Untuk nama pemeran :
Dalam mimpi
- Ji Jin Hee as Sang Baek
- Lee Ji Ah as Chook Young Dae
- Ahn Jae Hyun as Ma Moon Jae
Dalam dunia nyata
- Ji Jin Hee as Lee Soo Hyun
- Lee Ji Ah as Han Yun Hee / Han Yeon Woo (nyamar sebagai pria)
- Choi Min as Kang Tae Joo
- Seo Ji Hye as Choi Yoo Ri
Images by : SBS
= Drama ini tentang takdir kisah cinta pria dan wanita yang tiap malam memimpikan hal yang sama di masa lalu =
= Lucid Dream : Kondisi bahwa kau sadar tengah bermimpi =
Seorang pelajar pria, Young Sang Baek, sedang di serang oleh para penjahat di tengah jembatan. Tiba-tiba, muncul seseorang dengan berpakaian hitam menolong pelajar itu. Orang tersebut, Chook Young Dae, sangat hebat dalam menggunakan pedang.
Tiba-tiba, pedang yang digunakannya terlempar karena serangan penjahat dan masuk ke dalam danau. Young Dae tidak takut dan terus maju. Tudungnya tertebas pedang. Wajahnya terlihat.
Young Dae adalah wanita dengan rambut panjang. Sang Baek terkesima melihatnya.
Seorang pria, Lee Soo Hyun, terbangun dari mimpinya dengan nafas terengah. Dia adalah pelajar dalam m mimpi tersebut. Soo Hyun menarik nafasnya dan mencoba membayangkan wangi dalam mimpinya tersebut.
Seseorang dengan pakaian seperti pria pada jaman joseon, berlari di tengah gunung. Banyak orang yang mengejarnya dengan kuda. Orang tersebut mengenakan penutup wajah. Dia terpojok hingga ke tepi jurang. Sang pengejar berada tepat di belakangnya dan mendekat.
Orang tersebut menghela nafas dan melihat ke bawah jurang. Dia memegang penutup wajahnya dan terlihat ada sebuah cincin di jari manisnya. Orang itu melompat.
“Aku harus mati supaya kau bisa hidup. Tidak bisa bersamamu hingga akhir aku minta maaf. Walaupun begitu, jangan menangis tersedu. Mimpi itu adalah kematianku. Begitulah awal perpisahanku dengannya.”
Dia berbalik. Dan terlihat wajahnya. Itu adalah Young Dae.
Seorang wanita, Han Yun Hee, terbangun dari tidurnya. Matanya menangis. “Begitulah akhir kisah cinta dalam mimpiku,” ujarnya dalam hati. Wanita itu bangkit dan membuka lampu kamarnya. Dia terduduk lemas dilantai dan memegang pipinya yang basah dan melihat tangan tempat terpasangnya cincin dalam mimpinya.
Kedua orang di tempat yang berbeda. Soo Hyun dan Yun Hee sama-sama mengalami lucid dream.
Lucid Dream - Day 01
San Baek mencari pisau yang terjatuh di danau. Seorang aghassi dengan dayangnya lewat dan melihatnya. Aghassi tersebut menegur San Baek dan bertanya dia sedang apa disana, dicuaca dingin seperti ini? Aghassi itu adalah Young Dae.
Sang Baek menjawab tanpa melihatnya kalau dia sedang mencari sesuatu. Young Dae kemudian memberitahu kalau dia melihat sesuatu yang berkilauan terkena sinar rembulan, mungkin itu barang yang dicari Sang Baek. Sang Baek senang mendengarnya dan mengikuti arah yang di tunjuk Young Dae. Dia menemukannya. Pedang yang terjatuh tadi.
Sang Baek naik ke atas jembatan. Young Dae bertanya kepadanya kenapa Sang Baek mencari pedang tersebut? Apakah itu sangat penting? Sang Baek tersenyum dan menjawab kalau pedang itu yang menyelamatkan hidupnya dan dia harus mengembalikannya.
“Pasti ada cerita di balik pedang tersebut,” ujar Young Dae.
“Tidak, kejadiannya baru saja. Seolah waktu berhenti,” jawab Sang Baek.
Young Dae melepaskan tudung yang menutupi wajahnya. Dia bertanya apa Sang Baek yakin bisa bertemu dengan orang itu lagi? Sang Baek menjawab kalau dia yakin. Karena jika dia tidak mencobanya semuanya akan menghilang seperti mimpi. Young Dae tersenyum dan berkata kalau dia akan berdoa agar Sang Baek bertemu lagi dengan orang tersebut dan dapat mengembalikan pedangnya. Sang Baek berterimakasih dengan perkataan Young Dae. Dia pamit pergi. Sang Baek sempat melihat logo di buku yang dibawa Sang Baek.
Di tengah hutan bambu. Seorang pria, Ma Moon Jae, sedang berlatih pedang. Dia sangat hebat dalam menggunakan pedangnya. Sang Baek tiba-tiba muncul di belakangnya dan Moon Jae sekarang mengarahkan pedang ke lehernya. Mereka saling menatap tajam.
Tapi… Moon Jae kemudian tertawa. Dia memeluk Sang Baek dan bertanya kenapa dia datang terlambat? Dia mengundang Sang Baek menemuinya karena ingin memberitahu kabar gembira. Dia akan menikah. Hari dan tanggalnya bahkan sudah ditetapkan. Sang Baek terkejut mendengarnya. Dia bertanya apa itu perjodohan? Dia tidak keberatan?
Moon Jae menarik nafas panjang dan membenarkan. Dia bertanya pendapat Sang Baek jika menjadi dirinya, apa yang akan dilakukannya? Sang Baek terdiam dan berpikir mengenai jawabannya. Moon Jae melihat Sang Baek yang sangat serius dan tertawa. Dia memberitahu kalau dia memang sudah sangat lama menunggu saat seperti ini. Wanita yang dijodohkan dengannya adalah wanita yang memang ingin dia nikahi.
Moon Jae bahkan berkata ingin mempertemukan Sang Baek dengan tunangannya tersebut. Sang Baek tersenyum senang melihat kebahagiaan sahabatnya tersebut.
Moon Jae mengambil pedang yang di jatuhkan Sang Baek tadi. Dia memberikannya pada Sang Baek dan Sang Baek berterimakasih.
“Tapi… akupun bertemu orang yang membuat hatiku berdesir,” beritahu Sang Baek.
“Sudah kuduga. Dengan lihat wajahmu saja terlihat sepertinya mtelah terjadi sesuatu. Jangan-jangan… kau juga cinta padanya?”
“Bukan begitu. Orang itu ternyata pria. Pria,” ujar Sang Baek. Dia mengira Young Dae (orang yang menyelamatkannya) adalah seorang pria. Moon Jae terkejut mendengarnya. Sang Baek tersenyum dan mengelus pedang Young Dae.
Soo Hyun berjalan di atap kantornya yang didesain seperti jembatan di danau. Soo Hyun memandang rembulan.
“Tanpa keraguan, aku menunggu bermimpi tiap hari.”
Lucid Dream - Day 10
Young Dae melompat jatuh. Dia menatap ke atas jurang.
Dan adegan tersebut sedang di gambar dalam sebuah kanvas oleh seorang pria di dampingi seorang anak. Itu adalah acara perlombaan : Lucid Dream - Lomba Menggambar Bersama Anak-Anak.
Soo Hyun di ruangannya, sedang menikmati ayam goreng. Dia melihat keluar jendela. Ada seorang pria dengan anak kecil yang sedang menerima hadiahnya. Dia terus melihat mereka dan pandangannya terpaku pada gambar yang dimenangi anak tersebut.
Gambar seseorang yang melayang.
Soo Hyun menjatuhkan ayamnya. Dia sedang menatap gambar tersebut yang sekarang sudah berada di tangannya. Soo Hyun bertanya kepada sekretarisnya, Dong Chul, mengenai gambar tersebut. Dong Chul memberitahu kalau Han Jung Won, anak yang menerima juara pertama, bukan anak dari karyawan mereka. Dia adalah anak dari manajer coffee shop di lantai 1. Dia putri dari Han Kang Hee.
“Jadi, papanya bukan karyawan kita?” tanya Soo Hyun memastikan. Dong Chul membenarkan.
Soo Hyun kemudian memerintahkan Dong Chul untuk menemui ayah Jung Won dan yakinkan dia untuk jadi bagian dari tim desain, apapun yang terjadi. Dong Chul memberitahu kalau mereka ingin merekrut pegawai baru harus memberitahu team HRD. Soo Hyun tidak peduli dan memberikan waktu 3minggu pada Dong Chul untuk merekrut orang tersebut karena dia suka gambarnya.
Soo Hyun hendak pergi. Dan sebelum pergi, dia memberitahu kepada Dong Chul untuk tidak membuat lagi acara seperti tadi (acara lomba gambar) untuk beberapa waktu ke depan.
Dong Chul pergi menemui manajer coffe shop di lantai 1, Kang Hee. Tetapi, Kang Hee memberitahu kalau suaminya sama sekali tidak mengerti mengenai game komputer (perusahaan Soo Hyun bergerak dalam membuat game). Dong Chul langsung memukul meja dan berteriak. Dia menunjukkan kartu keluarga yang dilampirkan oleh Kang Hee dalam lomba menggambar yang diikuti anaknya dan terlihat kalau dalam kartu keluarga tertulis kalau suaminya sudah meninggal.
Kang Hee panik. Dong Chul kembali duduk dan bertanya dengan tenang lagi, siapa laki-laki yang mengikuti lomba dengan anaknya dengan mengaku sebagai suaminya?
“Sebetulnya begini, anakku terus ngotot ikut lomba menggambar. Jadi, aku memanggil Samchon-nya (paman)….” jelas Kang Hee.
Dong Chul langsung semangat. Dia bertanya dengan antusias mengenai pekerjaan samnchon tersebut. Kang Hee ragu memberitahu. Dong Chul langsung menebak kalau Samchon-nya itu pengangguran makanya mau ikut lomba menggambar. Kang Hee dengan terpaksa membenarkan.
Dong Chul langsung mengeluarkan amplopnya. Dia memberitahu kalau itu adalah kesepakatan gaji. Kang Hee berusaha menolak dengan meminta waktu untuk bicara dengan Samchon-nya dulu tetapi Dong Chul memberitahu kalau direktur nya mengatakan kalau waktu itu sangat penting. Dong Chul pamit pergi.
Sepeninggal Dong Chul, Kang Hee membuka amplop tersebut. Di dalam ada sebuah surat dan tertulis kalau gaji yang di tawarkan adalah 47juta won. Kang Hee berteriak girang.
Di sebuah tempat les,
Yun Hee sedang menggambar dan seorang siswi menghampirinya. Dia berseru kagum melihat gambar gurunya tersebut. Siswi tersebut protes karena tadikan Yun Hee bilang mereka harus menggambar dengan menggunakan metode croquis. Yun Hee menjawab kalau dia menggunakan metode croquis. Muridnya tidak percaya karena tadi Yun Hee bilang harus menggambar apa yang kita lihat. Dan dimana ibunya melihat pria itu (dengan pakaian tradisional)?
“Di mimpi,” jawab Yun Hee.
Muridnya heran mendengarnya. Dia melihat pakaian yang digunakan pria di gambar Yun Hee menggunakan pakaian erea Joseon. Dia bertanya kenapa Yun Hee bermimpi jaman sejarah?
“Di kehidupan Ibu yang dulu, pasti ibu seorang putri Joseon,” jawab Yun Hee, tersenyum.
Para murid langsung tertawa. Mengira jawaban Yun Hee hanyalah sebuah candaan.
Dan kita melihat, di samping meja Yun Hee banyak sekali gambar pria tersebut.
Di malam hari, di dalam rumah…
Yun Hee protes mendengar permintaan Kang Hee, kakaknya. Kang Hee membela diri kalau itu karena gambar Yun Hee terlalu keren di lomba gambar anak-anak. Jadinya, mereka ingin Yun Hee kejar di bagian desain. Dan lagipula, mereka tahu kalau Ayah Jung Won sudah meninggal. Dan lagi, dia sudah terlanjur mengatakan kepada mereka kalau Yun Hee adalah samchon-nya Jung Won.
Yun Hee langsung terbelalak kaget mendengarnya. Kang Hee berusaha menjelaskan kalau dia mengatakan Yun Hee adalah suaminya, dia akan ketahuan berbohong. Dan kalau dia bilang Yun Hee adalah wanita yang berpura-pura jadi pria, mereka akan mengira dia sakit jiwa. Kang Hee bahkan senang karena merasa pintar dapat berbohong kalau Yun Hee adalah samchon.
Yun Hee protes. Dia tidak mau bekerja di perusahaan tersebut. Kang Hee tidak menyerah. Dia memperlihatkan gaji yang ditawarkan adalah 47juta won. Yun Hee terkejut melihatnya. Kang Hee mengeluarkan jurus merayunya, dia berkata kalau Jung Won sangat malang karena tidak akan punya kesempatan untuk makan ayam goreng sepuasnya. Jung Won membantu ibunya, dia dengan suara sedih berkata kalau dia juga ingin rumah boneka.
Yun Hee menghela nafas. Dia tidak percaya melihat kelakuan Yun Hee dan Jung Won yang seperti memojokkannya. Dia berbaring tidur dan menggunakan maskernya. Kang Hee berusaha membujuknya untuk memikirkan semuanya baik-baik. Dia bisa bekerja beberapa bulan untuk mengumpulkan uang saja. Yun Hee bangkit. Dia ingin uangnya di bagi 80-20. Kang Hee tidak mau dan menawar 60-40 karena Yun Hee-kan menumpang di rumahnya. Yun Hee bernegosiasi lagi dengan 70-30, dan hadiah utamanya adalah miliknya. Dan sebagai gantinya, dia akan membelikan rumah boneka untuk Jung Won.
Keesokan harinya,
Yun Hee pergi ke salon. Dia memotong rambut panjangnya menjadi cepak. Semua dia lakukan demi uang itu.
Yun Hee membersihkan barang-barangnya di tempat les. Muridnya melihat dan bertanya apa Yun Hee hendak berhenti? Yun Hee membenarkan karena dia diterima bekerja di perusahaan game. Muridnya kagum dan memuji Yun Hee yang sangat hebat bisa bekerja di perusahaan game.
Muridnya kemudian meminta izin agar di perbolehkan memiliki salah satu gambar Yun Hee. Dia ingin memajangnya di kamarnya. Yun Hee setuju. Dia menyuruh muridnya untuk memilih salah satu gambarnya.
Yun Hee pergi makan bersama temannyan, Kang Tae Joo. Tae Joo sedikit khawatir dengan Yun Hee. Dia memberitahu kalau menurut berita yang tersebar, pemilik perusahaan game tersebut, Soo Hyun, sangat aneh. Dia psiko dan suka berburuk sangka pada wanita. Bahkan alasannya keluar dari tempat kerja lama dan membangun perusahaan game juga aneh. Yun Hee tidak peduli. Dia berkata kalau dia hanya perlu fokus mengerjakan pekerjaannya saja.
Tae Joo mengantar Yun Hee ke kantor barunya. Tae Jo bahkan menyuruh Yun Hee untuk membuka laci dashboard. Yun Hee menurut dan didalamnya ada hadiah. Yun Hee berterimakasih. Tae Joo kemudian bertanya kenapa Yun Hee memotong rambutnya pendek. Hal itu membuatnya terlihat seperti pria tetapi tetap cantik. Yun Hee tersenyum.
Soo Hyun sedang memperhatikan gambar-gambar Yun Hee. Dia bertanya-tanya apakah dia akan bertermu lagi dengannya dimimpinya malam ini?
Sang Baek sedang belajar di kelas. Ternyata logo yang dilihat Yun Hee di buku Sang Baek adalah logo tempat Sang Baek menuntut ilmu.
Guru masuk. Dia membawa mahasiswa baru, Young Dae. Sang Baek terkejut melihatnya. Dia tersenyum dan mengenali Young Dae sebagai pria yang menolongnya.
Young Dae juga tersenyum. Sang Baek melihatnya. Dan dia menyadari kalau senyum Young Dae bukan untuknya tapi untuk seseorang dibelakangnya. Dan orang dibelakangnya adalah Moon Jae. Moon Jae terlihat marah melihat Young Dae.
Moon Jae menarik Young Dae ke tempat sepi. Dia bertanya kenapa Young Dae seperti ini, berpakaian seperti pria? Young Dae tersenyum dan menjawab kalau dia merindukan tunangannya dan ayahnya memberikan dia izin. Tepat saat itu, Sang Baek lewat.
Moon Jae menyadarinya. Dia memanggil Sang Baek dan memperkenalkannya dengan Young Dae. Dia awalnya ingin memperkenalkan Young Dae sebagai tunangannya tapi tidak jadi dan memperkenalkan Young Dae sebagai temannya. Sementara, dia memperkenalkan Sang Baek ke Young Dae sebagai siswa terbaik di sekolah ini tapi juga terkenal tidak bisa bela diri.
Young Dae mengulurkan tangannya dan berharap mereka bisa berteman baik. Sang Baek menyambutnya.
Di perjalanan pulang, Sang Baek sudah menunggu Young Dae. Dan ketika Young Dae lewat, dia langsung berkata akan menyembunyikan rahasia Young Dae. Dan hal itu membuat Young Dae kaget.
“Kau… bukan orang yang suka menulis,” lanjut Sang Baek. Dia kemudian mengembalikan pedang Young Dae. Young Dae berterimakasih.
Lucid Dream - Day 30
Yun Hee bersiap pergi ke kantor. Dia menggunakan kain panjang untuk menekan dadanya. Dia juga mengenakan kemeja dan celana kain serta dasi. Dia berdandan seperti seorang pria. Dia menyakinkan dirinya kalau ini bukan perkara besar.
Yun Hee tiba di ruang meeting. Dia sedang menunggu dan tanpa sengaja melihar script game di meja didepannya dengan judul ‘Lucid Dream.’ Dong Chul masuk dan menyapa Yun Hee dengan nama Han Yeon Woo. Yun Hee membenarkan. (dalam kantor, author akan menyebut Yun Hee sebagai Yeon Woo).
Dong Chul memperkenalkan dirinya. Dia juga memberitahu kalau dalam waktu sejam lagi, mereka akan melakukan meeting dan memberikan Yeon Woo script game Lucid Dream. Dia menyuruh Yeon Woo membacanya dan mengikuti meeting. Dia terlihat keberatan tetapi menurutinya.
Soo Hyun melihat hasil desain karakter game. Dia terlihat tidak menyukainya. Para karyawan tegang melihatnya. Dong Chul datang dan memberitahu kalau Yeon Woo sudah menunggu di ruang meeting. Soo Hyun memberitahu kalau dia ingin semua karakternya di desain ulang dan juga ada anggota baru yang akan masuk di teman desain. Dia beranjak pergi. Manager tean desain mengejar Soo Hyun dan berteriak kenapa dia tidak diberitahu sebelumnya kalau ada anggota baru tetapi Dong Chul menghentikannya. Dia memberitahu kalau kemampuan anggota baru sudah teruji dalam lomba menggambar anak-anak. Manager lebih terkejut karena anggota baru hanya di terima karena gambar di lomba anak-anak.
Yeon Woo sedang membaca script Lucid Dream dengan kaki di atas meja. Dialog dalam game adalah dialog dalam mimpi Soo Hyun. Yeon Woo tertawa membaca dialog-dialog yang cheesy. Dia tidak menyadari anggota tean desain yang sudah ada di sana dan sedang melihatnya.
Semua anggota langsung berpura-pura sibuk dengan laptopnya. Cuma Yeon Woo yang memandang heran. Soo Hyun melihatnya dan menyuruhnya untuk mengulas rencana. Yeon Woo bangkit dengan canggung.
“Sebenarnya… ini terlalu… kekanak-kanakan. Aku tak mau membacanya,” ujar Yeon Woo. Semua anggota team desain terkejut mendengarnya. “Genre game-nya adalah game laga. Player prianya jadi romantis. Apa bedanya dengan fantasi seks,” lanjutnya. Dong Chul membuka mulutnya terkejut mendengar pendapat Yeon Woo yang terlalu berani. “Kenapa tak sekalian buat game kencan saja? Siapa… siapa yang menuli ini?” tanya Yeon Woo berani.
“Ya… aku sendiri yang menulisnya,” jawab Soo Hyun. “Sejelek … itukah?”
Yeon Woo terkejut. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
Yeon Woo dibawa oleh manager team ke mejanya. Dia hendak memberikan perintah mengenai pekerjaan Yeon Woo tetapi Soo Hyun tiba-tiba datang dan memberitahu kalau Yeon Woo hanya akan mendesain karakter utama. Dan lupakan semua rencana. Yeon Woo hanya harus mendesai apa yang diinginkannya. Manager hendak protes tetapi Soo Hyun tidak peduli. Soo Hyun juga memberitahu Yeon Woo untuk segera memulainya dan laporkan padanya dalam seminggu. Dia kemudian beranjak pergi.
Malam hari,
Hari sudah malam dan Yeon Woo masih bekerja mendesai karakter. Dia terlihat lelah. Sudah tidak ada orang lagi di ruangannya.
Yeon Woo pergi ke toilet. Dia masuk ke toilet wanita. Tepat saat Yeon Woo masuk, Soo Hyun keluar dari lift. Dia melihat lampu koridor yang masih menyala dan merasa heran. Dia masuk ke ruangan Yeon Woo tetapi tidak ada orang. Yang ada hanya komputer Yeon Woo yang masih menyala.
Soo Hyun mengecheck ke toilet pria tetapi tidak ada orang. Soo Hyun sedikit bingung tetapi mengabaikannya. Dia mulai mematikan lampu toilet dan lampu koridor serta ruangan.
Yeon Woo keluar dari toilet. Dia terlihat ketakutan. Dia bergumam kalau dia takut dengan gelap. Yeon Woo bergerak dengan perlahan sambil bersandar di dinding.
Tepat saat itu, Soo Hyun memegang tangannya. Yeon Woo berteriak kaget. Soo Hyun menyalakan senter ponselnya dan menyiarkannya pada Yeon Woo. Yeon woo memohon agar lampu di nyalakan.
Soo Hyun menyalakan lampunya. Dia memandang heran pada Yeon Woo. Soo Hyun bertanya kalau Yeon Woo kerja sendirian, kenapa perlu menyalakan semua lampu? Yeon woo tidak menjawab dan hanya minta maaf. Soo Hyun terus bertanya apa Yeon Woo takut ada hantu padahal laki-laki? Yeo Woo tidak bisa menjawab. Soo Hyun mengomel mengenai biaya listrik yang mahal dan menyuruh Yeon Woo untuk mengingat itu. Dia beranjak pergi.
Soo Hyun naik ke dalam lift. Di dalam lift, Soo Hyun mencium bau harum. Dia merasa heran dan memandang tangannya. Dan benar, itu harum yang berasal dari tangannya saat memegang tangan Yeon Woo tadi. Soo Hyun bergumam kenapa Yeon woo memakai parfum? Tetapi, dia tetao mencium tangannya. Dia kemudian tersadar dan mengomeli dirinya sendiri.
Yun Hee sedang bermain ayunan di halaman rumah. Kang Hee keluar dan melihatnya. Dia menghampiri Yun Hee dan bertanya apa Yun Hee takut untuk tidur lagi? Yun Hee membenarkan.
Kang Hee kemudian memperlihatkan ponselnya dan menyuruh Yun Hee untuk menekannya. Itu adalah permainan kartu ramalan. Dan hasil yang di dapan Yun Hee adalah : ‘Seseorang yang penting akan muncul dalam kehidupanmu.’
Yun Hee tersenyum melihatnya. Kang Hee menasehati Yun Hee agar berhenti menunggu lelaki di mimpinya sekarang. Lagipula, Yun Hee kan bilang kalau mimpinya itu berakhir tragis. Yun Hee membantah kalau dia tidak menunggu pria itu. Kang Hee tidak mendengarkan dan mulai membahas Tae Joo yang selalu mengejar Yun Hee. Dan kenapa Yun Hee tidak memberikan kesempatan padanya? Yun Hee cuma diam. Kang Hee menyuruh Yun Hee untuk masuk dan tidur. Toh semua cuma mipi.
Sepeninggal Kang Hee, Yun Hee memandang langit malam dan bergumam : “Cepat temukan aku. Sebelum diketemukan orang lain.”
Keesokan Harinya,
Yeon Woo sedang mendesai karakternya. Manager melihatnya dan menegurnya kalau karakternya haruslah seorang petarung. Dan lelaki harus berotot dan kekar. Sementara desain Yeon Woo terlihat seperti wanita. Karakter yang di desain Yeon Woo terlihat lemah dan kurus.
Yeon Woo meminta maaf karena ini pertama kalinya dia mendesai karakter game. Manager kemudian duduk di meja samping Yeon Woo dan memberitahu kalau sebenarnya dia merasa skenario gamenya memang jelek. Yeon Woo membela kalau skenarionya tidak terlalu jelek sebetulnya. Manager mengingatkan kalau Yeon Woo lah yang kemaren bilang begitu.
“Karena pria itu menyelamatkannya, dia tulus peduli padanya. Menurutmu itu lebih memungkinkan,” jawab Yeon Woo.
“Lagian mereka kan lelaki,” timpal manager.
“Seks tidak ada hubungannya dengan peduli atau menyanyangi seseorang, bukan begitu?”
“Kau … sangat romantis!” ujar manager. Dia mulai berbicara dengan lembut pada Yeon Woo kalau dia akan menunggu desain Yeon woo. Dia bahkan mengedipkan matanya. Yeon Woo terlihat tidak nyaman.
Yeon Woo beristirahat di tangga. Dia melepas sepatu dan kaus kakinya serta melonggarkan dasinya. Dia mengeluh karena pakaiannya terasa panas dan mencekik.
Dan tepat saat itu, dia mendengar suara seseorang. Itu adalah Soo Hyun yang sedang berbicara dengan marah pada ayahnya. Soo Hyun menengaskan pada ayahnya di telpon kalau dia tidak ingin menikah dengan Yoo Ra.
Yeon Woo berusaha diam-diam untuk pergi. Dia memakai kaus kakinya tetapi tidak sengaja menendang sepatunya jatuh dan menimbulkan suara. Soo Hyun mendengarnya dan mematikan telpon. Dia melihat ke bawah dan bertanya apa Yeon Woo mendengar semuanya? Yeon Woo berbalik panik dan berkata kalau dia tidak mendengar apapun. Dia kemudia segera pergi. Soo Hyun menatapnya.
Soo Hyun sedang minum di bar. Ponselnya berbunyi. Telpon dari Choi Yoo Ra. Soo Hyun mengabaikannya.
Manager dan anggota team desain ke bar tersebut. Manager mengadakan pesta untuk menyambut anggota baru, Yeon Woo.
Mereka minum bersama. Dan manager mulai menggoda Yeon Woo. Dan itu membuat Yeon Woo tidak nyaman. Dan pada saat itu, Yeon Woo melihat Soo Hyun yang sedang minum sendiri.
Yeon Woo beranjak dari tempat duduknya dengan alasan hendak ke toilet. Dia berusaha menghindari manager. Dan.. sebenarnya, Yeon Woo mencoba menghabiskan waktu dengan bermain billiard. Soo Hyun menghampirinya. Dia melihat Yeon Woo yang tidak bisa bermain dengan benar. Soo Hyun mendekat dan mulai mengajari Yeon Woo cara menembak bola billiard.
Posisi mereka sangat dekat. Tiba-tiba, Soo Hyun bertanya kalau Yeon Woo pasti mendengar pembicaraannya di telpon dan pura-pura tidak tahu agar dia taku malu, kan? Soo Hyun bertanya, apa Yeon Woo ingin menarik perhatiannya?
“Perhatian seperti itu aku tidak butuh,” ujar Soo Hyun marah.
Dia kemudian pergi meninggalkan Yeon Woo. Yeon Woo menghela nafas.
Manager kemudian memanggilnya manja dan menyuruhnya untuk minum. Yeon Woo memandang tidak nyaman.
Yeon Woo berjalan pulang dengan senter ponsel. Dia terlihat mabuk. Dia terus berjalan dan ternyata menuju kantor. Soo Hyun juga pergi ke kantor. Dan saat itu, dia melihat sinar ponsel Yeon Woo yang menyala.
Soo Hyun berjalan menghampiri Yeon Woo yang tertidur. Dia menepuk pipi Yeon Woo agar sadar dan memberitahu kalau dia tidak boleh tidur disini. Yeon Wo terbangun tetapi dia masih mabuk dan bicara melantur. Dia kemudian memarahi Soo Hyun dalam keadaan mabuk, kalau seharusnya Soo Hyun tidak boleh bicara kasar padanya. Dan dia juga memerintahkan Soo Hyun untuk menyalakan lampu untuknya.
Soo Hyun berusaha membangunkannya. Yeon Woo protes kalau dia adalah lelaki dan bisa berdiri sendiri. Soo Hyun berusaha mengangkatnya. Yeon Woo menolak. Dia melonggarkan dasinya dan berujar kalau dia adalah pria dan paman dari Jung Won.
Soo Hyun memandangnya lucu. Dia memandang wajah Yeon Woo intens dan bertanya, apa benar kau seorang pria? Yeon Woo sudah tertidur. Soo Hyun pun beranjak pergi.
Yeon Woo kemudian tersadar dan berdiri. Tepat saat itu, wanita itu menamparnya. Dan lampu menyala (ternyata Soo Hyun pergi untuk menyalakan lampu).
Soo Hyun datang dan kaget melihat Yoo Ra. Yoo Ra memberitahu Soo Hyun kalau tanggal pernikahan mereka sudah di tetapkan dan bagaimana mungkin Soo Hyun berani bertemu dengan orang lain. Soo Hyun memandang heran pada Yoo Ra. Yoo Ra hendak menampar Yeon Woo lagi dan Soo Hyun menahan tangannya. Soo Hyun memandang penampilan Yeon Woo heran dan bertanya apa Yeon Woo pria?
Soo Hyun membenarkan. Dia juga memberitahu kalau Yeon Woo adalah karyawannya. Yoo Ra yang sudah menampar Yeon Woo tidak terlihat menyesal dan malah menjawab kalau dia pikir tadi Yeon Woo itu wanita. Karena untuk ukuran seorang pria, Yeon Woo terlalu kurus.
Yeon Woo meminta maaf dan hendak pergi. Soo Hyun menahannya dan bertanya kenapa Yeon Woo yang harus minta maaf? Dia menyuruh Yoo Ra untuk minta maaf. Yoo Ra tidak mau dan memberitahu kalau itu hanya salah paham. Dia menyesal karena sudah menampar wajahnya tapi.. So Hyun berteriak menyuruh Yoo Ra minta maaf. Yeon Woo yang merasa suasana memanas, segera pergi.
Setelah Yeon Woo pergi, Yoo Ra protes dengan sikap Soo Hyun. Dia memberitahu kalau setiap orang bisa melakukan kesalahan dan mengapa Soo Hyun begitu marah. Soo Hyun tidak menjawab dan hanya melihat kepergian Yeon Woo.
Keesokan Harinya,
Yeon Woo masih merasa pusing karena mabuk semalam. Soo Hyun tiba-tiba datang dan memberikan minuman penghilang mabuk pada Yeon Woo. Dia menyuruh Yeon Woo untuk fokus pada desainnya dan beranjak pergi. Yeon Woo merasa heran tetapi tetap meminumnya.
Yeon Woo sedang sarapan sendiri. Soo Hyun datang dan meletakkan nampan nasi di meja Yeon Woo. Manager juga datang dan berkata ingin makan bersama dengan Yeon Woo. Soo Hyun segera bangkit dan membuat manager bingung. Soo Hyun menyuruh manager untuk menghabiskan makanannya dan setelah itu makan juga makanannya. Dia merasa kasihan meliat manager yang terlalu kurus. Para staff yang sedang makan sampai terkejut mendengarnya. Soo Hyun beranjak pergi.
Malam hari,
Soo Hyun turun ke lantai ruangan Yeon Woo dengan lift. Dia melihat koridor yang gelap. Dan Soo Hyun berlari mengedap-endap dan menyalakan semua lampu.
Yeon Woo yang sedang lembur merasa heran dengan lampu yang menyala. Soo Hyun masuk kembali ke lift dan tersenyum. Yeon Woo juga tersenyum melihat lampu yang menyala.
Keesokan harinya,
Soo Hyun diruangannya. Dia merasa frustasi karena memimpikan seorang pria. Dia berusaha menyakinkan dirinya sendiri, kalau dia merasa bersalah karena Yeon Woo ditampar karena dirinya. Dia hanya merasa bersalah.
Dong Chul masuk dan bertanya apa Soo Hyun memanggilnya? Soo Hyun segera bangkit dan memberikan perintah pada Dong Chul agar memberitahu pengelola gedung agar tidak mematikan lampu di lantai 7. Dong Chul bingung dan bertanya mengapa? Soo Hyun menegaskan kalau lampu tidak boleh di matikan 24/7 (24 jam selama seminggu). Dong Chul bingung dan bertanya kenapa?
“Ada staf yang tak suka lampunya mati saat malam-malam. Kenapa kau tanya terus,” marah Soo Hyun.
“Jadi semua lampu harus dinyalakan. Kenapa lantai 7 saja?” protes Dong Chul.
“Kalau begitu nyalakan semua!”marah Soo Hyun dan pergi.
Dong Chul bingung padahal biasanya Soo Hyun sangat pelit.
Dirumah,
Dirumahnya, Soo Hyun masuk ke sebuah ruagan. Dan disana, tergantung semua catatan mengenai mimpi-mimpinya dari hari pertama. Dan Soo Hyun menambahkan satu hari lagi, Hari ke -47 : Hujan.
Dia memandang tokoh-tokoh dalam mimpinya. Yang Sang Baek adalah dirinya. Chook Youn Dae dengan gambar Yeon Woo. Dan Ma Moon Jae yang tidak diketahui. Soo Hyun melihat foto Yeon Woo danbertanya-tanya siapa sebenarnya Yeon Woo?
Sang Baek sedang membaca sambil melihat Moon Jae berlatih pedang dengan Young Dae di hutan bambu. Mereka terlihat seimbang.
Sambil bertanding, Moon Jae berkata sesuatu kepada Young Dae : “Pernahkah aku mengatakan sesuatu padamu? Bahwa aku akhirnya menikah dengan wanita yang kucintai.”
Sang Baek heran mendengarkan hal tersebut. Young Dae tetap tenang. Moon Jae berhasil menahan pedang Young Dae. Dia meminta Young Dae mengucapkan selamat padanya. Young Dae tidak menjawab. Dia menyerang dan berhasil membalikkan posisi.
“Aku penasaran apa wanita itu merasakan hal yang sama,” ujar Young Dae dengan pisau berada dibelakang kepala Moon Jae.
Moon Jae mengarahkan pedangnya juga ke kepala Young Dae, “Maksudnya?”
“Meskipun kau bisa menganggapnya pernikahan dengan cinta. Dari sudut pandang wanita, pernikahan karena dijodohkan bukanlah cinta,” jawab Young Dae.
Moon Jae tidak percaya. Young Dae berkata kalau Moon Jae hanya membohongi dirinya sendiri. Moon Jae marah. Dia menyerang Young Dae. Posisi mereka sangat dekat. “Aku diberitahu kalau dia ke sekolah untuk melihatku. Sejak kami kecil, kami sudah saling tertarik,” ujar Moon Jae. Pedang Moon Jae melukai sedikit leher Young Dae. Sang Baek khawatir melihatnya.
“Terkadang, kebetulan bertemu, bisa jadi hubungan yang ditakdirkan daripada yang sudah dijalin lama,” jawab Young Dae sambil memandang Sang Baek.
Moon Jae menyadari tatapan mata Young Dae. Dia melihat Sang Baek. Dia juga melihat pedang yang digunakan oleh Young Dae. Moon Jae teringat itu adalah motif pedang yang dulu dibawa oleh Sang Baek.
Young Dae memanfaatkan kesempatan. Dia memojokkan Moon Jae dan berkata kalau Moon Jae kalah darinya. Moon Jae tidak peduli dengan hal itu. Dia malah bertanya mengenai pedang Young Dae, bukankah waktu itu dia bilang kehilangan pedangnya?
“Kutemukan lagi,” jawab Young Dae.
Moon Jae melihat ke arah Sang Baek. Dan Sang Baek juga melihat ke arah mereka.
Lucid Dream - Day 45
Soo Hyun melihat hasil desain karakter Yeon Woo. Para karyawan juga melihatnya dan merasa kagum karena desainnya terlihat original (belum pernah ada yang membuat dengan tema era joseon). Soo Hyun terus melihat.
Mata Soo Hyun terpaku pada desain pedang Yeon Woo. Mirip seperti motif pedang di dalam mimpinya.
“Wanita yang menyamar sebagai pria,” jelas Yeon Woo.
Semua karyawan merasa kagum dengan ide Yeon Woo. Soo Hyun melihat lagi dan terkejut dengan desain item cincin di gambar Yeon Woo.
Soo Hyun kemudian terlihat marah. Dia marah karena Yeon Woo mengubah konsepnya. Dia menyuruh Yeon Woo untuk menggambar ilustrasinya bukan mengarang novel.
“Skenario Anda tidak ada endingnya. Nantinya si pria itu ketahuan kalau dia adalah wanita. Menurutku ceritanya lebih menarik untuk mereka jatuh cinta,” jawab Yeon Woo.
Soo Hyun tidak peduli. Dia bahkan menuduh Yeon Woo mencuri ide cerita, desain senjata, pakaian dan bahkan desain cincinnya. Yeon Woo membantah tuduhan tersebut. Dia berkata kalau dia membayangkannya.
Soo Hyun bangkit berdiri. Dia tidak percaya kalau Yeon Woo bisa membayangkan semuanya dalam seminggu tanpa referensi. Manager berusaha menengahkan kalau desainnya Yeon Woo sangat bagus. Tapi Soo Hyun tidak mendengarkannya. Dia berkata pada Yeon Woo kalau dia pasti punya referensi dan memintanya untuk membawakannya padanya. Buktikan kalau ini asli idemu dan dia baru akan percaya. Soo Hyun kemudian pergi.
Yeon Woo akhirnya pergi ke perpusatakaan. Dia menggerutu pada dirinya sendiri kalau tidak mungkin tadi dia bilang pada Soo Hyun kalau dia melihat semua desain tersebut dalam mimpinya. Kalau dia mengatakannya, dia pasti akan dibilang gila.
Yeon Woo berusaha mencari referensi yang mirip dari mimpinya di buku. Tapi, dia juga merasa kesulitan karena dia tidak tahu pasti tahun dan setting waktu dalam mimpinya.
Ponselnya berbunyi. Telpon dari Tae Joo yang memberitahu kalau dia akan tiba di kantor Yeon Woo.
Yeon Woo menunggu di depan toilet. Dia merasa stress karena tidak boleh ketahuan oleh Tae Joo kalau dia menyamar sebagai pria. Merasa toilet wanita sudah aman, Yeon Woo langsung mengedap-edap masuk ke dalam.
Kang Hee masuk ke toilet dengan membawa kantong yang berisi baju. Dia memanggil Yun Hee berbisik-bisik. Yun Hee mendengarnya dari bilik toilet dan memanggil kakaknya.
Kang Hee segera mendekat ke bilik tersebut dan melempar kantongnya ke dalam bilik hingga mengenai kepalah Yun Hee. Kang Hee kemudian pergi. Didepan toilet, dia bertemu dengan manager.
Yun Hee sudah berganti baju. Dia melihat manager yang sedang berias di depan kaca wastafel. Dengan terpaksa, Yun Hee memperias diri di dalam toilet. Dia bahkan menyemprotkan parfumnya.
Yun Hee keluar dengan dress. Dia melihat sekeliling berusaha agar tidak ada yang mengenalinya. Dia segera menghampiri Tae Joo yang sedang bicara dengan Kang Hee. Dia mengajak Tae Joo untuk segera pergi.
Mereka beranjak pergi. Tapi, Yun Hee kemudian melihat Soo Hyun didepannya. Yun Hee menundukkan kepalanya dan merangkul lengan Tae Joo. Mereka berselisih dan tangan mereka saling menyentuh.
Setelah lewat, Soo Hyun merasa ada yang aneh dengan wanita itu. Dia melihat ke belakang dan wanita itu sudah menghilang. Soo Hyun berusaha mencarinya keluar tapi tidak ada lagi. Soo Hyun mencium tangannya. Dan, dia mengingat wangi itu mirip dengan wangi Young Dae dalam mimpinya.
Yoo Ra sedang mencoba pakaian pengantinnya. Soo Hyun menunggu dengan tidak semangat. Yoo Ra memanggilnya dan Soo Hyun tanpa menjawab berkata dia setuju dengan gaun pilihan Yoo Ra.
Yoo Ra meminta pegawai memberikan waktu untuknya bicara dengan Soo Hyun. Setelah pegawai pergi, Yoo Ra protes dengan sikap Soo Hyun. Soo Hyun tidak peduli dan memberitahu kalau pernikahan ini bisa terjadi, karena Yoo Ra yang mengancam akan bunuh diri. Yoo Ra berkata kalau dia sudah putus asa. Soo Hyun tidak peduli dan melihat ponselnya. Yoo Ra marah, dia mengambil ponsel di tangan Soo Hyun dan mengingatkan kalau masa depan perusahaan Soo Hyun berada di tangannya karena dia adalah pemegang saham mayoritas. Dia tidak peduli kalau Soo Hyun tidak mencintainya karena wanita yang pada akhirnya ada di sisi Soo Hyun adalah dirinya. Yoo Ra beranjak pergi.
Soo Hyun kembali ke perusahaan. Dia naik ke dalam lift. Awalnya, dia hendak berhenti di lantai 7 tetapi mengurungkannya. Dan pada lantai 8, pintu lift terbuka. Itu Yeon Woo yang membawa banyak buku.
Yeon Woo memberi hormat pada Soo Hyun. Dia memberitahu kalau dia salah pencet tadi dan hendak tutun. Soo Hyun menyuruhnya naik dan mereka akan turun dulu ke lantai 7. Yeon Woo menolak dan berkata akan menunggu lift lain lagi. Soo Hyun memaksanya masuk.
Yeon Woo masuk. Dan tanpa sengaja, menjatuhkan semua bukunya. Soo Hyun membantunya membereskan buku.
Di luar, petir hebat terjadi. Menyebabkan lampu mati dan lift mati.
Yeon Woo panik. Dia terjatuh terduduk. Soo Hyun menanyakan keadaannya. Dia juga menekan tombol pertolongan dan memberitahu lift mati. Ponselnya pun tidak ada sinyal.
Dong Chul datang dengan membawa banyak barang. Dia heran melihat lampu mati dan lift ynag juga tidak nyala.
Didalam lift, Soo Hyun menggunakan senter ponselnya untuk menyinari Yeon Woo. Tapi, ponselnya juga sudah lemah.
Soo Hyun membuka obrolan dan bertanya kenapa Yeon Woo selalu bekerja sampai malam. Yeon Woo menjawab kalau dia suka kerja malam karena jika dia lelah, dia akan bisa tidur tanpa bermimpi.
“Tiap malam aku mimpi buruk,” jelas Yeon Woo.
“Kalau sangat lelah, kau tidak akan mimpi buruk, begitu? Tak ada orang mati di mimpimu.”
Yeon Woo menatap Soo Hyun, “Aku yang mati,” beritahunya.
Soo Hyun terkejut mendengarnya. Dia menatap Yeon Woo.
“Begitu nyata. Perasaan itu membuatku tidak bisa bernapas. Aku bingung sungguh hanya mimpi atau kenyataan,” lanjut Yeon Woo.
Yeon Woo bertanya apa Soo Hyun pernah punya pengalaman yang sama? Soo Hyun memberitahu kalau terkadang dia bermimpi seperti itu.
“Jantungmu berdetak cepat sekali dan bahkan kau bisa mencium baunya. Mimpi seperti itu…belakangan ini aku sering bermimpi,” ujar Soo Hyun.
Hari hujan. Semua mahasiswa berlari berteduh. Young Dae juga berlari masuk ke dalam perpustakaan yang sepi. Dia membuka bajunya yang basah. Sang Baek juga masuk ke dalam perpustakaan.
“Aku jatuh cinta dengan orang yang ku temui dalam mimpiku. Tapi orang itu.. seorang pria,” ujar Soo Hyun. Dia menatap Yeon Woo. Tetapi, Yeon Woo sudah tertidur. Soo Hyun melepas jas-nya dan memberikannya pada Yeon Woo. Dia terperangah menatap wajah Yeon Woo.
Young Dae sudah membuka bajunya. Dia juga membuka topinya. Sang Baek masuk sambil membaca.
“Kalau mimpi itu adalah kehidupanku sebelumnya, orang dimimpiku tersebut, menurutmu apa mungkin sudah dilahirkan kembali?” tanya Soo Hyun pada Yeon Woo yang tertidur. Kepala Yeon Woo terjatuh ke bahu Soo Hyun.
Young Dae membuka rambut panjangnya. Dan pada saat itu, dia melihat Sang Baek yang masuk. Young Dae langsung jongkok berusaha bersembunyi. Sang Baek mengembalikan buku di belakang Young Dae tetapi tidak menyadari ada Young Dae didepannya.
“Apa mungkin… kaukah orang yang ada dimimpiku,” pikir Soo Hyun. Dia menatap wajah Yeon Woo dan hendak mencium bibirnya. Lampu senter ponsel sudah mati.
Tags:
Snow Lotus