Images By : OCN
Di awal episode ini, kita akan melihat kilas balik yang di alami Park Kwang Ho 1988
Park Kwang Ho 1988 melajukan mobilnya kencang. Dia mencari-cari sesuatu di sampingnya dan terlihat ada SIM ada namanya Park Kwang Ho. Kwang Ho 88 mengemudi dengan kencang dan tidak kosentrasi sehingga ketika melihat ada orang menyeberang didepannya, Kwang Ho 88 segera menginjak rem-nya kuat. Orang yang hampir ditabraknya adalah Park Kwang Ho. Kwang Ho 88 melihat ke spion depan dan terlihat mobil yang mengejarnya semakin mendekat, Kwang Ho 88 panik dan segera melajukan mobilnya meninggalkan Kwang Ho.
Mobil terus melaju. Kwang Ho 88 terlihat semakin lemah. Dan ternyata sebelumnya, dia sudah ditusuk dengan jarum di belakang lehernya walaupun dia segera melawan. Kelihatannya, obat yang di tusukkan oleh jarum tersebut mulai bereaksi.
Mobil terus melaju dengan kencang. Pengejar berusaha menyalip mobil Kwang Ho 88 tetapi Kwang Ho terus berusaha memotong. Pandangan Kwang Ho semakin buram dan akhirnya mobil menjadi tidak terkendali dan masuk ke dalam jurang.
Pengejar berhenti di tepi jurang. Dia turun dari mobilnya dan melihat ke bawah jurang. Kwang Ho 88 berhasil keluar dari dalam mobil yang hancur dan melihat ke atas jurang. Ada sang pengejar. Kwang Ho segera melarikan diri ke dalam hutan.
Pengejar berjalan santai. Kaki Kwang Ho 88 terluka akibat kecelakaan tadi. Dia bersembunyi dan menutup mulutnya sendiri agar tidak bersuara. Pengejar melewati tempat itu tetapi tidak melihatnya dan terus berjalan.
Sepeninggal pengejar, Kwang Ho 88 segera berlari menyelamatkan diri ke tempat lain. Dia bersembunyi. Tetapi, pengejar melihatnya. Dan dari arah belakang, dia menangkap Kwang Ho 88 dan menjatuhkannya ke lantai. Dia mencekik Kwang Ho 88. Kwang Ho 88 berusaha melepaskan diri dan berhasil.
Akan tetapi, pengejar kembali menangkapnya dan mencekiknya. Kwang Ho 88 kembali melawan dan pengejar kali ini membenturkan kepala Kwang Ho 88 ke tanah berulang kali. Dia lanjut mencekik Kwang Ho 88. Terus…. Terus…. Hingga Kwang Ho 88 tewas.
Sun Jae pergi ke dalam hutan. Dia terus berjalan dan melihat gundukan dedaunan kering. Sun Jae berjalan ke sana dan menemukan mayat seorang pria. Dia menggeledah tubuh mayat, mencari identitas dirinya. Dan ketemu. Sebuah identitas kepolisian dengan nama Park Kwang Ho. Sun Jae terlihat kaget.
Sun Jae kembali ke mobil yang ringsek dan memeriksanya. Tidak menemukan apa-apa, Sun Jae hendak beranjak pergi ke tempat mayat. Tetapi, kakinya menginjak sesuatu. Sebuah dompet yang di dalamnya terdapat SIM dengan nama Park Kwang Ho tetapi fotonya adalah foto mayat pria tadi. Sun Jae mencocokan identitas kepolisian yang ditermukannnya tadi dengan SIM tersebut. Wajahnya terlihat penuh pertanyaan.
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke lokasi dimana mobil Kwang Ho 88 terakhir kali terekam CCTV jalan. Kwang Ho bertanya-tanya kemana hilangnya Kwang Ho 88? Kwang Ho melihat ada papan petunjuk mengenai tempat pemancingan yang berjarak 70m dari sana. Dia segera mengajak Sung Shik untuk pergi ke sana.
Kwang Ho dan Sung Shik menemui seorang pria tua, pemilik tempat pemancingan. Kwang Ho menunjukkan foto mobil Kwang Ho 88 dan bertanya apakah pria tersebut pernah mendengar keributan pada saat itu karena mobil tersebut sedang dikejar mobil lain. Pemilik melihatnya dan berusaha mengingat tetapi dia sendiri juga tidak yakin ada mendengarnya atau tidak. Dan saat itu, karyawannya memanggil, pemilik segera pamit untuk masuk.
Sung Shik mengusulkan agar pencarian Kwang Ho 88 di teruskan nanti setelah nomor mobil pengejar Kwang Ho 88 ditermukan karena sangat sulit mencarinya dengan bertanya satu persatu. Kwang Ho bertanya apa Sung Shik tidak bisa mengerahkan bantuan? Sung Shik menjelaskan kalau harus ada alasan kuat untuk melakukannya dan dia juga ingin segera menemukan Park Kwang Ho itu yang merupakan anggota polisi tetapi menghilang dan kini tidak diketahui keberadannya. Akan tetapi, jika dia di temukan akan ada masalah yang lain lagi (karena Kwang Ho menggunakan identitasnya). Sung Shik mengajak Kwang Ho kembali.
Sun Jae melihat ponselnya. Dia melihat pesan dari Park Kwang Ho tadi (baca episode 06) dan terlihat ragu. Dia akhirnya memutuskan untuk menelpon seseorang dan meminta orang itu untuk datang ke sini.
Sun Jae memeriksa mayat Kwang Ho 88 dengan senter yang dimilikinya. Sun Jae bertanya-tanya, jika ini merupakan kecelakaan mobil tapi kenapa jasadnya jauh sekali dari lokasi mobil berada? Dan kenapa dia mati di sini? Apakah dia di buru?
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Sun Jae langsung siaga dan mengarahkan senter dan pistol ke arah orang tersebut. Ternyata, itu adalah dr. Mok. Sun Jae menghela nafas lega.
dr. Mok memberitahu kalau dia tadi tersesat. Dia bertanya kepada Sun Jae kenapa memanggilnya ke sini dan juga dia melihat ada mobil terlantar tanpa pengemudi. Sun Jae mengarahkan sinar senter ke arah mayat Kwang Ho 88. dr. Mok melihatnya dan bertanya apa dia pengemudi mobil terlantar itu? Kecelakaan? Atau bunuh diri?
Sun Jae menjawab kalau dia juga tidak yakin. Dr. Mok mengomentari bahwa baru kali ini dia melihat Sun Jae tidak yakin akan sesuatu. Dr. Mok jongkok dan melihat kondisi mayat. Dia memberitahu kalau pria itu sudah mati cukup lama. Dia bertanya apa Sun Jae sudah mengidentifikasi korban?
“Itu sebabnya aku minta Profesor kemari. Untuk sementara, Profesor dan aku… hanya kita yang boleh mengetahuinya,” jawab Sun Jae.
Dr. Mok berdiri dan menghadap Sun Jae, “Apa maksudmu? Kau menemukan mayat, tapi ingin merahasiakannya?”
“Kumohon,” pinta Sun Jae.
Dr. Mok menatapnya. “Pasti ada alasan di balik tindakanmu ini. Kau harus menjelaskannya padaku nanti.”
Sun Jae mengangguk. Dr. Mok bertanya jadi apa yang diinginkan Sun Jae?
Dr. Mok mengerti. Dia kemudian memerintah Sun Jae untuk membantunya memindahkan mayat.
Kwang Ho dan Sung Shik dalam perjalanan pulang. Kwang Ho masih penasaran dengan keberadaan Kwang Ho 88 dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan apakah dia masih hidup?
Sung Shik mendengarkan dengan malas. Tiba-tiba, Kwang Ho berteriak menyuruhnya berhenti. Sung Shik segera mengerem dan bertanya ada apa? Kwang Ho memberitahu kalau dia ingin beli pangsit. Sung Shik langsung kesal karena dia kira ada sesuatu. Dia bertanya kenapa Kwang Ho mau beli pangsit?
Kwang Ho menjawab kalau Sung Shik tidak perlu tahu. Dia kemudian meminta uang pada Sung Shik untuk membeli pangsit. Sung Shik dengan berat memberikan dompetnya dan memninta Kwang Ho untuk tidak menghabiskannya. Kwang Ho membuka dompet Sung Shik dan melihat ada uang 50.000won. Sung Shik berusaha mengambilnya dan menyuruh Kwang Ho agar mengambil 10.000won saja. Kwang Ho tidak mau dan memilih mengambil selembar uang 50.000 won. Sung Shik cuma bisa menggumam kesal.
Kwang Ho sudah di antar pulang oleh Sung Shik. Dia mengetuk pintu rumah Jae Yi dan memanggilnya. Jae Yi membuka pintu dan Kwang Ho bertanya apa Jae Yi sudah makan? Jae Yi menjawab sudah. Kwang Ho tidak percaya dan menunjukkan pangsit yang dibelinya untuk Jae Yi. Tetapi, Jae Yi tidak peduli dan menutup pintu padahal tangan Kwang Ho masih di dalam. Akhirnya, Kwang Ho menjerit kesakitan karena tangannya terjepit pintu.
Kwang Ho sudah di dalam rumah Jae Yi. Dia memberikan pangsit yang dibelinya pada Jae Yi. Kwang Ho menggerutu kesal kalau dia membelikan Jae Yi pangsit karena mengira Jae Yi tidak bisa makan karena tangannya terluka tetapi dia malah hendak mematahkan tangan Kwang Ho(gara-gara terjepit pintu). Jae Yi menjawab kalau dia tidak suka pangsit. Kwang Ho membeirtahu kalau pangsit ini berasal dari restoran ‘Forbidden City’ dan rasanya enak. Jae Yi tetap tidak mau.
“Siapa coba yang bakal tertarik menikahimu? Orang tua lebih menyukai menantu yang suka makan. Mereka akan menjelekkan orang tuamu kalau kau pilih-pilih makanan!” nasehat Kwang Ho. “Tapi, Kim Sun Jae tahu kita tinggal satu rumah?”
“Bukan satu rumah,” protes Jae Yi.
“Ya, lantai satu dan dua. Jangan pernah mengatakan padanya! Pria tidak akan menyukainya. Kalau dipikir, kalian berdua serasi. Sama-sama keras kepala. Setelah Aghassi* menganalisa pelaku, Kim Sun Jae yang menangkapnya. Hei! Aku tahu! Kalian cepat menikah sana!” ujar Kwang Ho semangat.
*Aghasii = nona
Jae Yi malas mendengarnya dan beranjak pergi ke kamarnya. Kwang Ho menggerutu kesal karena Jae Yi tetap tidak mau makan padahal dia sudah membeli 3porsi. Kwang Ho memutuskan untuk memakan semuanya sendiri. Tetapi, ketika melihat pangsitnya, Kwang Ho menjadi sedih karena teringat Yeon Sook yang menyukai pangsit.
Kwang Ho masuk ke kamarnya. Dia merenung sedih melihat ponselnya. Dia kemudian menekan nomor telpon rumahnya di tahun 1986. Operator memberitahu kalau nomor yang ditelpon tidak terdaftar. Tapi, Kwang Ho tidak peduli dan terus bicara seolah-olah ada yang mengangkatnya.
“Yeon Sook-ah, kau baik-baik saja?” ujar Kwang Ho
Yeon Sook sedang merajut topi kecil. Perutnya terlihat sudah membesar. Yeon Sook berbicara kepada bayi di kandungannya kalau Ayahnya -Kwang Ho- suka menelpon dirinya dimanapun dia berada. Jadi, dia selalu menyiapkan koin di saku ayahnya.
“Sekarang aku punya ponsel. Ponsel itu telepon tanpa kabel. Keren, kan?”
Tahun 1987
“Dia selalu mencari telepon umum dulu setiap keluar kota karena harus menelepon Ibu.”
Tahun 2017
“Aku tidak perlu mencari telepon umum saat pergi keluar kota.”
Tahun 1987
“Dia akan lebih sering menelpon Ibu kalau Ayah tahu akan dirimu,” ujar Yeon Sook menahan tangisnya.
Tahun 2017
“Aku bisa menelepon kapan saja.”
Tahun 1987
“Dia pasti tanya ada yang Ibu inginkan atau tidak.”
Tahun 2017
“Yeon Sook-ah…”
Yeon Sook menangis sedih mengingat Kwang Ho.
“Tunggu aku sebentar lagi,” pinta Kwang Ho. “Aku… akan segera kembali. Aku pasti kembali, Yeon Sook-ah.”
“Ibu tidak menangis kok. Ibu sudah janji padamu tidak akan menangis. Iya, kan?” Yeon Sook menghapus air matanya.
Kwang Ho mematikan ponsel. Dia menghela nafas berat.
Sun Jae di rumahnya. Dia menatap jendela kosong dan teringat semua ke anehan Kwang Ho. Pertama, ketika dia memperkenalkan diri dan bergumam kalau dia memang Park Kwang Ho tetapi bukan Park Kwang Ho itu. Kedua, ketika dia berkata kalau dia bukan Park Kwang Ho.
“Ini kali pertama aku memeriksa jenazah dua kali. Aku tidak memahami situasinya. Ada apa sebenarnya?” tanya dr. Mok.
“Yakin, ‘kan?”
“Kalau lelaki ini Park Kwang Ho, lalu siapa Kopral Park yang kita kenal? Dia tidak mati akibat kecelakaan, tapi dicekik,” beritahu dr. Mok. Sun Jae menatapnya terkejut. “Terdapat kemacetan aliran darah serta bintik-bintik di wajahnya. Aku juga menemukan pendarahan internal. Dia dicekik sangat kuat. Apakah… kematian dia terkait dengan Kopral Park?”
Sun Jae cuma bisa diam. Diabingung dengan semua situasinya sekarang. Dr. Mok menuntut jawaban Sun Jae. Mereka bisa menganggap ini rahasia sekarang, tetapi bagaimana selanjutnya?
“Kita harus mencari tahu siapa Park Kwang Ho sebenarnya,” jawab Sun Jae dan hendak pergi. “Tidak boleh ada yang mengetahuinya,” pinta Sun Jae sebelum benar-benar pergi.
Sun Jae meminta petugas CSI untuk memeriksa sidik jari di mobilnya. Dia berbohong kalau mobilnya habis saja di bobol. Petugas memeriksanya dan menemukan sidik jari. Dia memeriksanya melalu program pemeriksa sidik jarinya. Dan … hasilnya tidak ada sidik jari yang terdaftar. Petugas heran begitu pula dengan Sun Jae.
Min Ha memeriksa nomor plat tetapi nomor plat itu tidak terdaftar. Pas saat itu, Kwang Ho masuk dan bertanya pada Ketua Sung Shik apakah dia sudah memeriksa nomor plat mobil tersebut? Ketua segera bertanya pada Min Ha. Min Ha memberitahu kalau nomor itu tidak teregistrasi. Kwang Ho bertanya apa maksudnya? Tae Hee memberitahu kalau itu berarti mereka tidak bisa melacaknya
Sun Jae masuk saat itu. Tae Hee bertanya penasaran, apa yang sebenarnya sedang mereka selidiki? Tae Hee mengingatkan kalau mereka adalah team dan harusnya saling terbuka. Kwang Ho dan Ketua Sung Shik bingung bagaimana menjawabnya.
“Itu bukan apa-apa,” jawab Ketua.
Ketua langsung kaget mendengar pertanyaan Sun Jae. Kwang Ho segera mengalihkan Sun JAe dengan berkata kaget kalau dia baru sadar ada Sun Jae disampingnya. Sun Jae berbalik dan menatap Kwang Ho. Kwang Ho yang terus ditatap merasa tidak nyaman. Dia kemudian bertanya arti SMS Sun Jae? Kau menyumpahiku, kan? Dia meminta Sun Jae untuk bersikap baik padanya karena mereka ini partner.
“Kita memang partner. Tapi, aku tidak kau ini siapa?!” ujar Sun Jae. Kwang Ho dan Ketua kaget mendengar perkataan Sun Jae. Kwang Ho segera menghindar dengan mengajak Ketua untuk pergi.
Kwang Ho bertanya-tanya mengenai sikap aneh Sun Jae. Dia juga memberitahu Sung Shik kalau dia punya firasat buruk. Sung Shik menjawab kalau Sun Jae memang selalu begitu. Kwang Ho membantahnya dan berkata kalau Sun Jae hari ini terasa aneh. Kwang Ho dan Sung Shik kemudian mulai membahas nomor plat mobil pengejar Kwang Ho 88 yang tidak terdaftar. Sung Shik kemudian memperlihatkan daftar nomor telpon terakhir Kwang Ho 88 dan memutuskan kalau mereka harus pergi mewawancarai mereka duluan.
Sun Jae memeriksa lagi laci meja Kwang Ho. Min Ha dan Tae Hee heran melihatnya. Min Ha bahkan menegur Sun Jae tapi dia tidak peduli. Dia kemudian melihat ke dalam tong sampah di samping meja Kwang Ho dan menemukan kotak bekas ponsel S8.
Sun Jae menelpon untuk mencari tahu nomor ponsel Kwang Ho dan operator memberitahu kalau nomor tersebut terdafatar atas nama Jeon Sung Shik. Sun Jae semain heran kenapa Ketua membelikan Kwang Ho ponsel? Dia kemudian teringat saat mendengar Ketua memanggil Kwang Ho dengan sebutan ‘sunbar-nim.’ Sun Jae semakin heran kenapa Ketua memanggil Kwang Ho sunbae-nim dan hal itu tidak masuk akal. (Sunbae-nim iitu biasanya untuk yang lebih tua atau lebih senior, akan tetapi Kwang Ho itu jauh lebih muda usia dari Ketua Sung Shik dan sudah pasti bukan merupakan senior).
Sun Jae menelpon untuk mencari tahu nomor ponsel Kwang Ho dan operator memberitahu kalau nomor tersebut terdafatar atas nama Jeon Sung Shik. Sun Jae semain heran kenapa Ketua membelikan Kwang Ho ponsel? Dia kemudian teringat saat mendengar Ketua memanggil Kwang Ho dengan sebutan ‘sunbar-nim.’ Sun Jae semakin heran kenapa Ketua memanggil Kwang Ho sunbae-nim dan hal itu tidak masuk akal. (Sunbae-nim iitu biasanya untuk yang lebih tua atau lebih senior, akan tetapi Kwang Ho itu jauh lebih muda usia dari Ketua Sung Shik dan sudah pasti bukan merupakan senior).
Sun Jae menggeledah meja Ketua Sung Shik. Tae Hee menegurnya dan menghentikan Sun Jae karena berani menggeledah meja Ketua Sung Shik. Sun Jae tidak peduli dan melepaskan tangannya yang dipegang oleh Tae Hee. Tae Hee jelas emosi dan berkata akan memukul Sun Jae. Min Ha berusaha menahan Tae Hee. Sun Jae sendiri menemukan sebuah memo di bawah keyboard Ketua. Memo alamat rumah Kwang Ho. Dia segera pergi.
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke sebuah telpon umum. Itu adalah telpon yang terakhir kali masuk ke nomor Kwang Ho88 dan mereka bicara selama 50detik. Kwang Ho bertanya bahwa tadi Sun Jae memberitahu kalau nomor Kwang Ho terakhir aktif juga disini, apakah ini kampung halamannya? Sung Shik membenarkan dan menurut laporan Kwang Ho 88 juga tinggal disini sampai SMU. Kwang Ho kemudian menduga kalau yang menelpon pasti teman atau kerabatnya disini? Tapi yang mengherankan kenapa mereka menggunkan telpon umum padahal semua orang sekarang ini sudah punya ponsel. Sung Shik membenarkan ditambah lagi disekitar sini tidak ada CCTV. Sung Shik kemudian menunjuk sesuatu dan Kwang Ho berkata kalau mereka akan memeriksa ke sana.
Sun Jae tiba di tempat tinggal Kwang Ho. Dia memeriksa kotak surat dan kosong. Sun Jae kemudian melangkah masuk ke rumah. Dia awalnya hendak menekan bel tetapi mengurungkannya dan mencoba membuka pintu. Terkunci. Dia juga melihat kaca jendela yang ditutupi dengan koran (kaca itu rusak karena Kwang Ho menerobos masuk ke dalam karena melihat asap). Sun Jae kemudian melihat ada sebuah tangga disamping yang menuju ke lantai dua.
Sun Jae naik ke lantai dua dan membuka pintu disana. Terbuka! Sun Jae awalnya ragu tetapi memutuskan untuk masuk dan memeriksa. Dia melihat sekeliling ruangan dan banyak kotak. Dia membaca alamat penerima di kotak : Park Kwang Ho. Divisi Patroli Sujeong.
Sun Jae kemudian melihat ke meja dan menemukan sebuah surat perintah mutasi (ini di ambil Kwang Ho dari mesin fax di malam saat dia terlempar ke 2016). Sun Jae juga melihat ada surat laporan terkait izin kecepatan yang dilanggar mobil Kwang Ho 88. Mobil yang sama yang ditemukan Sun Jae di jurang. Sun Jae semakin curiga karena semua barang Kwang Ho 88 ada di rumah Kwang Ho. Dia mulai curiga kalau Kwang Ho membunuh Kwang Ho asli dan mencuri identitasnya.
Ternyata
yang ditunjuk Sung Shik tadi adalah kerumunan orang tua di desa yang
sedang berkumpul. Sung Shik bertanya pada tanggal 04 Desember adakah
salah satu di antara mereka yang menelpon Kwang Ho 88? Tapi penduduk
disana tidak ada yang menelpon. Salah seorang ibu-ibu menduga kalau
mungkin yang menelpon adalah Kim-ssi. Seorang nenek berpikir dan
membenarkan kalau tiga bulan lalu, Kim-ssi meninggal.
“Namanya
Kim Bok Soon. Wanita tua yang tinggal di dekat rumah Kwang Ho. Karena
orang tua Kwang Ho meninggal sejak ia masih kecil, Kim-ssi yang
membesarkan dia layaknya anak sendiri,” jelas nenek itu.
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke rumah Kim Bok Soon dan memeriksa. Mereka tidak menemukan apa-apa.
Dan di depan rumah Kim-ssi, di sebuah tumpukan daun kering, terlihat sebuah ponsel terkubur disana. Ponsel Kwang Ho 88. (Sepertinya
Kwang Ho 88 datang ke sana setelah menerima telpon yang memberitahu
kalau Kim-ssi meninggal. Dan saat dia kesana, seseorang menusuk belakang
lehernya dengan jarum dan karena itulah dia kabur dengan mobilnya - ini
pendapat author saja.)
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke sebuah bengkel gitu. Mereka bertermu dengan seseorang pria. Pria tersebut membenarkan kalau malam itu, dia sempat menelpon Kwang Ho. Dia memberitahu kalau mereka adalah teman dekat saat mempersiapkan ujian kepolisian bersama. Tapi, seperti yang mereka lihat dia hanya bekerja di sini sementara Kwang Ho langsung lulus setelah satu kali tes. Dan keesokan harinya, Kwang Ho 88 dipindahkan ke Unit Kejahatan Khusus, jadi, dia menelpon untuk memberikan semangat, tapi suara Kwang Ho 88 terdengar aneh.
Kwang
Ho dan Sung Shik dalam perjalanan pulang. Kwang Ho bertanya-tanya kasus
apa yang sedang di investigasi Kwang Ho 88? Sung Shik juga bingung
karena tidak ada kasus serius di Divisi Patroli karena mereka hanya
mengurus persidangan silang.
Kwang Ho melihat lagi data panggilan telpon Kwang Ho 88. Dia mencoba menelpon lagi (entah siapa) namun tetap tidak bisa. Kwang Ho kemudian meminta Sun Shik agar mengantarnya ke Divisi Patroli Sujeong. Sung Shik kaget untuk apa Kwang Ho kesana? Kwang Ho menjelaskan kalau mereka harus memeriksa Kwang Ho 88 sedang menyelediki sesuatu atau seseorang dengan melihat laporan kerjanya. Sung Shik tetap khawatir kalau terlalu sering bertemu petugas disana. (Untuk mengingat, Kwang Ho 88 itu sebelum di pindahkan ke kantor polisi Hwayang, sebelumnya bekerja di Divisi Patroli Sujeong).
Sun
Jae menemui dr. Mok lagi. Dia memberitahu kalau dia sudah memeriksa
sidik jari Kwang Ho tetapi tidak ada datanya. Dr. Mok menduga kalau
mungkin Kwang Ho adalah penduduk yang membatalkan domisilinya. Sun Jae
memberitahu kalau pemabatalan domisili pasti ada catatannya juga tapi
ini sama sekali tidak ada. Sun Jae bertanya pada dr. Mok kenapa Kwang
Ho harus mencuri identitas orang? Apa yang sebenarnya ingin dia
sembunyikan?
“Tergantung yang ingin disembunyikannya itu,” jawab dr. Mok.
Sun Jae pergi ke Divisi Patroli Sujeong. Dia masuk dan menunjukkan identitas polisinya pada petugas disana. Dia datang untuk bertanya mengenai kopral Park Kwang Ho. Petugas disana langsung heran kenapa banyak sekali orang yang menanyakan dia belakangan ini? Sun Jae bingung. Petugas itu memberitahu kalau seseorang sempat datang dan berkata dia teman Kwang Ho dan bertanya ada keanehan pada Kwang Ho atau tidak.
“Siapa dia?” tanya Sun Jae.
“Siapa Kim-ssi?”tanya Kwang Ho.
Seorang
ibu-ibu kemudia menambahkan kalau para tetua benar. Mereka
tidakseharusnya merasa kasihan pada seorang pria. Buktinya, saat Kim-ssi
meninggal, Kwang Ho 88 tidak muncul di pemakamannya. Ibu itu
memberitahu kalau Kim-ssi meninggal dengan terbaring seolah tidur dan
petugas ambulan berkata itu akibat serangan jantung.
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke rumah Kim Bok Soon dan memeriksa. Mereka tidak menemukan apa-apa.
Kwang
Ho berpikir kalau seseorang menelpon menyuruh Kwang Ho 88 untuk kembali
seharusnya Kwang Ho 88 akan datang kesana. Karena bagaimanapun Kim-ssi
lah yang sudah membesarkannya.
Sun
Jae datang ke sebuah kantor polisi (sepertinya pusat). Dia meminta data
Park Kwang Ho pada temannya. Temannya memberikan datanya dan bertanya
kenapa Sun Jae memerlukan data itu padahal dia berada satu kantor dengan
Kwang Ho. Tetapi, temannya tidak lanjut bertanya karena dia tahu kalau
Sun Jae pasti memerlukan sesuatu. Sun Jae melihat data itu dan merasa
heran kenapa Kwang Ho harus mencuri identitas Kwang Ho 88.
Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke sebuah bengkel gitu. Mereka bertermu dengan seseorang pria. Pria tersebut membenarkan kalau malam itu, dia sempat menelpon Kwang Ho. Dia memberitahu kalau mereka adalah teman dekat saat mempersiapkan ujian kepolisian bersama. Tapi, seperti yang mereka lihat dia hanya bekerja di sini sementara Kwang Ho langsung lulus setelah satu kali tes. Dan keesokan harinya, Kwang Ho 88 dipindahkan ke Unit Kejahatan Khusus, jadi, dia menelpon untuk memberikan semangat, tapi suara Kwang Ho 88 terdengar aneh.
“Sebelumnya
dia senang sekali bergabung dengan Unit Kejahatan Serius. Dia yakin
bisa menyelesaikan kasus itu dengan baik. Tapi, hari itu dia terdengar
menyesalinya,” jelas pria itu.
“Apa maksudnya ‘menyelesaikan kasus itu dengan baik’”? tanya Sung Shik.
“Entahlah. Tiba-tiba saja dia berkata begitu. Dia bilang terlibat dalam sesuatu yang salah.”
“Apa maksudnya itu?” tanya Kwang Ho.
“Kutanya, tapi dia tidak mau jawab.”
Kwang Ho menghela nafas.
Kwang Ho melihat lagi data panggilan telpon Kwang Ho 88. Dia mencoba menelpon lagi (entah siapa) namun tetap tidak bisa. Kwang Ho kemudian meminta Sun Shik agar mengantarnya ke Divisi Patroli Sujeong. Sung Shik kaget untuk apa Kwang Ho kesana? Kwang Ho menjelaskan kalau mereka harus memeriksa Kwang Ho 88 sedang menyelediki sesuatu atau seseorang dengan melihat laporan kerjanya. Sung Shik tetap khawatir kalau terlalu sering bertemu petugas disana. (Untuk mengingat, Kwang Ho 88 itu sebelum di pindahkan ke kantor polisi Hwayang, sebelumnya bekerja di Divisi Patroli Sujeong).
Sun Jae pergi ke Divisi Patroli Sujeong. Dia masuk dan menunjukkan identitas polisinya pada petugas disana. Dia datang untuk bertanya mengenai kopral Park Kwang Ho. Petugas disana langsung heran kenapa banyak sekali orang yang menanyakan dia belakangan ini? Sun Jae bingung. Petugas itu memberitahu kalau seseorang sempat datang dan berkata dia teman Kwang Ho dan bertanya ada keanehan pada Kwang Ho atau tidak.
Sung Shik dan Kwang Ho tiba di Divisi Patroli Sujeong. Sung Shik menyuruh Kwang Ho untuk menunggu di mobil saja. Tapi Kwang Ho tidak mau. Dia memberitahu Sung Shik kalau dia sudah pernah kemari dan mengaku sebagai teman Park Kwang Ho.
Kwang Ho masuk ke dalam kantor polisi. Petugas disana melihat Kwang Ho dan memberitahu Sun Jae itu orangnya. Sun Jae berbalik. Kwang Ho dan Ketua kaget melihatnya. Kwang Ho bertanya sedang ada Sun Jae disini? Sun Jae balas bertanya tujuan Kwang Ho dan Ketua juga datang ke sini? Mereka saling berpandangan.
Tags:
TUNNEL
Di tnggu part 2 nya kkak...
ReplyDeleteGa sbaran nngu partai 2..Bolak balek sinopsis tunell...
ReplyDeleteKok aku sedih ya Kwang Ho 88 tewas gitu aja . malangnya Hakyeon ku ðŸ˜
ReplyDelete