibu mungkin hidup bahagia tanpaku. Kupikir aku akan terluka. Itulah alasanku tidak mencari Ibu," ujar Byul mulai menangis. "Ibu seharusnya makan dengan baik dan mengunjungi tempat-tempat yang indah. Ibu seharusnya hidup dengan baik. Kenapa.... kenapa ibu menungguku seperti ini? Ibu. Masalahnya, aku tidak tahu itu akan menjadi saat terakhir kita. Itulah alasanku tidak bisa mengatakan ini. Aku menyanyangimu, Ibu. Aku menyanyangimu."


Ibu Ha Na menangis mendengar perkataan anaknya yang telah meninggal. Monitor mulai menunjukkan tanda tidak stabil, Byul meraih tangan ibu, "Jangan takut, Ibu. Biarkan aku membertitahumu. Ini bukanlah akhir. Tidak apa-apa." Ibu mulai tenang dan monitor menunjukkan tanda garis lurus. Ibu meninggal. Byul menangis. Woo Joo mendengar suara tangisnya dari luar. Sebuah tangan menghapus air matanya seolah itu adalah tangan ibu. Byul menangis merasakannya dan sebuah tanda bintang menghilang dari pergelangan tangannya. Tinggal 2 bintang.
"Misi Kelima : Mengucapkan Selamat Tinggal."
"Misi Keenam : Berani Memaafkan."
Byul keluar dari kamar. Se Joo sudah menantinya. Byul teringat ucapan So Ri yang memberitahu kalau Se Joo yang sudah menjaga ibunya karena dia tidak punya keluarga selama tujuh tahun terakhir. Se Joo berjalan mendekat.
Dia teringat saat itu sedang mengedarai truk dan seorang gadis SMA berjalan di depan truknya. Se Joo adalah pengemudi truk yang menabrak Ha Na hingga tewas. Se Joo sekarang berlutut di depan Byul.
"Awalnya, kupikir aku gila. Tapi mungkin seseorang di atas membantuku kali ini. Jika aku akhirnya meninggal, aku mungkin tidak akan bisa mengatakan ini. Maaf."

"Hentikan."

"Aku sungguh minta maaf."
"Hentikan. Aku tidak akan pernah memaafkanmu," ujar Byul menahan tangisnya. Byul kemudian pergi meninggalkan Se Joo yang berlutut. So Ri dan Woo Joo melihatnya dari jauh. So Ri berkata dia akan bicara dengan Byul.
Byul sedang duduk di taman rumah sakit. So Ri datang dan duduk di sampingnya.

"Tujuh tahun yang lalu, aku masih anak magang. Aku masih takut darah dan benci dengan kekejaman. Lalu aku harus menghadapi kematian di tempat kerja," ujar So Ri sambal mengenang masa lalu. Saat itu dia bahkan tidak bisa membersihkan tangan seseorang yang terluka karena takut dengan darah. Dia berlari dan saat itu seseorang di bawa ke ruang UGD. "Itu menyakitkan. Dia hampir semuranku. Seorang gadis datang ke rumah sakit," lanjut So Ri. Gadis itu adalah Ha Na dengan ibu yang mendampinginya. So Ri cuma bisa berdiri di balik dinding dan melihat dengan tangan gemetar. "Itu kematian pertama yang pernah kualami. Di saat yang sama, itu kematian yang seharusnya ku hentikan."
Saat itu, Ha Na tewas dan So Ri yang seorang dokter cuma berdiri diam, tidak berbuat apa-apa. "Bagaimana wajahnya terlihat di balik tangan itu?" cerita So Ri ketika teringat ibu Ha Na yang menangis dengan tangan menutup wajahnya. "Aku bahkan tidak bisa membayangkannya. Itu menyadarkanku. Bukan darah yang seharusnya kutakutkan. Bukan kematian yang menakutkan. Aku hanya takut kepada diriku yang berdiri di sana memakai jas putih. Aku bisa membuat orang hidup atau mati. Sejak itu, aku tidak bisa tidur tanpa minum obat tidur. Aku banyak merokok juga. Seandainya, aku membantu, kamu mungkin bisa hidup. Mungkin akulah alasan kamu meninggal," cerita So Ri sambal menahan tangisnya. Rasa penyesalan yang menghantuinya selama ini akhirnya bisa dia katakana. So Ri teringat ketika pertama kali melihat Se Joo yang datang ke rumah sakit dan merawat ibu Ha Na. Se Joo yang terus meminta maaf pada ibu Ha Na yang tidak sadar.
"Mungkin sulit memercayainya, tapi aku ingin percaya. Karena aku sangat bersyukur, bahwa kamu hidup kembali,"ujar So Ri. Byul melihat bintang di tangannya yang tinggal dua.
Woo Joo datang menghampiri Byul yang kini duduk sendiri. Kita kemudian melihat bintang di pergelangan tangan Byul tinggal 1. Woo Joo menatap Byul dan kemudian memeluknya.
Young Gi datang menemui manager Gu. Manager Gu memerintahkan Young Gi untuk menjemput Woo Joo. Young Gi mengerti dan bertanya apa Byul tahu? Manager Gu langsung menatap Young Gi.
"Apakah dia tahu bahwa dirinya akan meninggal karenanya?" Tanya Young Gi. Manager cuma diam. Kita kemudian melihat Woo Joo yang memeluk Byul penuh cinta dan terdengar suara kamera yang memotret mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post