Company name : Citizen Kane
Kwan
mengetuk pintu kamar Khem, tapi Khem menolak untuk membukanya. Karena ia tidak
mau pergi, tapi saat Kwan berkata ia
tidak akan menyuruh Khem untuk pergi. Maka Khem membuka kan pintu kamar
baginya, lalu memeriksa bahwa memang tidak ada siapapun selain Kwan diluar
pintu.
“Jangan
memaksa ku untuk pergi,” pinta Khem.
“Aku
dan P’Na telah setuju untuk menunggu sampai kamu siap." kata Kwan.
Khem
memastikan Kwan tidak berbohong, lalu menceritakan tentang kesedihannya karena
telah dikhianati, sehingga sekarang dia bingung harus mempercayai siapa lagi
sekarang. Dan mendengar itu, Kwan memeluk Khem untuk menenangkannya.
Dihalaman.
Tassana berusaha berbicara dengan Yada yang telah bersikap seperti tadi. Lalu
Yada meminta maaf dan mengaku bahwa ia hanya ingin menemukan Sharkrit secepat
mungkin, karena hanya dia yang mungkin tau dimana Khem berada.
“Khun
Da. Khun Khem..” kata Tassana seperti mencoba memberitahu, tapi Yada segera
memotong perkataannya dan berkata bahwa ia sangat ingin bisa melihat wajah
orang yang telah mengkhianati adikya itu. Lalu Yada juga bertanya cepat, jika
Khem pergi ketempat orang itu, apakah Tassana tau kira-kira dimana.
Tassana
terlihat bingung dalam menjelaskan,”Aku tidak berpikir Khun Khem akan pergi
menemui Krit. Dia tidak sekuat kamu. Aku pikir dia akan melarikan diri sejauh
mungkin.”
“Jauh?
Sejauh apa? Dan apakah Khem akan bunuh diri?” tanya Yada.
Tassan
teringat malam ketika ia menemukan Khem yang sedang mau melompat keluat. Serta
saat Khem hampir tertabrak mobil. Lalu suara Yada yang cemas
menyadarkannya,”Khun Na, apa kamu pikir Khem akan bunuh diri? Dan jika dia
selamat, mengapa ia tidak menelpon? Mengapa dia tidak menghubungin kami?”
“Jangan
khawatir. Kapanpun Khun Khem siap, dia akan pulang.” Kata Tassana menenangkan,
tapi Yada seperti menangkap maksud yang lain dibalik perkataanya.
“Apa
kamu mengetahui sesuatu yang aku tidak ketahui? Siapa Sharkrit? Aku menyuruh
seseorang menyelidiki dia, tapi tidak mendapatkan apapun. Itu seperti didunia
ini, tidak pernah ada seorang yang bernama Sharkrit Pichakorn.” kata Yada.
Mendengar itu Tassana lega, karena ternyata Yada tidak sadar tentang
perkataanya.
“Itu
mungkin rencananya. Membiarkan perusahaannya bekerja sama dengan kita. Dan
menggunakan itu untuk mendekat ke keluargaku.”
Saat
Yada memandang kearahnya, Tassana mengaku bahwa ia tidak tau apapun tentang
Krit. Serta saat ini ia sama seperti Yada yang sedang berusaha mencari Krit,
karena ia juga memiliki banyak pertanyaan untuk ditanyakan. Tapi Yada menolak
perkataan Tassana, karena ia yang akan mengurus semuanya sendiri.
Khem
melihat mobil Yada yang telah pergi. Disana Kwan lalu mencoba menghibur Khem
dengan boneka agar ia tidak menangis dan tersenyum lagi. Dan karena itu Khem
pun tersenyum dan berhenti menangis, lalu ia mengambil boneka dari Kwan.
“Ini
manis,” kata Khem memandang boneka ditangannya.
“P’Krit
membeli itu untukku. Aku punya alergi. Aku alergi terhadap banyak hal. Aku
alergi susu, kacang, cuaca, dan beberapa binatang. Ketika aku kecil, aku tidak
bisa bermain apapun. Selama ini aku hanya melihat anak lain bermain dengan
binatang-binatang.”
Melihat
Khem terdiam dan mulai menangis lagi, Kwan meminta maaf karena telah
mengingatkannya tentang Krit. Tapi Khem tidak masalah, kalau Kwan bercerita
tentang Krit, karena ia ingin tau lebih banyak. Setelah itu ia bertanya,”Apakah
Krit pernah mencintaiku?”
Kwan
terdiam karena tidak bisa menjawab.
Tassana
duduk dan mengingat perkataannya kepada Yada,”Aku hanya tau tentang pekerjaan. Hal lain, aku tidak tau.”
Tassana
mengingat tentang keluarga Khem yang mulai melakukan kerjasama bersama dengan
Krit.
“B-Star
sangat tertolong bisa bekerja sama dengan T-Mart.” Kata Ayah Yada kepada Krit,
lalu didepan wartawan ia berkata,”Jangan memotret dulu. Aku hanya akan
mengadakan wawancara, ketika Yada telah kembali.”
“Oh,
dia adalah anak pertamaku. Ini Khemika, anak keduaku, dia bekerja sebagai
accounting,” kata Ayah mengenalkan Khem. Lalu Krit mulai memandang Khem sambil
tersenyum kepadanya.
Setelah
itu ia semua orang mulai keluar dari ruangan Krit mendekati Khem dan menyapanya
serta mengulurkan tangannya. Jadi Khem pun balas menyalami Krit, setelah itu ia
keluar dari ruangan dengan wajah malu-malu senang.
Disana
Nee dan Tassana memperhatikan sikap Krit tersebut.
Telpon
didekat Khem berbunyi. Mendengar itu Khem tampak ragu, tapi Kwan berteriak dari
dalam kamar agar Khem membantunya untuk mengangkat telpon itu.
“Jika
itu klien, kamu bisa menuliskan nama mereka,” kata Kwan memberitahu.
Khem
mengangkat telpon itu dan saat ia mendengar suara Krit dari telpon, Khem
menjadi terdiam. Sehingga Kwan yang heran, karena tidak mendengar suara Khem,
segera keluar dari kamar. Dan menanyai Khem, apakah ada yang salah.
Tapi
Khem tidak menjawab dan langsung mematikan telpon begitu saja.
Dirumah
sakit, saat Yada dan Trai sedang membahas kondisi Ayah serta mengenai
keberadaan Khem yang belum diketahui. Mereka melihat seorang pasien yang duduk
dikursi roda sedang bertelponan dengan Ibunya.
“Mom,
apa kamu dengar apa yang aku katakan? Aku tidak akan pulang kerumah sampai aku
menemukan dia. Mom, kamu dengar aku?”
Yada
memandang cemas kearah Trai, lau mereka mendengar pembicaraan resepsionis.
“Hey,
kenapa pasien itu masuk kesini hari itu?”
“Yeah.
Dia di campakan pacarnya dan mengiris nadinya sendiri.”
Yada
teringat cerita Krit tentang adiknya yang melukai dirinya sendiri. Lalu
pertanyaan Krit yang bertanya apakah Yada menyukai kejutan. Lalu dengan cepat
ia menyuruh Trai untuk pergi menemui Ayah duluan, sedangkan ia akan pergi dulu.
Yada
bertanya kepada pihak rumah sakit tentang sesuatu. Tapi pihak rumah sakit
menjelaskan bahwa tidak ada pasien seperti yang Yada tanyakan. Tapi Yada masih
ragu dan bertanya lagi lebih jelas.
“Bagaimana
tentang beberapa minggu yang lalu? Itu hanya, disana ada kabar tentang
pendonoran darah untuk pasien sekitar 50-60 tahun. Dia berada di CCU sekitaran
waktu yang sama seperti Ayahku.”
“Kami
hanya punya pasien dibawah usia 20 tahun dalam ruangan CCU. Pasien yang kamu
jelaskan mungkin sudah pindah kerumah sakit lain.”
Yada
mengingat pertemuannya dengan Krit dan pembicaraannya dengan Krit tentang paman
Krit. Setelah itu Yada segera pergi untuk mencari Krit diruangan yang saat itu
dimana Krit keluar dari sana, tapi ruangan tersebut terlihat berantakan dan
kosong.
Seorang
suster memberitahu bahwa ruangan itu sedang ditutup untuk direnovasi minggu
ini. Jadi seperti menyadari keanehan itu, Yada
pergi kecafe dimana ia bertemu Krit. Dan melihat dua gelas kopi diatas
meja yang kosong serta sebuah memo. Minumlah
ketika masih panas.
Lalu
dengan buru-buru Yada bertanya dan mulai berkeliling untuk mencari Krit, tapi
ia tidak menemukan Krit sama sekali. Jadi ia menelpon seseorang untuk mecari
pria yang baru saja duduk di café kopi. Lalu ia menjelaskan bahwa pria itu
kira-kira berusia sekitar 30 tahun. Dan pada saat ia telah selesai menelpon
serta berbalik, ia melihat bayangan Krit yang berdiri diseberang jalan
terpantul dicermin.
Yada
berbalik menghadap kearah Krit, lalu bertanya siapa dia. Tapi Krit tersenyum
dan berkata.”Kamu akan segera tahu. Dan kamu tidak bisa menangkapku, karena aku
yang akan melakukannya.”
Yada
berteriak dan mengejar Krit yang akan pergi, tapi pada saat itu sebuah mobil
lewat, jadi ia Yada berhenti sebentar. Lalu setelah itu Yada berjalan dengan
cepat, tapi ketika ia sudah mendekat kearah Krit, ternyata ia telah terlambat.
Krit telah masuk kedalam mobil.
Krit
membuka kaca mobilnya,”Satu hal lagi Khun Yada, disana tidak ada yang namanya
kebetulan di dunia ini.” Katanya lalu melaju pergi. Sedangkan Yada segera
berlari untuk mengejarnya, tapi tanpa sengaja ia malah terjatuh. Jadi Yada pun
marah pada dirinya sendiri.
Mon
dan Chat sibuk menahan Ayah yang ingin segera keluar dari rumah sakit. Dan
tepat ketika itu Trai serta Yada masuk, lalu mereka berdua meminta Yada untuk
berbicara dengan Ayah.
“Jika
kami mau pulang, maka baiklah,” kata Yada.
“Tapi
besok. Biarkan aku bicara ke dokter dulu.” Sambung Yada.
Ayah
tetap mau keluar, karena ia masih mangkhawatirkan Khem. Jadi Yada berjongkok
didepan Ayah dan berusaha untuk menenangkan Ayahnya, tapi Chat malah
memperburuk suasana dengan perkataannya. Sehingga Mon segera menarik tangan
anaknya itu, lalu Yada berdiri memandang mereka.
“Bibi
Mon, bisakah kamu membawa Ayah dulu? Dan lalu keluar, bicara denganku. Kalian
berdua,” tegas Yada. Jadi dengan agak takut, Mon mengiyakan perintah Yada.
Diluar
Mon meminta maaf kepada Yada, begitu juga dengan Chat yang kelihatan enggan,
tapi Mon memukulnya pelan untuk mengingatkan. Dan lalu mereka berjanji akan
lebih baik lagi dalam menjaga Ayah 24 jam. Tapi karena melihat sikap Chat
barusan, Yada menolak dengan sangat tegas,”Aku sudah mempekerjakan seseorang.
Dan selama dia disini, akan ada seorang suster yang menjaga dia 24 jam,”
katanya lalu berbalik akan pergi.
Mon
segera menghentikan Yada dan mengatakan bahwa ia tidak capek sama sekali, tapi
Yada berkata lagi,”Aku tidak khawatir tentang kamu, tapi aku takut jika kamu
dan Chat ada, maka Ayah akan tambah stress. Khususnya ketika kamu mengatakan
hal-hal yang membuat dia stress, jadi lebih baik kamu menjauh.”
“Khun
Yada, kamu tidak akan mengantikan tempatku dengan seseorang kan?” tanya Mon
memastikan.
“Kita
tidak mencari Ibu tiri yang baru,” balas Trai, sehingga Mon merasa lega, tapi
Trai lanjut,”Kami hanya mencari seseorang yang peduli pada Ayah. Tidak peduli
berapapun mahal bayarannya.”
Setelah
itu Trai dan Yada pergi meninggalkan mereka, sedangkan Chat mulai mengeluh
kepada Ibunya. Dan seperti teringat sesuatu Chat menanyakan bayaran untuk
mereka, tapi Mon segera membalas bahwa itu semua karena Chat.
Tassana
memberikan sebuah ponsel kepada Khem, agar saat terjadi keadaan darurat Khem
bisa menghubunginnya. Lalu kepada Kwan, ia mengingatkan agar jangan pernah
menyuruh Khem menjawab telepon apapun lagi. Tapi Khem langsung membela Kwan
yang tidak bermaksud seperti itu, lalu Khem mulai menyalahkan dirinya sendiri.
Khem
masuk kedalam dengan perasaan sedih. Jadi Tassana mengikutinya.
“Itu
sebuah kesempatan untukku mengetahui kebenaran. Tapi aku terlalu takut. Aku
selalu melarikan diri dari masalahku.” Cerita Khem.
“Dalam
beberapa hal, kamu tidak perlu mengetahui kebenarannya. Kamu harus
mengkhawatirkan keluargamu yang sedang menunggu kamu. Telpon lah mereka, agar
mereka tau kamu selamat,” jelas Tassana.
Khem
masih belum siap, tapi Tassana langsung memberitahukan keadaan Ayah (Khun
Dilok) yang sedang berada dirumah sakit, jadi Tassana mau Khem untuk menelpon
mereka hari ini atau besok agar keadaan Ayah bisa lebih cepat membaik dan
meninggalkan rumah sakit.
Khem
merenungkan perkataan Tassana dan menerima ponsel dari Tassana.
Saat
sudah dirumah. Mon langsung meluapkan perasaan amarahnya,”Membayar suster
pribadi untuk menjaga dia?! Apa dia masih memandangku?!”
Chat
pun mulai mengeluh juga, tapi Ibu langsung memarahinya. Lalu dengan sikap percaya
diri, Chat mengaku bahwa ia tidak takut bila harus diusir keluar, karena jika
mereka membayar seseorang, maka mereka akan bisa punya waktu bebas untuk pergi
shopping, spa, dan belanja berlian.
Mon
tidak setuju dan mulai tetap mengeluh, lalu seperti teringat sesuatu ia
memegang wajah Chat,”Kamu satu-satunya harapanku. Cepat dan temukan seorang
pria kaya!”
“Langsung
seperti ini?” tanya Chat.
“Yeah!
Temukan seorang yang kaya, royal. Lebih kaya, lebih baik! Jadi kamu tidak harus
sepertiku!”
“Sebenarnya,
aku sudah punya seseorang. Khun Sharkrit! Tunggu dan lihat saja, aku akan
mendapatkannya.” Kata Chat dengan percaya diri. Mendengar itu Mon pun tersenyum
senang.
Yada
mencari dipencarian google, Sharkrit Pichakorn, tapi ia tidak bisa menemukan
apapun. Bahkan Yada mulai mengecek melalui IG, tapi ia tetap tidak bisa
menemukan satupun fotonya. Jadi ia mulai membuka laptop dan mencari tau tentang
pemegang saham di T-Mart, tapi kelihatannya ia juga tidak bisa menemukan
apapun.
Lalu
Yada pun mengambil ponselnya dan menulis dipencarian, Penyelidik swasta.
Tassana
baru pulang bekerja dan Kwan langsung menyambutnya, lalu mereka mulai
mengobrol. Tapi tiba-tiba Kwan bertanya apakah Tassana sudah capek dengannya.
Dan dengan bercanda Tassana berkata iya, tapi lalu ia mengelus kepala Kwan,”Aku
capek, kamu terus menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. kamu mungkin lemah,
tapi kamu tidak menyerah. Kamu mampu hidup sendiri, tanpa aku. Tapi aku tidak
bisa hidup tanpa kamu. Tersentuh?”
Kwan
merasa terharu dan mulai tersenyum.
Khem
datang dan berdiri didepan pintu, tapi ia tidak mengatakan apapun, mungkin
karena ia tidak ingin menganggu mereka. Dan menyadari kedatangan Khem, Tassana
dan Kwan berjalan mendekatinya.
“Khun
Khem, aku lupa untuk mencharge ponsel kamu,” kata Kwan.
“Aku
sudah buat keputusan. Aku tidak akan menelpon,” beritahu Khem, lalu lanjutnya
saat mereka terlihat heran,”Aku tidak tau harus menelpon siapa duluan. Jadi aku
akan pergi menjenguk Ayah. Aku mungkin akan merepotkan kamu lagi, Khun Na.”
Mereka
berdua saling berpandangan dan tersenyum dengan keputusan yang dibuat oleh
Khem.
Dirumah
sakit, Dilok (Ayah) sudah boleh keluar dari rumah sakit. Disana dengan
perhatian Chat menawarkan diri untuk mendorong kursi rodanya, begitu juga
dengan Mon. tapi Yada menghentikan mereka serta mengingatkan tentang keranjang
buah yang harus mereka bawa.
Trai
sependapat dengan Yada dan menyuruh mereka untuk mengangkat keranjang buah itu.
dan karena tidak berani melawan mereka pun terpaksa mengiyakan. Tapi setelah
Trai, Yada, serta Dilok keluar, Chat mengambil satu keranjang buah dan
melemparkan nya kelantai dengan marah, sehingga semua buah dikeranjang
berserakan.
Mon
langsung memarahi anaknya.
Trai
mendorong kursi roda Dilok, sedangkan Yada berjalan disampingnya. Dan
dibelakang mereka, Chat sibuk mengeluh karena harus mengangkat barang-barang
itu, apalagi tanpa sengaja ia menjatuhkan buah-buah dalam keranjang. Jadi dMon
pun menyuruh Chat untuk memungutnya.
Mendengar
semua keributan itu, Trai tersenyum dengan senang.
Khem
datang kerumah sakit, tapi ia tampak agak ragu dan mau pulang. Melihat itu
Tassana segera menahan tangan Khem, lalu menasehatinya, tapi Khem yang tampak
ragu, tetap mau pergi.
“Khun
Khem, masalah hanya bisa selesai. Jika kita menghadapinya,” nasihat Tassana
kepada Khem.
“Aku
akan mengunjungin dia ke kamarnya. Kamu bisa pergi sekarang,” putus Khem
mantap, tapi Tassana tidak mau pergi, karena ia mau menemani Khem. Lalu Khem
menyakinkan Tassana bahwa ia bisa melakukan nya sendiri.
“Setiap
orang akan senang melihat kamu,” kata Tasasana menyemangati, lalu pergi.
Chat
terus mengeluh sambil mengangkat keranjang – keranjang buah itu. Sehingga
membuat Mon tampak kesulitan juga. Tepat ketika itu beberapa orang karyawan
datang dan membantu mereka mengangkat keranjang-keranjang buah itu.
Awalnya
mereka mengira orang-orang tersebut adalah karyawan dari rumah sakit, apalagi
mereka mau memberikan bunga kepada Dilok. Tapi ternyata mereka bukanlah
karyawan dari rumah sakit.
Dengan
kasar Chat mengambil bunga itu untuk mencari tau dari siapa. Lalu membaca
dengan keras surat yang ada dibunga itu. Tubuh
kita yang utuh tidak kekal.
Mendengar
itu, Mon segera memarahi anaknya. Dan Trai dengan cepat menanyakan siapa yang
menulis itu dan ingin melihat surat tersebut. Tepat ketika itu Yada melihat Krit
yang berjalan mendekat kearah mereka.
“Sharkrit,”
baca Trai.
Saat
Dilok dan Trai ikut melihat kearah pandang Yada, mereka langsung terkejut. Lalu
Dilok berkata pelan,”Sharkrit!”
“Sharkrit?”
tanya Yada tidak percaya mendengar kata Ayahnya.
Khem
bertanya kepada resepsionis bahwa Dilok telah keluar dari rumah sakit. Jadi ia
pun dengan lemas, berjalan pergi.
Trai
maju untuk memukul Krit, mungkin. Tapi Dilok menahan tangannya. Lalu Krit mulai berbicara,”Aku senang, kamu
terlihat sehat. Buddha berkata,“Kamu hanya bisa melakukannya ketika kamu masih
hidup” jika kamu buru-buru dan mati, kamu tidak akan bisa memperbaiki kesalahan
yang kamu lakukan.”
“Kamu
orang yang telah membuat kesalahan!” kata Dilok marah, lalu berdiri dan segera
memukul Krit. “Kamu menyakiti anakku!”
“Tapi
orang yang lebih sakit, adalah kamu.” Kata Krit dengan nada dingin.
Tiba-tiba
sakit Dilok kambuh dan ia langsung jatuh, sehingga mereka semua menjadi panik
dan berteriak memanggil suster. Dan saaat Dilok dibawa pergi untuk segera
ditanganin, tanpa sengaja Khem melihatnya.
Dengan
sedih Khem tidak mendekat dan hanya bisa berdiri menangis, melihat itu.
Yada
mengejar Krit dan langsung bertanya kenapa Krit melakukan itu. Tapi Krit malah
membalas,”Harusnya Ayah kamu bisa menjawab pertanyaan itu.”
“Jika
Ayahku tau kamu adalah iblis, dia tidak akan pernah membiarkan Khem menikah
dengan kamu!”
“Malaikat
dan Iblis. Apa kamu suka buku itu seperti aku? Kamu percaya Ayah kamu adalah
malaikat. Apa kamu tau ending buku itu? Siapa yang ternyata Malaikat asli?
Siapa yang ternyata Iblis asli?” kata Krit misterius, lalu akan masuk kedalam
mobilnya.
“Kamu
tidak akan berhenti kan?” tanya Yada cepat sambil menahan pintu mobil Krit,
lanjutnya,”Aku tau siapa kamu sekarang, Sharkrit Pichakorn. Jika kamu tidak
menjauhi keluargaku. Aku akan menangkapmu!” tantang Yada.
Mendengar
itu Krit tersenyum seperti senang, lalu ia membuka bagasi mobilnya dan
memberikan sebuah kotak kaca berisikan sepatu hak tinggi kepada Yada. “Sebuah
hadiah untuk awal permainan baru kita. Ukuran 35 kan? Aku tau segalanya tentang
kamu. Sedangkan kamu tidak tau apapun tentang aku. Posisimu kurang
menguntungkan, tapi aku akan menceritakan satu kebenaran. Aku bukan Sharkrit
Pichakorn.” Kata Krit sambil menatap mata Yada lurus, seperti balas
menantangnya.
Yada
hanya terdiam dan membalas tatapan mata Krit.