Network: Sohu
TV
Meng
Qin mulai menceritakan semuanya. Menggunakan kaca pembesar, Xue Xin menyelidiki
surat yang dikirimkan kepadanya itu dengan seksama.
“Pada kenyataannya, Xue Xin menerima surat dari korban yang
sudah mati, Ji Lu. Itu bukan dikirim oleh polisi. Xue Xin dan Ji Lu saling
mengirim surat selama tiga tahun. Dia juga seorang penulis novel detektif.
Tidak ada satupun petunjuk kecil yang bisa luput dari mata elangnya. Xue Xin
mempelajari surat itu selama tiga jam nonstop.
Setelah
selesai memeriksa semuanya, Xue Xin mengernyit. Ia tampak seperti tidak percaya
dan belum yakin dengan hasil yang didapatkannya. Tapi akhirnya, ia menjadi
tampak kesal dan marah sendiri.
“Berdasarkan tulisan tangan, tinta, garis, lipatan, nada
tulisan, dan semua aspek lainnya. Semuanya menyatakan bahwa surat ini datang
dari Ji Lu. Dia bahkan mendapatkan sidik jari di amplopnya untuk memastikan
bahwa Ji Lu sendiri yang menutup amplopnya.”
Dimalam
hari, Xue Xin datang ke kantor Ji Lu dan mengacak meja kerja Ji Lu, seperti
ingin mencari tau sesuatu. Tapi pada saat itu, polisi datang dan menahannya.
“Ada dua barang lain yang datang bersama surat itu. Sebuah
kartu sebesar kartu nama biasa dan secarik kertas dipenuhi kode rahasia.”
Kembali
kesaat ini. Meng Qin mengakhiri ceritanya,”Xue Xin mengakui kesalahannya, tapi
bagaimanapun ia tetap tidak bisa mengingat motif pembunuhannya. Dalam tes
psikologi akhir, ternyata ia tidak mengalami gangguan mental apapun. Jadi ia
tidak bisa terhindar dari hukuman. Meski kasus ini sudah ditutup, tapi motif
pembunuhan Xue Xin, identitas pengirim surat itu, begitu juga arti dari isi
surat itu, tetap tidak memiliki penjelasan yang masuk akal sampai hari ini.”
Mendengar
tentang itu, Xia Chi jadi tampak tertarik dan mulai berpikir.
“Jikalau seseorang berusaha untuk menemukan kebenarannya,
dia akan mengalami nasib yang sama, terseret dalam neraka teka-teki tanpa
akhir.”
Saat
masuk kedalam kamar asramanya, Qing Zhi disapa oleh teman sekamarnya. Temannya
memberikan sebuah paket kiriman yang dikirimkan untuk Qing Zhi tadi. Setelah
itu, temannya pergi meninggalkan Qing Zhi sendirian.
Isi surat : Xue Xin, apa kabar? Saat kau
menerima surat ini, mungkin aku sudah tidak ada didunia ini lagi. Jadi aku
memintamu untuk memecahkan teka-teki terakhir ini.
Ketika
membuka dan membaca surat yang dikirimkan padanya tersebut. Qing Zhi menjadi
sangat kaget dan ia menjatuhkan surat itu begitu saja kelantai.
Pada
saat itu, dari arah belakangnya Qing Zhi merasa bahwa seseorang sedang
mengawasinya. Jadi dengan perasaan masih kaget serta takut, Qing Zhi berbalik.
“Siapa
disana?” tanyanya, tapi belakang nya kosong, tidak ada siapapun. Bahkan waktu
Qing Zhi menatap kesekeliling kamar, semuanya kosong. Dan karena takut, dengan
kuat Qing Zhi mencengkram rok sendiri.
Dikamar
asrama Xia Chi. Meng Qin masih saja sibuk membahas tentang kasus Xue Xin, tapi
karena malas atau mungkin tidak terlalu tertarik, maka Xia Chi tidak bereaksi
apapun dan hanya menjawab ‘Oh’.
“Kamu
mengambil fotonya diam-diam? Lugu sekali,” goda Meng Qin, ketika Qing Zhi
menelpon ke hp Xia Chi.
Dengan
cepat, Xia Chi turun dari tempat tidur dan mau merebut hpnya. Tapi dengan lebih
cepat, Meng Qin mengelak dan lalu ia yang mengangkat telpon dari Qing Zhi.
“Halo,
Qing Zhi. Xia Chi sayang sedang merindukanmu,” sapa Meng Qin.
Ketika
Meng Qin berbicara seperti itu, maka Xia Chi segera berusaha merebut kembali
hpnya dan ia berhasil. Baru saja Xia Chi mengatakan halo, Qing Zhi langsung
bersuara seperti orang panik.
Qing
Zhi memberitahu bahwa ia baru saja menerima surat dari Ji Lu dan ia meminta
agar Xia Chi menolongnya. Pada saat itu, suara Qing Zhi yang panik terdengar
tidak jelas serta putus-putus.
Sehinga
Xia Chi menjadi panik dengan keadaan Qing Zhi. Apalagi saat telpon dari Qing
Zhi terputus begitu saja dan saat ia mencoba menelpon balik Qing Zhi tapi
gagal.
Xia
Chi ditemanin oleh Meng Qin, berdua mereka pergi keasrama Qing Zhi dan bertanya
kepada pengurus asrama. Tapi anehnya, pengurus asrama mengaku bahwa tidak ada
seorang pun murid perempuan bernama Qing Zhi dikamar 2609.
“Dia
sering menerima surat di sini. Matanya besar, rambut lurus,” jelas Xia Chi
sambil memeragakan dengan tangannya.
“Rambutnya
panjang dan ia sangat manis,” tambah Meng Qin, membantu.
Tapi
percuma, karena pengurus asrama itu tetap bilang bahwa ia tidak mengenal Qing
Zhi dan tidak ada satupun murid perempuan diasramanya yang bernama Qing Zhi.
“Mengapa
kalian berusaha menyelinap masuk asrama perempuan?” tuduh, pengurus asrama,
salah paham.
Ketika
itu teman asrama Qing Zhi muncul. Jadi melihat itu, Meng Qin langsung
menyapanya (Yu Ming), lalu menanyakan keberadaan Qing Zhi. Tapi anehnya, Yu Min
juga tidak tau siapa Qing Zhi itu.
“Berhenti
bercanda. Qing Zhi itu teman sekelasmu dan dia tinggal diasrama yang sama
dengan mu,” jelas Meng Qin. Tapi percuma juga.
Masih
tidak percaya dengan info yang mereka dapat, maka Xia Chi memberikan kode
kepada Meng Qing yang segera dimengertinya. Lalu dengan cepat, mereka berdua
berlari masuk kedalam asrama.
Mereka
masuk kedalam kamar Qing Zhin dan mencarinya. Tapi Qing Zhi tidak ada disana,
bahkan tempat tidurnya juga kosong. Sehingga mereka berdua menjadi heran.
“Kalian
kenapa? Ini asrama perempuan. Ikut aku menemui guru kalian,” tegur pengurus
asrama kepada mereka.
Ditaman
sekolah. Xia Chi masih bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada
Qing Zhi. Dan melihat Xia Chi yang seperti itu, maka Meng Qin pun mengakui
dengan jujur.
“Biarkan
aku bicara jujur. Sebenarnya.. aku juga tidak kenal Qing Zhi. Aku ikut-ikutan
tadi, karena kita saudara. Aku tak bisa membiarkanmu menderita sendirian. Kau
menjadi gila, kau mengalami delusi. Bisakah ka jelaskan?” kata Meng Qin seperti
khawatir sambil memegangin pundak Xia Chi.
Mendengar
penjelasan Meng Qin tersebut, Xia Chi pun menjadi ragu pada dirinya sendiri.
Dan mengira mungkin ia memang sudah gila.
Tags:
Die Now