Network: Sohu TV
Didalam
sebuah ruangan, seorang pria sedang mencuci pisaunya. Ditangannya tampak ada
bekas darah, begitu juga dengan gulungan lengan bajunya.
“Ada
angka tak berguna dalam statistik. Untuk setiap detik didunia ini 4,8 orang
dilahirkan dan 1,8 orang meninggal.”
Pria
tersebut membawa dan mengarahkan pisau tersebut, kepada seorang pria berkacamata
yang sedang duduk terikat dikursi dengan mulut yang tersumbal kain.
“Artinya,
untuk setiap saat kamu mengedipkan mata, dua orang baru saja meninggal.
Kematian adalah sesuatu yang terjadi dengan mudah. Membunuh ...”
Kilat
petir terlihat, bahkan suara gemuruh terdengar. Lalu pria tersebut dengan
senyum diwajahnya, ia menancapkan pisaunya pada pria berkacamata. Ia
menancapkan pisau tersebut berkali-kali.
“Juga
sesuatu yang sangat mudah.”
Setelah
selesai mencuci semuanya, pria tersebut lalu menlap tangannya menggunakan
sebuah kain putih. Dan darah yang terkena diwajahnya, ia lap dan jilat, lalu ia
tersenyum dengan senang dan puas.
“Namaku
Xue Xin. Aku penulis novel detektif. Beberapa tahun terakhir, aku bermain
permainan rahasia bersama Ji Lu. Kami menciptakan berbagai macam teka-teki dan
saling mengirimkannya untuk dipecahkan. Setelah memecahkan teka-teki itu, dia
akan mengirim kembali jawabannya dengan disertai teka-teki yang baru. Jadi kami
mengulang prosesnya.”
Xue
Xin pulang kerumahnya, tapi sebelum masuk, ia membuka kotak surat miliknya. Dan
didalam sana ada sebuah surat untuknya, jadi ia mengambilnya. Setelah itu, ia
masuk kedalam rumah dan mulai membaca surat itu.
“Permainan
ini sudah berlangsung selama beberapa tahun. Aku hanya belum menemukan
teka-teki yang tak bisa dia pecahkan.”
Xue
Xin terlihat sangat berpikir keras dan ia mulai tampak stress. Ia memeriksa
satu persatu buku didalam rak nya dan didalam ruangannya.
“Sebenarnya
ini cukup sederhana. Selama dia tidak mengirim balasan, maka aku menang. Aku
selalu ingin menjadi seperti karakter yang aku tulis, untuk melakukan kejahatan
yang sempurna.”
Xue
Xin akhirnya berhenti berpikir. Lalu dengan tersenyum, ia mengambil pisau
miliknya.
“Dan
targetku adalah orang yang sudah menjadi sahabat penaku, Ji Lu.”
Xue
Xin mendatangin Ji Lu dan membunuhnya. Setelah ia selesai, ia keluar dari dalam
ruangan dan menarik benang pancing yang berada dipintu. Dan pintu pun tertutup.
“Tidak ada sidik jari, bercak darah, jejak kaki, atau motif. Ini
contoh pembunuhan di ruang terkunci.”
Bangga
dengan keberhasilannya, Xue Xin menganggap dirinya telah menang. Jadi ia pun
mulai membakar semua surat – suratnya bersama Ji Lu selama ini. Dan sambil
tersenyum, Xue Xin menatap semua surat itu terbakar.
“Sudah
satu minggu sejak aku membunuh Ji Lu. Aku belum menemukan masalah. Seperti yang
aku rencanakan. Rencanaku untuk pembunuhan yang sempurna bisa dianggap tanpa
cela.”
Suatu
saat, setelah pulang berbelanja. Xue Xin memeriksa kotak suratnya dan di dalam
sana ada sebuah surat yang membuatnya tampak sangat terkejut.
“Sampai
aku menerima surat darinya lagi. Tanggal pengiriman suratnya adalah dua hari setelah
aku membunuhnya.”
Isi Surat : Xue Xin. Apa kabar? Saat kau
menerima surat ini, aku pasti sudah tidak ada lagi didunia ini. Maka aku
memintamu untuk menyelesaikan teka-teki terakhir ini.
Dengan
marah dan kesal, Xue Xin datang ke kantor Ji Lu. Ia membongkar setiap barang
yang berada diatas meja. Dan pada saat itu, dari belakangnya, seorang polisi
datang dan menangkapnya.
Xue
Xin berusaha untuk melarikan diri, tapi ia gagal.
“Xue
Xin, mengenai teka-teki ini, kau pasti merasa bangga pada dirimu sendiri.
Karena kau bukan hanya mengirimkannya pada Ji Lu, kau juga menggunakannya dalam
novelmu. Tetapi, sayangnya ini membuatmu ketahuan,” jelas seorang polisi wanita
sambil menunjukan sebuah kertas kecil.
“Jadi
kalian yang menulis surat ini!” kata Xue Xin dengan emosi.
“Untuk
menyusun sebuah surat dari naskah Ji Lu bukanlah tugas yang sulit. Tidakkah kau
menggunakan taktik ini dalam cerita detektifmu?” balas polisi pria yang menahan
Xue Xin.
“Cut!”
teriak seseorang. Lalu terlihat bahwa ternyata mereka semua sedang melakukan adegan
syuting saja.
“Apa
ini benaran di adaptasi dari kasus nyata? Rasanya seperti dipaksakan,” komentar
pria yang berperan sebagai polisi tadi, kepada dirinya sendiri.
Lalu
saat temannya memanggil nya, ia menjadi tersadar. Dan sambil tersenyum lebar,
ia memandangin wanita yang berperan sebagai polisi bersama nya tadi. Dan wanita
itu balas tersenyu kepadanya.
Pria
itu tampak ingin berbicara, tapi tiba-tiba temannya itu memanggil si wanita.
Sehingga ia pun tidak jadi berbicara dan hanya bisa tersenyum menahan kesal.
Lalu ia pun mengikuti si wanita itu.
“Namaku Xia Chi, anggota klub fiksi misteri di Universitas
Jing Nang. Orang yang tak punya hati ini, bernama Meng Qin, Presiden dari kub
fiksi misteri kami. Sebenarnya, aku tidak punya minat pada klub ini, alasan
utama ku bergabung bersama klub fiksi misteri ini adalah karena pacarku, Qing
Zhi. Dia juga ada disini. Tentu saja, kalau tidak ada si orang ketiga ini
ditengah, akan jauh lebih baik.”
Setelah
selesai berdikusi dengan Qing Zhi, maka Meng Qin pun membubarkan semua anggota
untuk hari ini. Tapi Xia Chi tidak terima dan mendekati Meng Qing, lalu ia
bertanya mengenai adegan berpelukan yang harusnya dilakukan.
Dan
dengan santai, Meng Qin merangkul bahu Xia Chi dan membalas bukankah itu bagus
karena mereka bubar lebih awal, sehingga Xia Chi bisa menghabiskan waktu
berduaan dengan Qing Zhi.
Saat
Meng Qin berbalik dan melihat kebelakang, ia merasa heran, begitu juga dengan
Xia Chi. Karena ternyata, Qing Zhi telah pergi keluar duluan. Jadi Menq Qin pun
memberi dorongan kepada Xia Chi agar segera mengejarnya.
Diluar
ruangan, didepan pintu. Tampak sebuah kamera cctv mengawasi. Saat Qing Zhi
keluar dari ruangan, kamera itu tampak biasa saja. Tapi saat Xia Chi keluar
dari ruangan untuk mengejar Qing Zhi, kamera itu bergerak mengikuti gerakannya.
Xia
Chi yang telah berganti baju, mengejar Qing Zhi dan menawarkan diri untuk
mengantarkannya ke asrama. Setelah itu mereka berdua berjalan bersama, sambil
saling tersenyum.
“Yang Meng Qin katakan itu benar. Dari kali pertama aku
melihat dia dipintu gerbang kampus, Qing Zhi telah menjadi dewiku.”
Xia
Chi mengingat pertemuannya dengan Qing Zhi dulu. Saat itu, Meng Qin memaksanya
agar masuk kedalam klub misteri fiksi, tapi Xia Chi tidak mau. Dan pada saat
itu, Qing Zhi datang dan berkata bahwa ia ingin ikut bergabung kedalam klub.
“Aku bergabung dengan klub fiksi misteri demi dia. Aku
pergi ke sesi belajar mandiri demi dia. Aku bahkan lari pagi demi dia.”
Saat
pagi hari, ketika Xia Chi mengikuti Qing Zhi untuk berlari pagi. Pada saat itu Qing
Zhi tampak berlari dengan biasa saja. Sedangkan Xia Chi yang berlari
dibelakangnya tampak sudah sangat kelelahan.
“Rencananya aku ingin menyatakan cinta saat berlari pagi,
tapi aku tidak mengira. Dia jagoan sekali larinya.”
Xia
Chi yang sudah sangat kelelahan, berteriak memanggil Qing Zhi. Dan Qing Zhi pun
berbalik melihatnya. Lalu tanpa ia duga, sebelum ia mengatakan maksudnya, Qing
Zhi berteriak kepadanya.
Xia
Chi tentu saja menjadi senang, karena akhirnya ia bisa berpacaran dengan Qing
Zhi.
“Aku yang beruntung ini telah bersama Qing Zhi selama lebih
dari satu bulan. Tapi, aku tidak tahu kenapa, kami bahkan belum ada berpegangan
tangan.”
Ketika
sedang duduk bersama ditaman sambil membaca buku. Dengan agak gugup, Xia Chi
mencoba untuk membuka obrolan dengan memuji nama Qing Zhi. Dan Qing Zhi pun
balas memuji nama Xia Chi.
Suasana
saat itu sedang sangat bagus dan Xia Chi ingin menyentuh Qing Zhi, tapi
tiba-tiba Qing Zhi menghindar dan berteriak untuk jangan menyentuhnya. Setelah
itu, suasana menjadi canggung.
“Apakah kita akan selamanya menjaga jarak aman? Bagaimana
melakukannya secara alami? Tak apa. Lakukan saja seperti ini.”
Dengan
agak gugup, Xia Chi mengangkat tangannya untuk merangkul bahu Qing Zhi dari
belakang. Tapi Qing Zhi yang menyadari hal itu, dengan sengaja menjatuhkan buku
ditangannya, lalu ia menunduk untuk memungutnya.
Saat
Qing Zhi menatap dirinya, Xia Chi menjadi salah tingkah sendiri. Lalu dengan
memberanikan dirinya Xia Chi mencoba untuk bicara. Dan dengan sabar Qing Zhi
menunggunya.
Tapi
sayangnya, karena saking gugupnya, Xia Chi tidak berani untuk bicara. Ia
berbalik membelakangin Qing Zhi dan menunduk, seperti berdoa. Dan setelah agak
lebih berani, ia menghembuskan nafasnya.
”Bisakah aku menyerah begitu saja? Tidak bisa. Sebagai
laki-laki, aku harus lebih tegas. Xia Chi, jangan takut. Kau hanya harus
mengulurkan tanganmu dan dengan tegas..”
Xia
Chi akhirnya berbalik lagi menghadap kearah Qing Zhi sambil mengulurkan
tangannya. Tapi sayangnya, Meng Qin datang dan menyalamin tangan Xia Chi yang
terulur, lalu dengan sangat bersemangat ia mulai berbicara mengenai adegan
mereka besok.
Qing
Zhi juga menjadi terkejut melihat kedatangan Meng Qin yang tiba-tiba seperti
itu. Tapi ia hanya diam saja. Sementara Xia Chi dengan agak geram, ia memegang
bahu Meng Qing dan memberi kode, tapi Meng Qin malah sengaja tidak peka.
“Oo..
jadi aku mengganggumu? Qing Zhi jadilah hakim untuk Xia Chi tersayang yang
menganiaya ku seperti ini, apakah itu pantas?” tanya Meng Qin dengan sengaja.
Qing
Zhi yang terlalu baik, mempersilahkan Meng Qin serta Xia Chi untuk mengobrol
berdua. Sementara ia sendiri akan kembali ke asrama duluan.
Dengan
senang Meng Qin tersenyum, karena Qing Zhi telah pengertian. Sedangkan Xia Chi
menatap tidak percaya kepada Qing Zhi yang pergi begitu saja.
Xia
Chi ingin mengejar Qing Zhi yang telah pergi, tapi dengan kuat Meng Qin
menahannya dan tidak mau melepaskannya. Dan mungkin karena mendengar itu, maka
Qing Zhin berbalik dan menghadap kearahnya, lalu ia mengajak Xia Chi untuk
makan siang bersama hari sabtu ini.
Saking
tidak percayanya, Xia Chi menjadi terdiam. Sehingga Meng Qin pun memukuli
kepalanya, agar ia sadar. Dan dengan agak gugup, tapi senang, Xia Chi
menganggukan kepalanya.
“Kalau
begitu hari sabtu jam 12, aku akan menunggumu di depan air mancur musikal di
taman tepi danau,” kata Qing Zhi sambil tersenyum, lalu pergi.
“Hei,
hei. Sejujurnya, mengenai fiksi misteriku, bukankah ini keren? Ini kisah nyata
yang aku curi dari pamanku,” kata Meng Qin bersemangat.
“Apakah
ini benar kisah nyata?” komen Xia Chi, meragukan.
“Apakah
benar kamu bisa menggunakan naskah korban untuk menbuat sebuah surat?”
“Ahh..
kamu benar-benar anggota klub ku. Kau bisa menemukan celanya hanya dengan
sekali lirik. Benar, aku mengarang plotnya. Aku juga yang membuat motif
sempurna untuk pembunuhan itu. Sebenarnya, kasus ini lebih rumit dari
naskahku.”
Tags:
Die Now