Sinopsis K-Movie : The Mimic part 1


Distributor: Next Entertainment World
Jangsan
Didalam mobil, seorang perempuan bertanya kepada pria yang sedang menyetir disebelahnya,”Yakin disini tempatnya? Aku tanya apa benar tempatnya disini?”

Bukannya menjawab, pria itu malah minum bir, jadi karena kesal perempuan itu menarik tangannya. Tapi pria itu dengan marah, melepaskan tangan perempuan itu,”Hei! Sudah kubilang di sini tempatnya. Sialan, sudah kubilang aku akan membereskan semuanya.”


Tiba-tiba saat mereka berdua melihat kedepan, mereka terkejut karena ada sesuatu yang lewat didepan mobil mereka. Jadi secara spontan, pria itu segera mengerem, tapi tanpa sengaja mereka telah menabrak sesuatu itu.



Karena hal tersebut, pria itu pun turun dari mobil, lalu ia melihat bahwa ternyata yang mereka tabrak itu adalah seekor binatang. Hal itu menyebabkan kaca mobil depan mereka sedikit retak serta meninggalkan jejak darah. Lalu dengan nada khawatir, perempuan itu berteriak memanggilnya untuk segera pergi. Tapi pria itu malah mengambil binatang itu, lalu membuka jok mobilnya.


Didalam jok tersebut, ada seorang wanita yang terikat dan berdarah. Saat pria itu membuka jok itu, wanita itu segera berkata dan memohon,”Yeobo, selamatkan aku.” Tapi mendengar itu, pria itu malah menatapnya dingin dan lalu memasukan seekor binatang yang terluka kedalam. Sehingga dengan ketakutan, wanita itu pun berteriak.




Didekat hutan. Perempuan itu tetap diam didalam mobil, tapi pada saat itu ia mendengar suara teriakan wanita tersebut. Sehingga dengan ketakutan, ia memberanikan dirinya dan lalu turun dari dalam mobil serta berjalan kedalam hutan.

Ketika telah sampai jauh didalam hutan, perempuan itu melihat bahwa pria tadi sedang menghancurkan sebuah tembok. Lalu tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang wanita yang sedang terbaring dengan kepala berlumuran darah, menatapnya. Melihat hal itu, perempuan itu berteriak dan jatuh terduduk ditanah.



Pria itu memukul-mukul tembok bata menggunakan cangkul ditangannya, lalu setelah ia merasa bahwa lubang yang dibuatnya cukup besar, ia berhenti. Tapi didalam tembok tersebut, ia melihat sebuah tali terikat, jadi ia pun menarik tali tersebut. Setelah itu ia berbalik kebelakang.

Ketika itu angin berhembus dari dalam tembok itu, sehingga menimbulkan suara. Dan terlihat bahwa pada tali yang dilepas oleh pria tadi, ada menempel beberapa kertas jimat berwarna kuning. Tapi pria itu sama sekali tidak sadar.

Pria itu mengangkat wanita tadi berserta binatang itu, lalu memasukannya kedalam lubang ditembok. Setelah itu pria itu menutup kembali tembok tersebut dengan batu bata yang sempat ia hancurkan tadi. Sementara itu si perempuan masih terduduk disana dengan keadaan berkeringat dan ketakutan.



“Hentikan tangisanmu!” kata pria itu, lalu menarik perempuan itu berdiri dan menuntunnya untuk pergi. Tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti, ketika suara wanita tersebut terdengar memanggilnya.

“Yeobo, selamatkan aku.” Panggil suara wanita itu dari balik tembok.

Mereka berdua berbalik memandang tembok itu dan pria itu pun menyinari dengan senter.

“Masih belum mati?” tanya si perempuan.


“Jelas–jelas sudah mati,” balas pria itu. Lalu dengan agak ketakutan, pria itu berjalan mendekat dan melepaskan salah satu batu bata. Tapi tiba-tiba ia terkejut, ketika mendengar suara dibelakangnya. Masih belum mati? Jelas–jelas sudah mati.


Pria itu berbalik dan memandang si perempuan dengan wajah terkejut, lalu pada saat itu mereka mendengar lagi, *suara jeritan*. Yeo.. Yeobo.. Masih belum mati? Jelas-jelas sudah mati. Hentikan tangisanmu! Mendekatlah kemari.. Oppa.. Mendekatlah.. Mendekatlah. Pria itu semakin ketakutan dan berjalan mundur.

Setelah itu, malam pun menjadi sunyi, bahkan dua orang tersebut tidak terlihat lagi berada disana. Hanya saja sepertinya senter mereka tertinggal disana dan cahayanya menyinari tembok tersebut.

The Mimic
Seorang perempuan memandang dari jendela suatu perkumpulan lansia yang sedang bernyanyi sambil ditemanin oleh beberapa dokter. Setelah selesai, ia duduk diruang tunggu bersama salah satu nenek lansia tadi.



“Hee Yeon-ah! Maaf sudah lama menunggu ya?” kata seorang dokter perempuan memanggilnya. Lalu dokter itu duduk didepannya dan memberikan sesuatu kepadanya,”Sehari tiga kali. Harus dimakan tepat waktu ya! Hati-hati kumat lagi,” kata dokter itu sambil melirik sesaat ke si nenek lansia, lalu lanjutnya,”Tapi kamu benar tidak apa-apa? Dipindahkan kesana itu adalah demi kebaikan mu juga. Eomoni bukankah lebih baik jika kami yang merawatnya?”

Hee Yeon hanya tersenyum kecil, tapi ia tidak mengatakan apapun.


Dalam perjalanan, seorang pria sedang fokus menyetir dan Hee Yeon yang duduk disebelahnya, diam sambil memandang jalanan. Soo Jeong. Di Jangsan sana adalah kampung halaman Eomonim. Jika kita ke sana mungkin kondisi penyakit Eomonim akan ada perubahan yang positif? Katanya sesekali akan ada kenangan yang bisa mengembalikan ingatannya. Jika memang seperti itu, alangkah baiknya.



Anjing-anjing yang berada didalam kandang, diturunkan dari mobil serta beberapa barang dan kotak juga diturunkan, lalu dibawa masuk kedalam rumah. Sedangkan anak perempuan mereka duduk ditangga sambil bermain game. Game yang ia mainkan itu adalah game peniru suara, dimana ketika kita ngomong A, dia juga akan ikut ngomong A.

“Joon Hee, Halmeoni mana?” tanya Hee Yeon kepada anaknya saat, ia tidak melihat Ibunya (nenek lansia).



Mendengar pertanyaan itu, Joon Hee pun memberitahu bahwa neneknya sedang berada diatas. Jadi Hee Yeon naik keatas dan memanggil Ibunya yang sedang berdiri sambil menatap sebuah bangunan kecil dikejauhan, ditengah hutan.

“Ada sesuatu yang kamu ingat?” tanya Hee Yeon, tapi Ibu hanya diam saja.


Ditepi jalan, seorang wanita dengan tongkat berdiri disana memandangin rumah mereka.


Malam pun datang. Lubang pada tembok itu mengeluarkan suara hembusan angin. Sedangkan Hee Yeon, dalam tidurnya ia bermimpi seorang anak sedang meloncat diatas tempat tidur, setelah itu anak tersebut berbaring disisinya. Jadi dengan penuh kasih Hee Yeon mengelus kepalanya.

Dan Hee Yeon pun terbangun.


Joon Hee menghampiri neneknya yang sedang duduk diluar, tapi pada saat itu neneknya malah tertawa,”Eonni! Eonni sudah datang?”

“Halmeoni, eonni-nya Halmeoni sudah berada disurga,” balas Joon Hee. Setelah itu papanya memanggil dia untuk segera bersiap dan berangkat ke sekolah, jadi ia pun ingin pergi, tapi nenek menahan tangannya.

“Eonni.. kau bisa dengar sekarang ini?” kata neneknya sambil memandang jauh kedalam hutan, jadi Joon Hee pun ikut memandang kesana juga. Lalu lanjut neneknya,”Itu oppa, kan? Oppa sudah mati. Eomma pernah bilang, jika mendengar suara orang mati, berarti benda itu sedang mencariku.”

“Benda itu?”

Ketika itu angin berhembus dan terdengar suara panggilan Soon Ja. Mendengar itu nenek makin tampak ketakutan dan sambil memegang tangan Joo Yeon kuat, ia mengajaknya untuk segera pergi,"Eonni, Eonni, ayo kita pulang saja."



Setelah selesai belanja dan masuk kedalam mobil, Hee Yeon melihat seorang anak laki-laki dengan pakaian kumal sedang berjalan diseberang jalan. Dan ketika ia melihat sepatu yang dipakai anak itu, ia segera berlari dan menyebrang sambil memanggil,”Joon Seo-ah! Joon Seo-ah!” Tapi sayangnya, Hee Yeon kehilangan jejak anak itu.


Sesampainya dirumah, si suami berteriak memangil istrinya dan naik keatas, lalu pada saat itu ia melihat satu kelereng didekat pintu kamar. Jadi ia masuk kedalam kamar.

“Yeobo, sepertinya aku melihat Joon Seo. Sepatu olahraga itu.. sepatu olahraga Joon Seo. Dai sedang memakai sepatu itu.” Kata Hee Yeon buru-buru sambil membongkar sebuah kardus.

“Kau .. sudah makan obat?” tanya si suami, tapi Hee Yeon bersikeras bahwa ia memang ada melihat Joon Seon. Maka si suami pun menjelaskan,”Anak yang hilang di Seoul mana mungkin muncul disini?”



Hee Yeon bersikeras bahwa bisa saja Joon Seo datang kesini untuk menemui kakeknya, lalu ia pun meminta kepada suaminya untuk mencoba mencari Joon Seo lagi.

“Sudah lima tahun lamanya. Bukankah kita sudah berjanji? Polisi’kan sedang mencarinya.”

Hee Yeon tidak terima dan mulai menangis. Melihat itu si suami mendekatinya,”Terus Joon Hee bagaimana? Joon Hee bagaimana? Joon Hee mau ditinggalkan seorang diri lagi? Abeoji sudah tiada, tidak ada orang yang bisa merawatnya lagi. Beberapa hari lagi aku akan mampir kekantor polisi. Disana .. aku akan minta tolong mereka supaya mencarinya dengan lebih teliti.”

Setelah itu si suami segera menyimpan kembali brosur anaknya yang hilang kedalam kardus, lalu menutupnya. Sedangkan Hee Yeon masih saja menangis.


Dikamar mandi. Hee Yeon meminum obatnya sambil masih menangis, bahkan setelah itu ia duduk sendirian dengan tatapan termenung.


Pagi hari. Anjing-anjingnya mengonggong, sehingga Hee Yeon keluar dari rumah untuk melihat. Ternyata disana ada dua orang anak yang datang untuk mencari anjingnya Ttotteo yang hilang. Jadi Hee Yeon mengajak mereka masuk untuk melihat anjing miliknya, lalu ia menyemangati mereka untuk jangan menyerah.

Pada saat Hee Yeon sedang memandikan anjingnya. Si anak perempuan terus menengok ke kanan dan ke kiri, karena ia tidak melihat adiknya sama sekali disana. Ternyata adik laki-lakinya sedang berdiri didekat hutan sambil masih memegang brosur anjing hilangnya. Melihat itu si anak perempuan memanggilnya.



“Nuna, Ttoteo,” kata adik laki-lakinya sambil menunjuk kearah hutan. Dan pada saat itu suara anjing terdengar. Jadi berdua, mereka masuk kedalam hutan. Disana mereka melihat mobil yang kaca depan nya retak, tapi mereka melewatinya begitu saja dan masuk semakin kedalam.




Disana ada sebuah pagar jaring yang agak terbuka, jadi dari situ mereka berdua masuk. Dan ketika itu mereka melihat sebuah bangunan kecil yang berlubang. Jadi si anak perempuan pun mengintip kedalam sambil memanggil nama anjingnya, tapi karena terlalu gelap ia tidak bisa melihat apa-apa, jadi ia pun merangkak masuk kedalam sedikit lagi, lalu pada saat ia membuka hpnya sebagai penerang, tanpa sengaja ia malah terjatuh kedalam.



Si adik yang melihat itu, memanggil kakaknya, tapi karena tidak ada jawaban, maka ia pun mendekat kelubang tersebut. Dan pada saat itu, sebuah tangan menyentuhnya, sehingga si adik berteriak karena terkejut serta jatuh terduduk ditanah.

Ternyata tangan yang memegangnya tadi adalah tangan kakaknya sendiri. Si anak perempuan yang berhasil keluar dari lubang itu, segera menarik adiknya untuk berdiri dan berlari dengan wajah ketakutan.



Seseorang menyinari ruangan yang gelap gulita. Dan ternyata ia adalah suami,”Apapu tidak ada. Jangan-jangan kamu salah lihat?” katanya kepada si anak perempuan, tapi anak perempuan itu segera menjawab bahwa ia yakin. Lalu kedua anak itu pun mendekat ke si suami dan ikut melihat.


Pada saat itu, Hee Yeon melihat kearah lain dan menjadi tertarik, maka ia pun berjalan menjauhi mereka. Didekat sumur, ia melihat sebuah cermin kecil yang terbungkus, jadi ia mengambil itu dan membukanya.


Pada saat ia mengarahkan cermin itu arah belakangnya, ia seperti melihat sesuatu, tapi saat ia berbalik, ia tidak melihat apapun. Jadi ia pun berjalan kearah ia melihat sesuatu itu, lalu tidak jauh dari sana ia melihat seorang anak perempuan kecil yang berpakaian agak kotor. Anak itu sedang bersembunyi dibalik pohon.


“Kamu sendirian? Orang tuamu mana?” tanya Hee Yeon kepada anak itu, tapi anak itu hanya diam saja. Lalu ketika itu si suami menghampiri Hee Yeon.

“Yeobo, anak ini sepertinya tersesat.” Kata Hee Yeon memberitahu si suami.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya si suami kepada anak itu sambil mendekat dan mau menyentuhnya, tapi anak itu segera menghindar dengan ketakutan. Melihat itu mereka menjadi heran, tapi ketika itu si anak perempuan berteriak memanggil -manggil mereka, jadi si suami segera pergi.


Saat Hee Yeon juga ingin pergi, anak itu memegang bajunya. Jadi Hee Yeon menyuruhnya untuk menunggu sebentar, lalu ia pun pergi menyusul suaminya.



Si suami masuk kedalam bangunan sambil membawa senter sebagai penerang. Saat itu ia melihat sebuah pintu, jadi ia membukanya dan bertanya apakah ada orang didalam. Tapi tiba-tiba pintu tertutup, sehingga ia pun menjadi terkejut. Begitu juga dengan Hee Yeon yang melihat dari luar.



Si suami mencoba untuk membuka pintu itu sekali lagi, tapi ia merasa kesusahan. Dan saat ia sudah berhasil, ia bertanya lagi apa ada orang didalam, karena terlalu gelap, jadi ia tidak bisa melihat apapun. Lalu seseorang dengan mata melotot dan pakaian kotor, jatuh diatasnya dan memegang badannya. Si suami berusaha untuk melepaskan diri dari orang itu, tapi ntah kenapa orang tersebut tiba-tiba tidak sadarkan diri diatasnya.


Polisi datang ketempat itu serta memberikan garis kuning sebagai batas. Ternyata orang yang jatuh diatasnya tadi, telah meninggal. Si polisi berjalan mengelilingi sekitaran luar bangunan tersebut. Ketika itu ia menemukan sebuah foto tua, dimana disana tampak seorang laki-laki bersama dengan anak perempuannya.



Para petugas menenangkan kedua anak tadi, lalu seorang Detektif bernama Park Jong Sik mengintrogasi Hee Yeon dan suami, karena mereka berdua merupakan orang pertama yang menemukan orang tersebut.

Tapi Hee Yeon yang tidak sabaran, langsung berbicara dengan kesal, setelah itu ia juga bertanya,”Dimana anak perempuan itu?”

Polisi itu tampak tidak mengerti dengan maksud Hee Yeon, jadi karena itu Hee Yeon tambah kesal. Lalu ia mengajak suaminya untuk pergi bersama-sama mencari anak tadi. Detektif Park Jong Sik pun menjadi kesal juga karena kelakuan Hee Yeon.


Saat malam hari. Dirumah. Hee Yeon sedang membereskan beberapa barang, tapi ketika itu seseorang mengtuk kaca jendelanya. Jadi Hee Yeon pun berdiri dan berjalan ke jendela untuk melihat, lalu ketika ia melihat anak tadi ada disana, ia segera menghampirinya,”Kamu kemana? Aku sangat mengkhawatirkan mu. Kamu tidak apa-apa? Ayo masuk!”


Ketika Hee Yeon membawa anak itu masuk kerumahnya. Angin berhembus dan membuat lonceng-lonceng berbunyi. Wanita dengan tongkat yang pernah memperhatikan rumah mereka, langsung terlihat serius.


Si suami yang baru turun sambil membawa kardus, merasa heran, ketika melihat anak tadi ad dirumahnya,”Tahu dari mana dia tempat ini? Rumah mu dimana? Kamu tersesat?” tanyanya, tapi si anak hanya diam dan tidak menjawab.

Walau begitu Hee Yeon tampak tidak peduli dan malah meminta kepada suaminya untuk mengizinkan anak itu tinggal dirumah mereka malam ini saja.


“Semua yang ada disini adalah berkas kasus yang berhubungan dengan gua itu dari yang paling dulu sampai yang paling baru. Iya, kebanyakan adalah kasus orang hilang,” kata seorang petugas polisi wanita yang datang sambil membawa banyak sekali berkas.

Seorang polisi pria yang berada ditempat kejadian tadi mulai membuka berkas tersebut sambil mendengarkan petugas wanita itu menjelaskan.

“Beberapa hari sebelum menghilang, semua orang ini mengatakan hal yang hampir sama. Katanya mereka mendengar suara sesuatu,” jelas si petugas wanita itu.

Sepertinya pernah bilang seperti itu. Katanya seperti mendengar suara saudara mereka yang telah meninggal. Halusinasi pendengaran?

“Katanya teman-teman dan anggota keluarga mereka yang telah meninggal terus-menerus memanggil mereka. Dan menyuruh mereka ke gua itu. Sungguh menyeramkan,” lanjut sipetugas wanita.

Polisi itu melihat foto-foto lama yang terdapat didalam berkas itu. lalu ketika itu ia melihat suatu foto yang sama yang ia temukan sebelumnya ditempat kejadian. Foto seorang pria dengan anak perempuannya.


Didalam kamar mandi, ketika Hee Yeon mau membantu anak itu mandi, ia kaget. Karena ketika ia membuka baju anak itu, ia melihat sebuah bekas kemerahan dipunggung anak itu. Setelah itu, ia pun mulai menggosok punggung anak itu, tapi anak tersebut meringis kesakitan, jadi ia pun meminta maaf.



Lalu tiba-tiba Joon Hee masuk dan menanyakan bantalnya yang hilang, jadi Hee Yeon pun menyuruh anak itu untuk mandi dulu sendirian sebentar. Lalu Hee Yeon pun keluar dari kamar mandi untuk membantu Joon Hee mancari bantalnya.

Terlihat bahwa baju anak itu, yang ditaruh diwastafel, seperti ada darah. Anak itu sendiri hanya duduk diam didalam bathup, tapi ketika terdengar suara hembusan angin terdengar, ia berbalik.


Hee Yeon mulai membantu mengeringkan rambut anak itu, lalu setelah itu Hee Yeon memakaikan baju Joon Hee kepada anak itu, tapi bajunya terlalu besar. Jadi Hee Yeon masuk kedalam gudang dan mulai mencari-cari, ketika itu ia melihat kotak bertuliskan Park Joon Seo dan didalam kotak tersebut terdapat banyak barang juga baju.


“Woah.. dapat dari mana ini? Pas sekali. Eomma, tapi dia tidak bisa ngomong ya? Berapa umurnya? Dia datang dari mana? Rumahnya disekitar sini? Eomma, alangkah baiknya kalau dia rumahnya didekat sini,”oceh Joon Hee melihat baju yang diambil Ibunya dari gudang tadi, ternyata pas sekali dibadan anak itu, tapi karena anak itu hanya diam, maka ia mulai banyak bertanya.


Pada saat Joon Hee masih sibuk bertanya, tiba-tiba anak itu berbicara dan memanggil Hee Yeon dengan sebutan eomma. Dan mendengar itu, Hee Yeon merasa terkejut, karena ternyata anak itu bisa bicara, jadi ia pun mendekati anak itu.

“Eomma.” Panggil anak itu

“Nak, siapa namamu? Nama .. nama mu. Ayo kasih tahu dong,” kata Hee Yeon bertanya, tapi tanpa disangka anak itu menjawab bahwa namanya adalah Joon Hee.

Mendengar itu Hee Yeon dan Joon Hee merasa bahwa mungkin mereka salah dengar, tapi anak itu mengulang lagi,”Aku adalah Joon Hee.”

“Joon Hee? Aku juga Joon Hee. Park Joon Hee.” Kata Joon Hee. Hee Yeon memang kaget, tapi ia tidak meragukan jawaban anak itu dan mempercayainya.


Saat malam, ketika melihat Hee Yeon telah tertidur, si suami mulai menonton video anaknya Joon-seo dulu. Tapi pada saat itu ia mendengar suara seseorang yang berbicara dan saling mengulang. Makan! Makan! Eomma ku pintar masak. Eomma ku pintar masak. Aku Joon Hee. Aku Joon Hee. Joon Hee? Aku juga Joon Hee. Joon Hee? Aku juga Joon Hee.


Mendengar itu si suami naik keatas dan saat ia membuka pintu kamar untuk mengingatkan anaknya tidur, ia heran bahwa teryata suara tadi adalah suara Joon Hee yang itu. Dan Joon Hee yang itu sedang duduk sendirian sambil memainkan game peniru suara milik Joon Hee, melihat itu si suami menyuruh nya untuk segera tidur, karena hari sudah malam.



Suasana malam begitu sunyi dan sepi. Kelihatan pemandangan diluar gua. Dalam tidurnya, Hee Yeon kembali bermimpi bahwa ia sedang bermain dengan anaknya Joo Seo yang sudah menghilang. Dan dalam mimpi Joon Seo memanggilnya eomma.

Ketika itu terlihat seperti ada bayangan hitam yang mendekat dan memperhatikan Hee Yeon yang sedang tertidur,”Eomma..” panggilnya pelan.


Hee Yeon terbangun dari tidurnya, tapi ia melihat bahwa tidak ada siapa pun. Lalu ia pergi ke wastafel didapur dan mencuci matanya. Ketika itu si suami datang dan bertanya,”Kau juga?”
“Apa? Oh. Mataku terasa kering.”

“Apa yang terjadi? Kena sakit mata?” kata si suami sambil mengedipkan matanya, karena ia merasa bahwa matanya terasa agak aneh. Lalu si suami bertanya mengenai baju anak itu kemarin, apakah Hee Yeon yang mencucinya, tapi Hee Yeon merasa heran, jadi si suami memberitahu bahwa ia hanya bertanya saja.



Tepat ketika itu, mereka mendengar seperti ada suara ketukan, jadi mereka pergi keluar dan melihat ada seorang wanita dengan tongkat didepan pintu mereka. Tapi karena Hee Yeon melihat wanita dengan tongkat itu akan pergi, maka ia memanggil dan bertanya.

Wanita dengan tongkat itu mendekati Hee Yeon dan memegang wajahnya,”Bahaya!” katanya, lalu mendekat ketelinga Hee Yeon, bisiknya,”Guanya sudah terbuka. Suara-suara akan kembali terdengar. Segera tinggalkan tempat ini!” kata wanita dengan tongkat itu, lalu ia pun pergi meninggalkan rumah Hee Yeon.


Si suami yang melihat itu merasa heran juga.

Post a Comment

Previous Post Next Post