Company name : Citizen Kane
Setelah keluar dari rumahnya sendiri, Yada
langsung menangis. Dan dari jauh, ketika melihat itu Krit tampak tidak tega dan
mendekatinya.
“Rumah ini bukah hanya tidak menerima ku. Mereka bahkan juga tidak menerima mu,” kata Krit pada
Yada. Dan mendengar itu, Yada ingin kembali lagi ke dalam rumah, tapi Krit
langsung menahannya.
“Jangan mengkhawatirkan orang lain terlalu
banyak. Kamu harusnya mengkhawatirkan perasaanmu juga,” kata Krit dengan
lembut, menasehati Yada.
Dan dengan masih menangis, Yada tidak
menjawab atau membantah. Ia menuruti nasihat Krit dan berjalan masuk ke dalam
mobil.
“Dari sekarang, jangan biarkan Da dan
suaminya melangkahkan kaki dirumah ini. Mengerti?!” teriak Dilok marah,
memberitahu Trai serta Khem. Setelah itu ia kembali duduk di sofa.
Sedangkan Trai serta Khem tampak bingung
harus melakukan apa. Lalu mereka berdua pun mendekati Dilok dan menenangkannya.
“Yah, kamu bisa bicara baik-baik pada P’Da,”
kata Khem berusaha membujuk Ayahnya.
“Anak itu tidak tahu terima kasih. Dia
membawa musuh masuk ke dalam rumah ini!”
“Tapi P’Da sedang mencari tau siapa
dibelakang Sharkrit,” tambah Trai ikut membujuk Ayah.
“Tidak didepan atau belakang! Aku hanya punya
satu musuh. Dia mungkin sudah mati di dalam penjara sekarang! Orang seperti
Sharkrit itulah musuh asliku. Kalian berdua lebih baik tidak terlibat dengan
pasangan suami – istri itu! Bukan hanya mereka berdua, temannya atau siapapun
di perusahaan. Jangan terlibat!” balas Dilok dengan sangat marah.
Lalu ia berdiri dan masuk ke dalam.
Mendengar perkataan itu, mereka berdua
terdiam. Dan Trai lalu mengingat kedekatannya dengan Nee. Sedangkan Khem
mengingat tentang dirinya dan Tassana.
Didalam mobil. Yada masih diam saja, jadi
Krit memperhatikannya. Dan menyadari bahwa Krit memperhatikannya, maka Yada
memulai pembicaraan. Ia bertanya apakah Krit senang telah menghacurkan
keluarganya menjadi seperti ini, karena Krit pernah bilang begitu dulu.
Tentu saja, Krit menjawab iya. Tapi ia
ekspersinya seperti tampak ragu. Sehingga Yada membalas bahwa Krit berbohong,
karena mata Krit tidak menyiratkan itu, malahan menurut Yada, Krit tampak
memaksa dirinya sendiri.
“Aku hanya tidak bisa melihat istriku
menangis, itu saja,” kata Krit pada Yada.
“Kamu mengasihanin aku?” balas Yada.
Mendengar pertanyaan itu, Krit tersenyum dan
membalas,”Ngomong-ngomong, sekarang, hanya ada kita berdua.”
Yada ikut tersenyum kecil dan lalu ia
memegangin tangan Krit. Sehingga Krit merasa heran. Dan lalu Yada mengucapkan
terima kasih pada Krit.
Krit tampak tersentuh, mungkin. Apalagi saat
Yada menyentuh tangannya. Tapi sayangnya ketika ia ingin memegang tangan Yada,
dengan segera Yada mengelak dan mengangkat tangannya dari atas tangan Krit.
“Tapi jangan khawatir. Aku akan membuat
Methasit menjadi sebuah keluarga lagi,” kata Yada tiba-tiba dengan tegas. Dan
Krit tersenyum.
Setibanya dihotel, saat Krit sedang sibuk
berbicara dengan bawahannya, Yada memutuskan untuk naik ke atas duluan. Tepat
ketika itu, tiba-tiba Kasin muncul dan menarik tangan Yada. ia memohon agar
Yada membantunya.
“Kasin, aku tidak bisa menolongmu,” tolak Yada
langsung.
“Aku tidak mau menikahi Chat! Menikahi
seseorang yang kamu tidak cintai, itu seperti hidup dalam neraka! Sekarang,
kita berdua berada dalam situasi yang sama,” mohon Kasin dengan suara kecil
seperti berbisik agar tidak didengar orang.
Yada masih berusaha melepaskan tangan Kasin.
Lalu tepat pada saat itu, Krit serta bawahannya datang. Sehingga dengan agak
terpaksa, Kasin melepaskan tangan Yada. dan setelah itu, Krit langsung menarik
Yada mendekat padanya.
“Aku
dan Da bersedia untuk menikah. Tidak seperti kamu dan Chat yang menikah karena
kecerobohan. Itu adalah konsenkuensi untuk kecerobohanmu. Tapi bagaimanapun
juga, aku ucapkan selamat,” kata Krit kepada Kasin yang sama sekali tidak bisa
membalas dan hanya bisa diam saja.
Tepat ketika itu, terdengar suara Chat yang
berteriak memanggil namanya. Sehingga Kasin menjadi heran, bagaimana bisa Chat
mengetahui keberadaannya.
“Aku punya banyak bawahan. Kamu seharusnya
sudah tau itu,” aku Krit. Lalu ia melepaskan Yada dan mendekati Kasin,”Dan jika
kamu mau mendapatkan yang lebih buruk daripada saat terakhir itu, maka
cobalah,” ancam Krit.
Kasin tampak takut kepada ancaman Krit, jadi
ia mengatakan bahwa ia tidak akan datang lagi. Tapi Krit pura-pura tidak
mendengar itu dan menyuruh Kasin untuk mengatakannya sekali lagi dengan lebih
keras.
“Aku tidak akan datang lagi!” teriak Kasin
menuruti Krit.
Mungkin karena mendengar suara teriakan Kasin
itu, maka Chat serta Mon berhasil menemukannya. Dan dengan cepat, Chat serta
Mon memegangin tangan Kasin.
“Khun Da sudah menikah. Mengapa kamu tidak
bisa melepaskannya, Khun Kasin? Apa yang dia punya yang aku tidak punya?” tanya
Chat, marah.
“Pendek dan sederhana. Tidak ada
bandingannya,” jelas Kasin dengan tegas.
Chat yang merasa kesal, mengakui bahwa ia
tidak mau menikah dengan Kasin lagi. Dan dengan senang hati, Kasin setuju dan
mau segera pergi dari sana. Tapi Mon yang jelas tidak mau seperti itu, segera
menahan tangan Kasin agar tidak pergi.
“Kamu tidak bisa! Kamu harus! Aku akan bicara
pada Chat,” kata Mon, tegas. Lalu kepada Krit ia mengucapkan terima kasih
banyak. Setelah itu ia mengajaka Kasin serta Chat untuk segera pergi.
Kasin sudah tampak malas dengan mereka
berdua, jadi walaupun Mon menarik tangannya, ia tetap tidak mau bergerak serta
mengikuti mereka. Dan karena hal itu, Mon kembali mengacam Kasin yaitu bahwa ia
akan mengekpos perbuatan Kasin pada anaknya.
Maka tanpa bisa menjawab dan melawan, Kasin
mengikuti Mon serta Chat pergi dari sana.
Setelah mereka bertiga pergi, maka Yada pun
langsung bertanya kepada Krit, berapa banyak sebenarnya bawahan Krit yang
mengawasi mereka selama ini.
“Banyak,” jawab Krit dengan sangat singkat.
Lalu berjalan duluan meninggalkan Yada. Sehingga membuat Yada makin tampak
penasaran.
Ditempat lain. Mon serta Chat sibuk melihat-lihat
majalah dan membahas tema pernikahan apa yang akan mereka gunakan. Dan pada
saat itu, Kasin dan Nikky muncul. Kasin memakai baju jas hitam untuk
pernikahan.
Dan melihat itu, dengan senang Chat langsung
berlari menghampiri Kasin dan memeluk lengan Kasin.”Kamu terlihat tampan,” puji
Chat.
“Tema pernikahan apa yang kamu suka?” tanya
Chat dengan semangat.
“Terserah,” jawab Kasin dengan raut wajah
yang tampak malas.
Dengan cara berjalan yang gemulai, Nikky
menyela pembicaraan mereka berdua. Ia duduk disofa dan mengajak mereka untuk
membicarakan masalah budgetnya duluan. Baru setelah itu ia bisa tau harus
melakukan apa.
“Berapa yang dibayar oleh Khun Sharkrit. Khun
Kasin akan membayar dua kali lipat,” kata Chat dengan sangat bangga kepada
Nikky.
Mendengar tentang itu, Nikky langsung berubah
sifat. Gaya bicara dan sikapnya menjadi lebih ramah dan baik. Ia lalu juga
menawarkan berbagai tema kepada mereka, bahkan jika mereka ingin mencampur tema
pernikahannya, seperti Egyptian campur British. Ia bisa melakukannya.
Setelah Nikky selesai berbicara, Kasin
mendekatinya dan lalu memberikan selembar cek kepadanya. Dan ketika melihat
itu, mata Nikky langsung melotot karena terkejut.
“Ini cuma dp nya kan?” tanya Nikky
memastikan.
“Tidak. Ini budgetnya,” tegas Kasin.
Karena hal itu, maka sikap Nikky langsung
berubah drastis kepada mereka. Dan menyadari perubahan sikap itu, maka Mon
menjadi heran. Lalu ia merebut kertas cek itu dari Nikky.
Dan melihat itu Mon juga tampak terkejut
seperti Nikky tadi. Sehingga Chat pun menjadi heran, lalu ia mendekati Mon dan
ikut melihat nilai pada cek tersebut. Dan ia pun juga terkejut.
“Kamu
tidak bisa berteriak kan?” tanya Nikky dengan nada ejekan.
“Khun Kasin!” teriak Mon serta Chat secara
bersamaan. Dan Kasin tersenyum pada mereka.
Dengan kasar, Mon serta Chat mendorong Kasin
ke dinding dan membuatnya terpojok.
“30.000?! “ teriak mereka bersamaan pada
Kasin.
“Kamu hanya punya 30.000?! Apa yang bisa kita
lakukan dengan itu?!” kata Chat marah.
“Itu benar! Harga baju pengantin saja lebih
dari 100.000! Aku bahkan belum menghitung biaya lainnya,” jelas Mon dengan
sangat marah.
“Aku sudah bilang itu saja yang ku punya!
Jika itu tidak cukup, kemudian kita tidak perlu nikah!” balas Kasin dengan
mudahnya, lalu berjalan ingin pergi.
Mendengar itu, tentu saja Mon tidak bisa
membiarkan Kasin pergi begitu saja. Jadi dengan cepat, ia langsung menahan
Kasin. Begitu juga dengan Chat. Ia mendorong Kasin ke dinding dan menahannya.
Lalu dengan marah, Mon bertanya apakah Kasin
tidak malu kalau harus menikah seperti itu. Dan dengan santai, Kasin langsung
menjawab bahwa ia tidak masalah dan tidak peduli.
“Apa yang salah dengan pernikahan kecil? Itu
manis. Jadi apa? Siapa yang peduli?”
Chat dengan kasar menarik jas Kasin dan
memarahinya,”Kita bisa saja seperti itu. Tapi itu harus mewah. 30.000 tidak
cukup!” kata Chat, lalu melepaskan Kasin.
Chat sama sekali tidak bisa menerima harga
yang Kasin tawarkan itu dan protes, tapi Mon berbeda. Ia menerima harga yang
Kasin tawarkan, karena menurut Mon lebih baik mereka menahan poop daripada
menahan kentut. Yang berarti, lebih baik daripada tidak memiliki apa-apa.
Lalu dengan agak kasar, Mon langsung memaksa agar
Kasin menanda tanganin ceknya dan setelah itu mencoba pakaiannya.
Akhirnya, Chat pun mulai mencoba gaun
pengantinnya. Lalu saat Chat keluar dari kamar ganti, Mon langsung tersenyum
memujinya. Sedangkan Kasin yang ditanyai apakah cantik oleh Chat, hanya diam
saja.
“Mengapa itu terlihat sama saja?” tanya Mon
tiba-tiba pada Nikky sambil menunjuk gaun yang dikenakan Chat.
“Itu hanya ada dua di dunia,” jawab Nikky,
singkat.
Mengetahui hal itu, Mon menjadi senang.
Begitu juga dengan Chat. Ia langsung meminta tolong agar Mon memotretnya
bersama Kasin. Dan dengan senang, Mon memotret mereka.
Saat sedang asyik foto-foto dan memotret.
Tiba-tiba Nikky mendekati Mon dan berbicara dengan suara yang kecil. “Untuk
gaun ini, budgetnya tidak mencapai.”
“Ganti,” tegas Mon langsung kepada Chat.
Chat mengganti gaunnya dengan yang baru. Dan
gaun yang kedua ini sangat bagus dan indah seperti seorang princess. Mon serta
Chat sama-sama menyukainya. Tapi Nikky langsung menarik tangan Mon dan
berbisik.
“Gaun panjang ini, harganya. Melewati
budget.”
“Ganti. Dengan yang lebih pendek,” tegas Mon
langsung kepada Chat.
Chat kembali mencoba gaun yang ketika. Gaun
tersebut lebih pendek, bahkan sangat pendek dibandingkan dengan gaun yang
sebelumnya. Sehingga Chat mengeluh pada Mon. Sedangkan Nikky malah melucu.
“Cobalah untuk menarik beat,” kata Nikky
sambil bertepuk tangan dan menari. Dan mengikuti suasana Chat mulai ikut menari
juga.
“Mom!” teriak Chat pada Mon, saat akhirnya ia
sadar. Lalu ia pun berhenti menari dan mengeluh pada Mon.
“Pakai itu saja. Lebih terjangkau,” bujuk Mon
yang tampak tidak bisa berbuat apa-apa.
Nikky menarik tangan Mon untuk mendekat dan
lalu menyuruh Mon memperhatikan gerakan mulutnya,”Melebihi … budget.”
“Owh…!” teriak Mon serta Chat secara
bersamaan ketika mendengar itu.
Gaun yang keempat. Panjang, tapi terlalu
simple dan polos menurut Mon, sehingga ia agak megeluh kepada Nikky. Tapi saat
Nikky berbisik, ”Dibawah budget.”
Mon dengan segera mengubah sikap dan memuji anaknya
yang tampak sangat cantik memakai gaun itu. Sedangkan Chat tetap mengeluh, tapi
Mon sama sekali tidak bisa berkata apapun.
“Dimana Khun Kasin?” tanya Chat, saat
akhirnya menyadari bahwa Kasin sudah tidak ada.
“Khun Kasin telah pergi ketika kamu mengganti
gaun ketiga. Tapi jangan khawatir, Khun Kasin sudah menanda tanganin ceknya,”
jelas Nikky sambil menunjukan cek yang berada ditangannya. Lalu ia pun pamit
untuk mendepositkan uang itu dulu dan nanti baru ia akan melanjutkan
pembicaraan tentang pernikahan.
Sebelum pergi, Nikky teringat akan sesuatu. Jadi
ia pun berhenti dan memberi saran pada mereka, dengan nada yang seperti ejekan.
”Oops.. aku hampir lupa. Senior Dance Club
buka sepanjang tahun. Mereka menerima sekitar 150 orang. Itu harusnya cocok
untuk pernikahan Khun Chat, Mom.”
“Mom! Mom! Aku tidak mau itu! Aku tidak tidak
mau pernikahan seperti itu,” keluh Chat pada Mon.
“Yeah, yeah, tidak peduli apapun, aku akan
mendapatkan uang lebih,” balas Mon dengan pandangan kesal.
Yada sedang menulis dihpnya. Dan Krit yang
duduk disebelahnya terus memandanginnya. Sehingga menyadari itu, Yada pun
berbalik membelakangin Krit.
“Mengapa kamu melihat?! Aku bahkan tidak ada
bergerak.”
“Apa kamu sudah selesai mengetik?”
“Belum. Aku baru saja mengetik, kamu lihat.”
“Cepat. Karena laporan lama yang kamu
kirimkan padaku, itu tidak berguna. Aku ingin tau apa yang kamu lakukan setiap
hari. Tulis detailnya.”
Mendengar perkataan itu, Yada pun berhenti
mengetik dihpnya dan berbalik memandangin Krit, lalu bertanya, apakah Krit
benar-benar ingin tau tentang kehidupannya selama di Swizerland.
“Aku cemburu. Aku ingin tau bagaimana kertelibatan
Kasin dalam hidupmu. Aku tidak suka itu,” kata Krit lembut.
“Asal kamu tau, dia adalah mantanku,” jelas
Yada.
“Asal kamu tau juga, kamu istriku sekarang,”
balas Krit sambil tersenyum.
Yada menjadi tampak agak malu sesaat. Dan ia
hanya membalas ‘belum’. Setelah itu ia berbalik dan membelakangin Krit lagi,
sambil mengetik lagi dihpnya. Tapi karena Krit terus memandanginya sambil
tersenyum sendiri.
Maka Yada pun bangkit berdiri dan menjauhi
Krit.
Ntah kenapa, Krit ikut berdiri dan mendekati
Yada. Lalu ia berdiri dibelakang Yada dan berbisik ditelingannya. Sehingga dengan
terkejut, Yada berbalik menatap Krit.
“Asyik mengetiknya,” kata Krit dengan sangat
lembut.
“Aku mengetik laporan. Bukan mengetik cerita.”
Seorang pelayan datang dan memberitahu bahwa
snack mereka telah siap. Jadi Krit pun
kembali duduk dan lalu ia menuang teh yang ada ke dalam cangkir. Yada sendiri
juga kembali duduk.
“Apa kita harus menjalanin hidup kita seperti
ini? Kita seperti turist. Ketika tidak seperti orang lain,” tanya Yada kepada
Krit. Dan mendengar itu, Krit tersenyum.
Krit memegang tangan Yada,”Aku suka kata ‘kita’.
Segera, kita akan hidup seperti keluarga lainnya. Kata ‘keluarga’ sangat jauh
dari hidupku. Dan sekarang, kita adalah keluarga,” jelas Krit.
Yada pun tersenyum mendengar perkataan Krit
itu. Dan lalu dengan lembut Krit menyentuh pipi Yada dan mengelusnya. “Aku
tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu.”
Tiba-tiba Yada menjadi tampak sedih. ”Lupakan itu. Ayah hanya marah saja. Kamu
tidak punya maksud tersembunyi lagi kan?”
“Tidak. Karena aku telah mendapatkan segala
yang kuinginkan. Kamu adalah segalanya bagiku,” jawab Krit sambil tersenyum
lembut dan mengelus wajah Yada.
“Aku mempercayaimu kali ini,” balas Yada
sambil tersenyum juga.
Setelah itu, Yada pamit untuk pergi ke
kantor. Tapi Krit menahannya dan meminta agar Yada menyelesaikan ketikannya
dulu.
“Aku janji ketika aku sampai dikantor. Kamu akan
bisa membaca itu,” janji Yada.
“Ok. Kemudian kamu harus pergi,” balas Krit
memberi izin. Dan lalu ia melepaskan tangan Yada.
Ketika baru akan keluar, Ping muncul,
sehingga Yada merasa heran. Dan Krit pun lalu menjelaskan bahwa Ping yang akan
mengantar Yada dan ia hanya akan memberikan Yada waktu satu jam. Sebelum Yada
menjawab, dengan cepat dan tiba-tiba. Krit mencium pipi Yada.
“Jangan telat, bahkan sebentar pun tidak,”
tegas Krit pada Yada. Setelah itu Krit pergi meninggalkan Yada sambil tersenyum
sendiri.
“Diktator,” kata Yada mengatai Krit yang
telah pergi.