Jangsan
Didalam
mobil, seorang perempuan bertanya kepada pria yang sedang menyetir
disebelahnya,”Yakin disini tempatnya? Aku tanya apa benar tempatnya disini?”
Bukannya
menjawab, pria itu malah minum bir, jadi karena kesal perempuan itu menarik
tangannya. Tapi pria itu dengan marah, melepaskan tangan perempuan itu,”Hei!
Sudah kubilang di sini tempatnya. Sialan, sudah kubilang aku akan membereskan
semuanya.”
Tiba-tiba
saat mereka berdua melihat kedepan, mereka terkejut karena ada sesuatu yang
lewat didepan mobil mereka. Jadi secara spontan, pria itu segera mengerem, tapi
tanpa sengaja mereka telah menabrak sesuatu itu.
Karena
hal tersebut, pria itu pun turun dari mobil, lalu ia melihat bahwa ternyata
yang mereka tabrak itu adalah seekor binatang. Hal itu menyebabkan kaca mobil
depan mereka sedikit retak serta meninggalkan jejak darah. Lalu dengan nada
khawatir, perempuan itu berteriak memanggilnya untuk segera pergi. Tapi pria
itu malah mengambil binatang itu, lalu membuka jok mobilnya.
Didalam
jok tersebut, ada seorang wanita yang terikat dan berdarah. Saat pria itu
membuka jok itu, wanita itu segera berkata dan memohon,”Yeobo, selamatkan aku.”
Tapi mendengar itu, pria itu malah menatapnya dingin dan lalu memasukan seekor
binatang yang terluka kedalam. Sehingga dengan ketakutan, wanita itu pun
berteriak.
Didekat
hutan. Perempuan itu tetap diam didalam mobil, tapi pada saat itu ia mendengar
suara teriakan wanita tersebut. Sehingga dengan ketakutan, ia memberanikan
dirinya dan lalu turun dari dalam mobil serta berjalan kedalam hutan.
Ketika
telah sampai jauh didalam hutan, perempuan itu melihat bahwa pria tadi sedang
menghancurkan sebuah tembok. Lalu tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat
seorang wanita yang sedang terbaring dengan kepala berlumuran darah,
menatapnya. Melihat hal itu, perempuan itu berteriak dan jatuh terduduk
ditanah.
Pria
itu memukul-mukul tembok bata menggunakan cangkul ditangannya, lalu setelah ia
merasa bahwa lubang yang dibuatnya cukup besar, ia berhenti. Tapi didalam
tembok tersebut, ia melihat sebuah tali terikat, jadi ia pun menarik tali
tersebut. Setelah itu ia berbalik kebelakang.
Ketika
itu angin berhembus dari dalam tembok itu, sehingga menimbulkan suara. Dan
terlihat bahwa pada tali yang dilepas oleh pria tadi, ada menempel beberapa
kertas jimat berwarna kuning. Tapi pria itu sama sekali tidak sadar.
Pria
itu mengangkat wanita tadi berserta binatang itu, lalu memasukannya kedalam
lubang ditembok. Setelah itu pria itu menutup kembali tembok tersebut dengan
batu bata yang sempat ia hancurkan tadi. Sementara itu si perempuan masih
terduduk disana dengan keadaan berkeringat dan ketakutan.
“Hentikan
tangisanmu!” kata pria itu, lalu menarik perempuan itu berdiri dan menuntunnya
untuk pergi. Tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti, ketika suara wanita
tersebut terdengar memanggilnya.
“Yeobo, selamatkan aku.”
Panggil suara wanita itu dari balik tembok.
Mereka
berdua berbalik memandang tembok itu dan pria itu pun menyinari dengan senter.
“Masih
belum mati?” tanya si perempuan.
“Jelas–jelas
sudah mati,” balas pria itu. Lalu dengan agak ketakutan, pria itu berjalan
mendekat dan melepaskan salah satu batu bata. Tapi tiba-tiba ia terkejut,
ketika mendengar suara dibelakangnya. Masih belum mati? Jelas–jelas sudah mati.
Pria
itu berbalik dan memandang si perempuan dengan wajah terkejut, lalu pada saat
itu mereka mendengar lagi, *suara jeritan*. Yeo.. Yeobo.. Masih belum mati?
Jelas-jelas sudah mati. Hentikan tangisanmu! Mendekatlah kemari.. Oppa..
Mendekatlah.. Mendekatlah. Pria itu semakin ketakutan dan berjalan
mundur.
Setelah
itu, malam pun menjadi sunyi, bahkan dua orang tersebut tidak terlihat lagi
berada disana. Hanya saja sepertinya senter mereka tertinggal disana dan
cahayanya menyinari tembok tersebut.
The Mimic
Seorang
perempuan memandang dari jendela suatu perkumpulan lansia yang sedang bernyanyi
sambil ditemanin oleh beberapa dokter. Setelah selesai, ia duduk diruang tunggu
bersama salah satu nenek lansia tadi.
“Hee
Yeon-ah! Maaf sudah lama menunggu ya?” kata seorang dokter perempuan
memanggilnya. Lalu dokter itu duduk didepannya dan memberikan sesuatu
kepadanya,”Sehari tiga kali. Harus dimakan tepat waktu ya! Hati-hati kumat lagi,”
kata dokter itu sambil melirik sesaat ke si nenek lansia, lalu lanjutnya,”Tapi
kamu benar tidak apa-apa? Dipindahkan kesana itu adalah demi kebaikan mu juga.
Eomoni bukankah lebih baik jika kami yang merawatnya?”
Hee
Yeon hanya tersenyum kecil, tapi ia tidak mengatakan apapun.
Dalam
perjalanan, seorang pria sedang fokus menyetir dan Hee Yeon yang duduk
disebelahnya, diam sambil memandang jalanan. Soo Jeong. Di Jangsan sana adalah kampung halaman Eomonim. Jika kita ke
sana mungkin kondisi penyakit Eomonim akan ada perubahan yang positif? Katanya
sesekali akan ada kenangan yang bisa mengembalikan ingatannya. Jika memang
seperti itu, alangkah baiknya.
Anjing-anjing
yang berada didalam kandang, diturunkan dari mobil serta beberapa barang dan
kotak juga diturunkan, lalu dibawa masuk kedalam rumah. Sedangkan anak
perempuan mereka duduk ditangga sambil bermain game. Game yang ia mainkan itu
adalah game peniru suara, dimana ketika kita ngomong A, dia juga akan ikut ngomong A.
“Joon
Hee, Halmeoni mana?” tanya Hee Yeon kepada anaknya saat, ia tidak melihat
Ibunya (nenek lansia).
Mendengar
pertanyaan itu, Joon Hee pun memberitahu bahwa neneknya sedang berada diatas.
Jadi Hee Yeon naik keatas dan memanggil Ibunya yang sedang berdiri sambil
menatap sebuah bangunan kecil dikejauhan, ditengah hutan.
“Ada
sesuatu yang kamu ingat?” tanya Hee Yeon, tapi Ibu hanya diam saja.
Ditepi
jalan, seorang wanita dengan tongkat berdiri disana memandangin rumah mereka.
Malam
pun datang. Lubang pada tembok itu mengeluarkan suara hembusan angin. Sedangkan
Hee Yeon, dalam tidurnya ia bermimpi seorang anak sedang meloncat diatas
tempat tidur, setelah itu anak tersebut berbaring disisinya. Jadi dengan penuh
kasih Hee Yeon mengelus kepalanya.
Dan
Hee Yeon pun terbangun.
Joon
Hee menghampiri neneknya yang sedang duduk diluar, tapi pada saat itu neneknya
malah tertawa,”Eonni! Eonni sudah datang?”
“Halmeoni,
eonni-nya Halmeoni sudah berada disurga,” balas Joon Hee. Setelah itu papanya
memanggil dia untuk segera bersiap dan berangkat ke sekolah, jadi ia pun ingin
pergi, tapi nenek menahan tangannya.
“Eonni..
kau bisa dengar sekarang ini?” kata neneknya sambil memandang jauh kedalam
hutan, jadi Joon Hee pun ikut memandang kesana juga. Lalu lanjut neneknya,”Itu
oppa, kan? Oppa sudah mati. Eomma pernah bilang, jika mendengar suara orang
mati, berarti benda itu sedang mencariku.”
“Benda
itu?”
Ketika
itu angin berhembus dan terdengar suara panggilan Soon Ja. Mendengar itu nenek makin
tampak ketakutan dan sambil memegang tangan Joo Yeon kuat, ia mengajaknya untuk
segera pergi,"Eonni, Eonni, ayo kita pulang saja."
Setelah
selesai belanja dan masuk kedalam mobil, Hee Yeon melihat seorang anak
laki-laki dengan pakaian kumal sedang berjalan diseberang jalan. Dan ketika ia
melihat sepatu yang dipakai anak itu, ia segera berlari dan menyebrang sambil
memanggil,”Joon Seo-ah! Joon Seo-ah!” Tapi sayangnya, Hee Yeon kehilangan jejak
anak itu.
Sesampainya
dirumah, si suami berteriak memangil istrinya dan naik keatas, lalu pada saat
itu ia melihat satu kelereng didekat pintu kamar. Jadi ia masuk kedalam kamar.
“Yeobo,
sepertinya aku melihat Joon Seo. Sepatu olahraga itu.. sepatu olahraga Joon
Seo. Dai sedang memakai sepatu itu.” Kata Hee Yeon buru-buru sambil membongkar
sebuah kardus.
“Kau
.. sudah makan obat?” tanya si suami, tapi Hee Yeon bersikeras bahwa ia memang
ada melihat Joon Seon. Maka si suami pun menjelaskan,”Anak yang hilang di Seoul
mana mungkin muncul disini?”
Hee
Yeon bersikeras bahwa bisa saja Joon Seo datang kesini untuk menemui kakeknya,
lalu ia pun meminta kepada suaminya untuk mencoba mencari Joon Seo lagi.
“Sudah
lima tahun lamanya. Bukankah kita sudah berjanji? Polisi’kan sedang
mencarinya.”
Hee
Yeon tidak terima dan mulai menangis. Melihat itu si suami mendekatinya,”Terus
Joon Hee bagaimana? Joon Hee bagaimana? Joon Hee mau ditinggalkan seorang diri
lagi? Abeoji sudah tiada, tidak ada orang yang bisa merawatnya lagi. Beberapa
hari lagi aku akan mampir kekantor polisi. Disana .. aku akan minta tolong
mereka supaya mencarinya dengan lebih teliti.”
Setelah
itu si suami segera menyimpan kembali brosur anaknya yang hilang kedalam
kardus, lalu menutupnya. Sedangkan Hee Yeon masih saja menangis.
Dikamar
mandi. Hee Yeon meminum obatnya sambil masih menangis, bahkan setelah itu ia
duduk sendirian dengan tatapan termenung.
Pagi
hari. Anjing-anjingnya mengonggong, sehingga Hee Yeon keluar dari rumah untuk
melihat. Ternyata disana ada dua orang anak yang datang untuk mencari anjingnya
Ttotteo yang hilang. Jadi Hee Yeon mengajak mereka masuk untuk melihat anjing
miliknya, lalu ia menyemangati mereka untuk jangan menyerah.
Pada
saat Hee Yeon sedang memandikan anjingnya. Si anak perempuan terus menengok ke
kanan dan ke kiri, karena ia tidak melihat adiknya sama sekali disana. Ternyata
adik laki-lakinya sedang berdiri didekat hutan sambil masih memegang brosur
anjing hilangnya. Melihat itu si anak perempuan memanggilnya.
“Nuna,
Ttoteo,” kata adik laki-lakinya sambil menunjuk kearah hutan. Dan pada saat itu
suara anjing terdengar. Jadi berdua, mereka masuk kedalam hutan. Disana mereka
melihat mobil yang kaca depan nya retak, tapi mereka melewatinya begitu saja
dan masuk semakin kedalam.
Disana
ada sebuah pagar jaring yang agak terbuka, jadi dari situ mereka berdua masuk.
Dan ketika itu mereka melihat sebuah bangunan kecil yang berlubang. Jadi si
anak perempuan pun mengintip kedalam sambil memanggil nama anjingnya, tapi
karena terlalu gelap ia tidak bisa melihat apa-apa, jadi ia pun merangkak masuk
kedalam sedikit lagi, lalu pada saat ia membuka hpnya sebagai penerang, tanpa
sengaja ia malah terjatuh kedalam.
Si
adik yang melihat itu, memanggil kakaknya, tapi karena tidak ada jawaban, maka
ia pun mendekat kelubang tersebut. Dan pada saat itu, sebuah tangan
menyentuhnya, sehingga si adik berteriak karena terkejut serta jatuh terduduk
ditanah.
Ternyata
tangan yang memegangnya tadi adalah tangan kakaknya sendiri. Si anak perempuan
yang berhasil keluar dari lubang itu, segera menarik adiknya untuk berdiri dan
berlari dengan wajah ketakutan.
Seseorang
menyinari ruangan yang gelap gulita. Dan ternyata ia adalah suami,”Apapu tidak ada.
Jangan-jangan kamu salah lihat?” katanya kepada si anak perempuan, tapi anak
perempuan itu segera menjawab bahwa ia yakin. Lalu kedua anak itu pun mendekat
ke si suami dan ikut melihat.
Pada
saat itu, Hee Yeon melihat kearah lain dan menjadi tertarik, maka ia pun
berjalan menjauhi mereka. Didekat sumur, ia melihat sebuah cermin kecil yang
terbungkus, jadi ia mengambil itu dan membukanya.
Pada
saat ia mengarahkan cermin itu arah belakangnya, ia seperti melihat sesuatu,
tapi saat ia berbalik, ia tidak melihat apapun. Jadi ia pun berjalan kearah ia
melihat sesuatu itu, lalu tidak jauh dari sana ia melihat seorang anak perempuan
kecil yang berpakaian agak kotor. Anak itu sedang bersembunyi dibalik pohon.
“Kamu
sendirian? Orang tuamu mana?” tanya Hee Yeon kepada anak itu, tapi anak itu
hanya diam saja. Lalu ketika itu si suami menghampiri Hee Yeon.
“Yeobo,
anak ini sepertinya tersesat.” Kata Hee Yeon memberitahu si suami.
“Kamu
tidak apa-apa?” tanya si suami kepada anak itu sambil mendekat dan mau
menyentuhnya, tapi anak itu segera menghindar dengan ketakutan. Melihat itu
mereka menjadi heran, tapi ketika itu si anak perempuan berteriak memanggil
-manggil mereka, jadi si suami segera pergi.
Saat
Hee Yeon juga ingin pergi, anak itu memegang bajunya. Jadi Hee Yeon menyuruhnya
untuk menunggu sebentar, lalu ia pun pergi menyusul suaminya.
Si
suami masuk kedalam bangunan sambil membawa senter sebagai penerang. Saat itu
ia melihat sebuah pintu, jadi ia membukanya dan bertanya apakah ada orang
didalam. Tapi tiba-tiba pintu tertutup, sehingga ia pun menjadi terkejut.
Begitu juga dengan Hee Yeon yang melihat dari luar.
Si
suami mencoba untuk membuka pintu itu sekali lagi, tapi ia merasa kesusahan.
Dan saat ia sudah berhasil, ia bertanya lagi apa ada orang didalam, karena
terlalu gelap, jadi ia tidak bisa melihat apapun. Lalu seseorang dengan mata
melotot dan pakaian kotor, jatuh diatasnya dan memegang badannya. Si suami
berusaha untuk melepaskan diri dari orang itu, tapi ntah kenapa orang tersebut tiba-tiba
tidak sadarkan diri diatasnya.
Polisi
datang ketempat itu serta memberikan garis kuning sebagai batas. Ternyata orang
yang jatuh diatasnya tadi, telah meninggal. Si polisi berjalan mengelilingi
sekitaran luar bangunan tersebut. Ketika itu ia menemukan sebuah foto tua, dimana
disana tampak seorang laki-laki bersama dengan anak perempuannya.
Para
petugas menenangkan kedua anak tadi, lalu seorang Detektif bernama Park Jong
Sik mengintrogasi Hee Yeon dan suami, karena mereka berdua merupakan orang
pertama yang menemukan orang tersebut.
Tapi
Hee Yeon yang tidak sabaran, langsung berbicara dengan kesal, setelah itu ia
juga bertanya,”Dimana anak perempuan itu?”
Polisi
itu tampak tidak mengerti dengan maksud Hee Yeon, jadi karena itu Hee Yeon
tambah kesal. Lalu ia mengajak suaminya untuk pergi bersama-sama mencari anak
tadi. Detektif Park Jong Sik pun menjadi kesal juga karena kelakuan Hee Yeon.
Saat
malam hari. Dirumah. Hee Yeon sedang membereskan beberapa barang, tapi ketika
itu seseorang mengtuk kaca jendelanya. Jadi Hee Yeon pun berdiri dan berjalan
ke jendela untuk melihat, lalu ketika ia melihat anak tadi ada disana, ia
segera menghampirinya,”Kamu kemana? Aku sangat mengkhawatirkan mu. Kamu tidak
apa-apa? Ayo masuk!”
Ketika
Hee Yeon membawa anak itu masuk kerumahnya. Angin berhembus dan membuat
lonceng-lonceng berbunyi. Wanita dengan tongkat yang pernah memperhatikan rumah
mereka, langsung terlihat serius.
Si
suami yang baru turun sambil membawa kardus, merasa heran, ketika melihat anak
tadi ad dirumahnya,”Tahu dari mana dia tempat ini? Rumah mu dimana? Kamu
tersesat?” tanyanya, tapi si anak hanya diam dan tidak menjawab.
Walau
begitu Hee Yeon tampak tidak peduli dan malah meminta kepada suaminya untuk
mengizinkan anak itu tinggal dirumah mereka malam ini saja.
“Semua
yang ada disini adalah berkas kasus yang berhubungan dengan gua itu dari yang
paling dulu sampai yang paling baru. Iya, kebanyakan adalah kasus orang hilang,”
kata seorang petugas polisi wanita yang datang sambil membawa banyak sekali
berkas.
Seorang
polisi pria yang berada ditempat kejadian tadi mulai membuka berkas tersebut
sambil mendengarkan petugas wanita itu menjelaskan.
“Beberapa
hari sebelum menghilang, semua orang ini mengatakan hal yang hampir sama.
Katanya mereka mendengar suara sesuatu,” jelas si petugas wanita itu.
Sepertinya pernah bilang seperti itu.
Katanya seperti mendengar suara saudara mereka yang telah meninggal. Halusinasi
pendengaran?
“Katanya
teman-teman dan anggota keluarga mereka yang telah meninggal terus-menerus
memanggil mereka. Dan menyuruh mereka ke gua itu. Sungguh menyeramkan,” lanjut
sipetugas wanita.
Polisi
itu melihat foto-foto lama yang terdapat didalam berkas itu. lalu ketika itu ia
melihat suatu foto yang sama yang ia temukan sebelumnya ditempat kejadian. Foto
seorang pria dengan anak perempuannya.
Didalam
kamar mandi, ketika Hee Yeon mau membantu anak itu mandi, ia kaget. Karena
ketika ia membuka baju anak itu, ia melihat sebuah bekas kemerahan dipunggung
anak itu. Setelah itu, ia pun mulai menggosok punggung anak itu, tapi anak
tersebut meringis kesakitan, jadi ia pun meminta maaf.
Lalu
tiba-tiba Joon Hee masuk dan menanyakan bantalnya yang hilang, jadi Hee Yeon
pun menyuruh anak itu untuk mandi dulu sendirian sebentar. Lalu Hee Yeon pun
keluar dari kamar mandi untuk membantu Joon Hee mancari bantalnya.
Terlihat
bahwa baju anak itu, yang ditaruh diwastafel, seperti ada darah. Anak itu
sendiri hanya duduk diam didalam bathup, tapi ketika terdengar suara hembusan
angin terdengar, ia berbalik.
Hee
Yeon mulai membantu mengeringkan rambut anak itu, lalu setelah itu Hee Yeon
memakaikan baju Joon Hee kepada anak itu, tapi bajunya terlalu besar. Jadi Hee
Yeon masuk kedalam gudang dan mulai mencari-cari, ketika itu ia melihat kotak
bertuliskan Park Joon Seo dan didalam
kotak tersebut terdapat banyak barang juga baju.
“Woah..
dapat dari mana ini? Pas sekali. Eomma, tapi dia tidak bisa ngomong ya? Berapa
umurnya? Dia datang dari mana? Rumahnya disekitar sini? Eomma, alangkah baiknya
kalau dia rumahnya didekat sini,”oceh Joon Hee melihat baju yang diambil Ibunya
dari gudang tadi, ternyata pas sekali dibadan anak itu, tapi karena anak itu
hanya diam, maka ia mulai banyak bertanya.
Pada
saat Joon Hee masih sibuk bertanya, tiba-tiba anak itu berbicara dan memanggil
Hee Yeon dengan sebutan eomma. Dan mendengar itu, Hee Yeon merasa terkejut,
karena ternyata anak itu bisa bicara, jadi ia pun mendekati anak itu.
“Eomma.”
Panggil anak itu
“Nak,
siapa namamu? Nama .. nama mu. Ayo kasih tahu dong,” kata Hee Yeon bertanya,
tapi tanpa disangka anak itu menjawab bahwa namanya adalah Joon Hee.
Mendengar
itu Hee Yeon dan Joon Hee merasa bahwa mungkin mereka salah dengar, tapi anak
itu mengulang lagi,”Aku adalah Joon Hee.”
“Joon
Hee? Aku juga Joon Hee. Park Joon Hee.” Kata Joon Hee. Hee
Yeon memang kaget, tapi ia tidak meragukan jawaban anak itu dan mempercayainya.
Saat
malam, ketika melihat Hee Yeon telah tertidur, si suami mulai menonton video
anaknya Joon-seo dulu. Tapi pada saat itu ia mendengar suara seseorang yang
berbicara dan saling mengulang. Makan!
Makan! Eomma ku pintar masak. Eomma ku pintar masak. Aku Joon Hee. Aku Joon
Hee. Joon Hee? Aku juga Joon Hee. Joon Hee? Aku juga Joon Hee.
Mendengar
itu si suami naik keatas dan saat ia membuka pintu kamar untuk mengingatkan
anaknya tidur, ia heran bahwa teryata suara tadi adalah suara Joon Hee yang itu.
Dan Joon Hee yang itu sedang duduk sendirian sambil memainkan game peniru suara
milik Joon Hee, melihat itu si suami menyuruh nya untuk segera tidur, karena
hari sudah malam.
Suasana
malam begitu sunyi dan sepi. Kelihatan pemandangan diluar gua. Dalam tidurnya,
Hee Yeon kembali bermimpi bahwa ia sedang bermain dengan anaknya Joo Seo yang
sudah menghilang. Dan dalam mimpi Joon Seo memanggilnya eomma.
Ketika
itu terlihat seperti ada bayangan hitam yang mendekat dan memperhatikan Hee
Yeon yang sedang tertidur,”Eomma..” panggilnya pelan.
Hee
Yeon terbangun dari tidurnya, tapi ia melihat bahwa tidak ada siapa pun. Lalu ia
pergi ke wastafel didapur dan mencuci matanya. Ketika itu si suami datang dan
bertanya,”Kau juga?”
“Apa?
Oh. Mataku terasa kering.”
“Apa
yang terjadi? Kena sakit mata?” kata si suami sambil mengedipkan matanya,
karena ia merasa bahwa matanya terasa agak aneh. Lalu si suami bertanya
mengenai baju anak itu kemarin, apakah Hee Yeon yang mencucinya, tapi Hee Yeon
merasa heran, jadi si suami memberitahu bahwa ia hanya bertanya saja.
Tepat
ketika itu, mereka mendengar seperti ada suara ketukan, jadi mereka pergi keluar
dan melihat ada seorang wanita dengan tongkat didepan pintu mereka. Tapi karena
Hee Yeon melihat wanita dengan tongkat itu akan pergi, maka ia memanggil dan
bertanya.
Wanita
dengan tongkat itu mendekati Hee Yeon dan memegang wajahnya,”Bahaya!” katanya,
lalu mendekat ketelinga Hee Yeon, bisiknya,”Guanya sudah terbuka. Suara-suara
akan kembali terdengar. Segera tinggalkan tempat ini!” kata wanita dengan
tongkat itu, lalu ia pun pergi meninggalkan rumah Hee Yeon.
Si
suami yang melihat itu merasa heran juga.
Tags:
The Mimic