Images by : QQLive
Cheng Ze menolak menginap di hotel hingga membuat Yan Shu sangat kesal. Pada akhirnya, mereka hanya tinggal di dalam mobil. Hari sudah semakin malam dan Yan Shu sudah sangat kelaparan. Dia minta uang pada Cheng Ze untuk membeli makanan namun Cheng Ze tidak mau memberikannya karena dia tidak mau nanti Yan Shu makan di dalam mobilnya. Yan Shu memohon pada Cheng Ze dan juga dia tidak akan makan di dalam mobil. Cheng Ze yang tidak tega, akhirnya memberikan selembar uangnya.
Yan Shu segera pergi ke minimarket yang ada di dekat sana dan membeli beberapa snack. Selesai belanja, dia masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Cheng Ze. Dia mengeluarkan semua belanjaannya dan menunjukkan dengan bangga snack yang di belinya. Itu snack yang biasanya dia makan saat kecil.
“Maaf, aku tidak punya masa kecil,” respon Cheng Ze. Tapi, Yan Shu mengira kalau maksud Cheng Ze adalah dia tidak pernah memakan snack seperti itu waktu kecil jadi dia memaksa Cheng Ze untuk mencobanya. Cheng Ze hanya diam dan tidak mau memakannya.
Yan Shu berusaha membujuk Cheng Ze untuk makan karena sudah 7 atau 8 jam yang lalu sejak mereka makan siang tetapi Cheng Ze menjawab singkat kalau dia tidak lapar. Dan perut Cheng Ze tidak bisa berbohong, karena tepat selesai dia menjawab, perutnya berbunyi dengan keras. Yan Shu menertawainya tetapi Cheng Ze tetap keras kepala tidak mau memakan snack yang dibelinya.
Gao Yang pergi ke bar bersama dengan Sekretaris. Zhu. Dia terlihat tidak semangat dan menggerutu karena Cheng Ze tidak muncul sama sekali hari ini. Dia juga tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, mungkin karena dia sudah terbiasa melihat wajah poker face Cheng Ze setiap hari, jadi sekali tidak lihat, dia merasa ada yang salah. Sekretaris. Zhu memberikan saran agar Gao Yang menghubungi Cheng Ze saja. Tetapi, Gao Yang menolak karena dia tahu kalau Cheng Ze tidak suka seseorang menelponnya tanpa alasan yang jelas. Sekretaris. Zhu sampai bingung dan menyuruh Gao Yang untuk makan saja. Dan Gao Yang terus-menerus membahas Cheng Ze yang sangat pemilih mengenai makanan.
Hujan turun sangat deras, Cheng Ze tinggal sendiri di dalam mobil. Sementara, Yan Shu pergi ke pemilik toko yang ada di dekat sana untuk menanyakan apakah ada ruangan yang bisa mereka sewa untuk menginap semalam. Saat Yan Shu tidak ada, Cheng Ze memanfaatkan kesempatan untuk memakan sebuah snack yang ditinggal Yan Shu dimobil.
Yan Shu kembali tidak lama kemudian dan memberitahu kalau dia berhasil menyakinkan pemilik toko untuk mengijinkan mereka menginap. Dia bertanya apa Cheng Ze hendak ikut menginap atau tetap ingin di mobil? Cheng Ze tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya. Hal itu karena di dalam mulutnya masih ada snack yang belum dikunyah, dia gengsi kalau ketahuan sedang makan padahal sebelumnya menolak. Yan Shu juga tidak memaksa dan memutuskan untuk pergi ke toko dan menginap.
Cheng Ze tinggal sendirian di dalam mobil. Hujan semakin deras dan petir mulai menyambar dengan keras. Hal itu membuat Cheng Ze sangat ketakutan. Samar-samar, dia teringat saat kecil berlarian di tengah hujan.
Yan Shu sedang membereskan tempat tidur, ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia membuka pintu dan melihat kalau itu adalah Cheng Ze yang datang dengan basah kuyup. Dia mengira kalau Cheng Ze ketakutan tinggal sendirian tetapi Cheng Ze malah pingsan.
Hari sudah pagi,
Gao Yang berangkat ke kantor dan masih saja mengeluh mengenai Cheng Ze yang belum masuk. Sek. Zhu yang mendengarnya sampai malas dan memilih pergi.
Sementara, Cheng Ze terbangun dan terkejut melihat remahan roti di depannya. Dia segera bangkit berdiri dan melihat ke sekeliling dengan mata terbuka lebar. Yan Shu juga terbangun dan bertanya heran melihat Cheng Ze yang sangat terkejut.
“Kenapa aku ada di sini?”
“Kau punya kaki, jadi tentunya kau masuk sendiri,” jawab Yan Shu singkat.
Cheng Ze tidak percaya. Bagaimana bisa dia datang sendiri ke tempat ini.
“Aku ingat sekarang!” ujar Yan Shu bersemangat. Dia bangkit dan mendekat ke Cheng Ze, “Jadi begini, kemarin malam hujan turun sangat sangat deras. Aku khawatir kau akan terserang flu di dalam mobil sendirian, jadi, aku meminta wanita itu (pemilik toko - tempat mereka menginap-) untuk menyuruhmu keluar mobil dan membawamu masuk ke dalam,” cerita Yan Shu berbohong.
Cheng Ze yang mendengar kebohongan Yan Shu, menunjukkan gejala nafas yang sesak. Dia jadi tidak bertenaga dan jatuh ke arah Yan Shu. Yan Shu mengomel dan memberitahu kalau kemaren malam sebenarnya Cheng Ze jatuh pingsan di atas tubuhnya. Dia itu hanya punya tubuh yang kecil dan lemah, jika ditimpa terus menerus, suatu saat dia bisa mati. Cheng Ze sendiri berusaha mengendalikan dirinya.
Setelah sudah agak tenang, dia bangkit dan duduk dipinggir tempat tidur. Yan Shu merasa heran dan bertanya ada apa sebenarnya dengan tubuh Cheng Ze?
“Jangan lihat mataku!” perintah Cheng Ze.
Yan Shu semakin heran. Dia jadi ingin melihat mata Cheng Ze. Cheng Ze segera menghindar dan memegang tubuh Yan Shu agar melihat ke depan. Yan Shu semakin heran dan menuduh kalau Cheng Ze pasti tidak bisa melhatnya karena terpesona kecantikkannya.
“Omong kosong! Itu karena kau penuh dengan kebohongan. Jika aku melihatmu, mataku akan menjadi buta,” beritahu Cheng Ze.
Yan Shu benar-benar kesal melihatnya. Dia mengomel kalau Cheng Ze menganggapnya seperti itu, kenapa semalam datang mencarinya. Dia juga menyebut Cheng Ze orang yang menyedihkan. Cheng Ze tidak terima di katakai menyedihkan sama Yan Shu, sehingga dia mendekat ke arah Yan Shu dan memojokkannya ke dinding. Yan Shu sampai ketakutan dan segera lari.
Ibu Yan Shu pergi ke perusahaan Shenghong. Jin Yun datang dua jam kemudian dan mendapat informasi dari resepsionisnya kalau seseorang mencarinya dan berada di ruang rapat. Orang itu adalah istri dari CEO Perusahaan Han.
Jin Yun dengan perasaan bingung, pergi ke ruang rapat. Dia mengintip dari celah pintu dan mengenali wanita yang menunggunya.
Flashback
8tahun yang lalu…
Tahun itu, Jin Yun adalah murid SMA. Dia berada di kelas yang sama dengan Yan Shu dan Jun Yao. Hari itu, ada pertemuan orang tua murid, dan wanita itu datang. Guru menyuruhnya untuk duduk di samping anaknya.
Yan Shu segera memperbaiki posisi duduknya dan Ibu berhenti di sampingnya. Namun, Ibu tidak duduk di sampingnya dan lanjut menuju kursi Jun Yao.
“Haloo semuanya. Saya adalah ibu Han Jun Yao,” perkenalan Ibu.
Jun Yao terlihat malas mendengarnya sementara Yan Shu terlihat terluka.
Flashback END
Jin Yun masuk dan menyapa Ibu. Ibu bertanya memastikan apa dia adalah Gu Jin Yun? Jin Yun membenarkan. Ibu tersenyum senang dan memuji Jin Yun yang masih terlihat sama seperti di foto. Jin Yun merasa heran, foto apa? Ibu segera mengeluarkan foto yang ada di tasnya dan memberikannya pada Jin Yun. Itu adalah foto Jin Yun dan Yan Shu saat SMA yang ditemukan Ibu kemarin dari dalam kotak.
“Mengapa Anda mempunyai barang milik Yan Shu?” tanya Jin Yun heran.
“Aku ibunya.”
“Bukankah Anda ibu Han Jun Yao?”
Ibu tersenyum dan memberitahu kalau dia adalah Ibu tiri Jun Yao. Jin Yun jelas terkejut mendengarnya. Ibu mulai memberitahu tujuan kedatangannya.
“Yan Shu tidak punya banyak teman. Ini pertama kalinya aku melihatnya berfoto dengan teman pria. Ku pikir kalian berdua pasti memiliki hubungan yang sangat baik. Dia baru saja bertengkar denganku belakangan ini. Dia pergi dari rumah dan tidak menjawab teleponku. Itulah sebabnya aku datang mencarimu dan berharap kau dapat menolongku. Tolong kabari aku jika kau melihatnya. Mintalah dia menghubungiku,” jelas Ibu. Dia juga memberikan nomor ponselnya pada Jin Yun.
Jin Yun mengerti dan berkata akan menghubungi Ibu jika melihat Yan Shu. Ibu senang mendengarnya dan berterimakasih. Jin Yun kemudian memandangi foto itu dan Ibu tersenyum penuh arti melihatnya. Jin Yun yang menyadari tatapan Ibu, segera mengembalikan foto itu.
“Yan Shu anak ini jarang menghargai sesuatu. Tapi dia menyimpan foto ini bersama dengan peninggalan ayahnya. Aku pikir kau tidak hanya sekedar teman baginya,” beritahu Ibu.
“Bibi. Aku tidak mengerti apa maksud Anda.”
“Aku minta maaf. Itu hanya tebakanku saja. Aku sudah merepotkanmu. Minta dia menghubungiku jika kau melihatnya,” alih Ibu. Dia segera pamit pergi. (entah kenapa, author jadi mengerti kenapa Yan Shu benci sama ibunya. Kelakuannya seperti ini sih).
Setelah ibu pergi, tidak lama kemudian, Yan Shu tiba di Perusahaan. Saat dia masuk ke ruangannya, semua rekan kerjanya berkumpul dan bertepuk tangan untuknya. Yan Shu jelas kebingungan tetapi para rekan kerjanya mengira Yan Shu hanya berpura-pura tidak tahu. Mereka memberikan selamat karena Yan Shu berhasil membuat Han Lian Na menandatangani kontrak. Mereka baru saja menerima kiriman kontraknya 10menit yang lalu, dan Han Lian Na sendiri yang mengkonfirmasi. Yan Shu yang baru tahu, tersenyum senang.
Manager Han Lian Na menghubungi Yan Shu dan bertanya apa Yan Shu sudah menerima kontraknya? Dia hendak mendiskusikan masalah jadwal Lian Na pada Yan Shu. Yan Shu mengerti dan berkata akan mengatur jadwal dan memberikannya pada manager nanti. Namun, dia ingin tahu apa alasan dari Lian Na berubah pikiran? Manager tertawa dan memberitahu kalau perkataan Cheng Ze kemaren telah menyadarkan Lian Na dan dia juga ingin berterimakasih pada Cheng Ze. Yan Shu tersenyum dan tidak menyangka ucapan kasar Cheng Ze ternyata berguna.
Jin Yun datang tidak lama kemudian. Yan Shu segera memamerkan kontrak yang di tanda tangani oleh Han Lian Na. Namun, Jin Yun hanya menatapnya dan memilih pergi. Sepertinya, dia masih terpikiran perkataan Ibu mengenai foto itu. Yan Shu sampai heran melihat kelakuannya.
Yan Shu pergi ke kafetaria. Tidak sengaja, dia berjumpa dengan Gao Yang. Gao Yang segera menghampirinya dan bertanya kalau dia dengar Yan Shu hari ini datang bekerja dengan mengendarai mobil Cheng Ze? Kenapa dan bagaimana bisa? Apa kalian….
“Bukan! Bukan!” potong Yan Shu cepat sebelum pikiran Gao Yang meliar. “Kau salah paham. Kami melakukan perjalanan bisnis bersama kemaren,” jelas Yan Shu.
Gao Yang jadi kesal mendegar hal itu. Bagaimana bisa Cheng Ze melakukan perjalanan bisnis tanpanya. Gao Yang benar-benar sedih mendengarnya. Dia lanjut bertanya dimana Cheng Ze sekarang? Cheng Ze tidak pernah mengambil cuti dari 365hari dalam setahun.
“Dia…” cerita Yan Shu dan tersenyum penuh arti.
Apa yang terjadi?