Company name : Citizen Kane
Krit yang awalnya senang menjadi berubah
ketika ia melihat Nee datang ke tempatnya. Dan dengan sengaja Krit menghindari
Nee, tapi Nee yang ketika itu menyadari keberadaan Krit langsung berlari
mengikuti Krit.
“P’Krit aku minta maaf.”
“Apa kamu sudah berhenti berpikiran gila?”
tanya Krit, memastikan.
“Aku… sudah. Tapi aku masih mencintaimu
seperti sebelumnya,” aku Nee.
“Kalau begitu, pergilah,” balas Krit.
Saat Krit akan pergi meninggalkannya, Nee
langsung menahan tangan Krit dan meminta maaf. Ia lalu menjelaskan pada Krit
bahwa ia tidak mau Krit menikah, karena ia tidak mau Krit membuat kesalahan
yang sama kedua kali.
“Jangan membuat alasan,” balas Krit.
“Apa kamu mencintai dia? Aku? Aku hanya adik
angkatmu. Kita adalah saudara, tapi tidak pernah tinggal bersama. Kamu tidak
pernah mengingat ulang tahunku. Apa aku salah untuk menginginkan lebih daripada
itu?” kata Nee dengan sedih.
Krit dengan tegas membalas bahwa Nee telah
menyakiti pengantinnya. Dan Nee pun menjawab kalau ia hanya mengancam saja dan
ia masih mencintai Krit seperti sebelumnya, cinta seperti seorang abang. Tapi
Krit sama sekali tidak pernah mencintainya.
Menurut Nee, Krit hanya menggangap nya
sebagai anak jalanan yang dipungutnya. Seperti anjing dan kucing liar. Dan Krit
membenarkan semua itu.
“Aku mengangkatmu yang menyedihkan. Kita
tidak akan penah bisa seperti keluarga lain. Dan kamu tidak akan mendapatkan
apapun dariku, selain dari rasa simpati saja.”
Mendengar itu, Nee tambah makin sedih. Tapi
Krit tampak tidak peduli, malah dengan tegas ia menyuruh Nee untuk pergi. Maka
Nee pun berjalan untuk pergi, tapi sebelum ia keluar, ia berbalik dan memandangin
Krit.
“Pergi,” kata Krit lagi tampak memperdulikan
kesedihan Nee.
Ketika akhirnya Nee telah pergi. Krit
berbalik dan memandang kearah pintu.
“Tetap kuat. Dan cobalah untuk hidup
dijalanmu Nee,” kata Krit seperti menguatkan Nee.
Dilapangan. Dengan perasaan yang sangat
sedih, mengingat semua perkataan Krit padanya tadi. Nee berlari dengan sekuat
tenaganya untuk menekan rasa sedihnya, tapi tanpa sengaja ia terjatuh.
Tapi Nee tidak menyerah, ia berdiri dan kemudian berlari lagi. Dan tanpa
menyadari apapun, Nee menabrak Trai. Dan menyadari hal itu, Nee segera
menghapus air matanya.
Nee duduk sendirian dipinggir lapangan. Lalu
Trai datang menghampirinya, memberikan minuman padanya, duduk disampingnya, dan
membantunya menlap air mata serta keringatnya.
“Jika ini tentang kakakmu, lain kali hubungin
seseorang saja,” kata Trai. Setelah itu, ia menyerahkan handuk ditangannya pada
Nee, mengambil jasnya, dan bangkit berdiri untuk pergi.
Tepat sebelum Trai pergi meninggalkannya, Nee
langsung berbicara bahwa ia tidak memiliki siapapun lagi. Mendengar itu dan
melihat Nee yang mulai menangis lagi, maka Trai kembali duduk disebelahnya.
“Kamu punya. Tapi kamu harus keluar dari
dunia kecilmu. Kamu harus mencoba mencari teman. Berhubungan dengan orang lain.
Bukan hanya pergi kerja, pulang, dan kesepian. Bukankah kamu capek hidup
seperti itu?” kata Trai menasehati.
“Aku mendapatkan kamu sebagai teman.”
“Apa kamu bertanya padaku, jika aku mau
menjadi temanmu atau tidak?”
“Dan bagaimana tentang kamu yang mengikutiku
selama ini, apa maksudnya itu?”
“Aku ingin lebih daripada seorang teman,”
balas Trai, tegas.
Dan mendengar itu, Nee tampak sedikit
terkejut. Tapi lalu ia memutuskan untuk memikirkan itu dulu.
“Kamu tidak perlu memikirkan itu lagi. Karena
dalam hidup ini, tidak ada pria yang bisa mendekati kamu. Aku akan membawa mu
melihat dunia baru. Tapi dengan satu syarat, kamu harus berhenti bertemu kakak
angkatmu lagi,” balas Trai.
“Aku tidak bisa melakukan itu. P’Krit adalah
keluarga ku. Aku tidak bisa meninggalkan dia,” tolak Nee langsung sambil
menatap Trai.
“Tapi kamu meninggalkan satu-satunya teman
yang kamu punya,” balas Trai, tegas.
♪ Sudah berapa kali kamu melihat padaku ♪
♪ seperti aku ada seseorang yang tidak berarti bagimu? ♪
♪ Aku ingin kamu tau, aku ingin kamu mengerti kebenarannya ♪
Setelah itu Trai berdiri dan pergi
meninggalkan Nee, tapi saat ia belum benar-benar melangkah lebih jauh. Trai
berbalik dan menatap kearah Nee, tapi disana Nee hanya diam saja dan bahkan
tidak menghentikannya. Jadi Trai benar-benar melangkah pergi dari sana.
♪ Dan aku mungkin tidak bisa membuatmu mengerti segalanya ♪
♪ Tapi ada satu hal yaitu kebenaran yang tidak pernah berubah ♪
♪ Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu ♪
♪ Itu adalah cinta yang berasal dari hatiku ♪
Dan ketika Trai telah sangat jauh, Nee baru
berdiri dari duduknya dan lalu dengan suara yang sangat kecil, ia memanggil
nama Trai. Tapi tentu saja, Trai tidak bisa mendengarnya lagi.
♪ Tolong jangan lihat
aku sebagai orang lain ♪
♪ Bahkan walaupun aku
tidak ada dalam hatimu ♪
Yada mulai menuliskan laporannya untuk Krit. Laporan
yang merupakan cerita mengenai kesehariannya selama di Swizerland. Bahkan Yada
juga memasukan fotonya.
Hari 1
Aku pergi ke bandara jam 8 pagi. Hal
pertama yang aku lakukan adalah naik bus merah menuju sungai Limmat. Kemudian
aku berhenti untuk minum kopi di Grand Café Motta. Setelah itu aku berkeliling
kota.
Bekerja di Zurich lebih dari 5 tahun, itu
membuatku merasa seperti ini adalah rumah keduaku. Setiap kali aku kesini, aku
pergi ke tempat yang kurindukan. Aku tidak merasa capek ataupun jet lag. Tapi
sepanjang hari itu, aku berhenti makan malam di Weisser Wind dan kemudian balik
ke apatermen untuk bersiap bekerja di hari esok.
Aku sibuk berkeliling, sehingga aku lupa
untuk melaporkannya dengan Ayahku. SOZ. Apa itu menarik?
“Sangat menarik,” kata Krit setelah membaca
semua laporan yang ditulis oleh Yada kepadanya. Dan ada satu hal yang membuat
Krit tampak tertarik yaitu SOZ.
Hari 2
Aku bangun jam 6 pagi. Minum segelas
besar susu. Dan kemudian naik sepeda ke dekat Danau di Zurich.
“Haruskah aku menulis berapa kali aku ke
toilet, supaya lebih detail seperti yang ia mau?” tanya Yada pada dirinya
sendiri sambil tersenyum memikirkan itu.
Tepat ketika itu, Krit menelpon dirinya. Sehingga
Yada heran bagaimana bisa Krit menelponnya tepat ketika dia sedang komplain
tentangnya. Dan lalu Yada mengangkatnya.
“Hari pertama telah lewat. Pacarmu belum ada
terlibat. Tapi kamu harus mengirimkan satu lagi padaku setiap harinya. Karena aku tidak mempercayai dia. Oh.. apa
itu SOZ? Aku tidak tau itu. Aku hanya tau XOXO. Pelukan dan ciuman,” kata Krit
cepat.
“Yada pun menjelaskan pada Krit,”SOZ adalah ucapan
populer untuk maaf. Kamu mungkin tidak pernah menggunakan itu dengan siapapun
sebelumnya. ‘Aku minta maaf’, ‘Aku sedih’, apa kamu pernah mengatakan kata itu
kepada siapapun sebelumnya?” tanya Yada.
“Aku minta maaf. Dan aku merasa sedih untuk
apa yang akan aku katakan padamu. Waktu yang kamu minta dariku hampir habis.
Kamu harus bisa kembali ke hotel sekarang,” balas Krit untuk mengingatkan Yada.
Dan mendengar itu, Yada tampak terkejut, lalu
ia meminta agar Krit memberikan waktu 30 menit lagi padanya. Dan sebelum Krit
menjawab, Yada langsung memohon pada nya lagi. Sehingga Krit pun menyetujui
itu.
Tepat pada saat itu, Tassana datang dan lalu
masuk kedalam kantor Yada. Dan dari telpon, Krit yang mendengar suara pintu
dibuka, langsung menanyai Yada siapa itu yang bersama dengannya.
Dengan tidak jujur, Yada berbohong,”Aku
sedang sendiri. Aku harus cepat kembali. Bye,” kata Yada cepat dan lalu
mematikan telpon.
Dikarenakan pintu diruangannya adalah kaca,
maka seseorang yang berada diluar bisa saja melihat mereka. Jadi Yada pun
menutupinya menggunakan kain tirai. Setelah itu, ia memastikan pada Tasssana
bahwa tidak ada satupun bawahan Krit yang melihatnya datang kesini.
“Jangan khawatir. Aku datang melalui
belakang,” kata Tassana.
Mereka berdua lalu duduk disofa. Dan tanpa
berbasa-basi lagi, Tassana langsung menanyakan alasan Yada yang ingin
menemuinya. Ia menduga bahwa itu berhubungan dengan apa yang telah Yada lihat
di Hong Kong.
Jadi Yada pun menjelaskan bahwa ia percaya
jika Krit bisa lepas dari kehidupan gelapnya, maka Krit bisa memulai kembali
hidupnya. Dan ia melakukan ini untuk kedua belah pihak. Keluarganya dan Krit.
Menurut Yada jika Krit tidak perlu untuk
mengikuti perintah Pa, maka Krit tidak akan perlu menyakiti keluarganya lagi.
Mendengar itu, Tassana menjadi kaget, karena
ia tidak menyangka bagaimana bisa Yada berpikir bahwa Mr. Wong (Pa) adalah
alasan keluarganya hancur.
“Jadi siapa yang menyuruh dia? Jika bukan
Ayah angkatnya yang kaya itu,” tanya Yada. Dan Tassana tidak menjawab.
“Aku akan menemukan lokasi pencucian uang Mr.
Wong. Dengan ini, jika bisnis casino di Hong Kong bangkrut, mungkin itu akan
berdampak pada T-Mart,”kata Yada menjelaskan.
“Kamu melakukan sesuatu yang diluar
kemampuanmu,” balas Tassana.
“Kamu tidak akan bekerja sama denganku ?”
tanya Yada heran.
“Ini bukan apa…” balas Tassana.
Tapi sebelum Tassana selesai bicara, tiba-tiba
hp Yada berbunyi. Sehingga Yada pun mengakhiri pembicaraan mereka dan ia lalu
meminta agar Tassana membuat sebuah rencana untuk apa yang akan dihadapi oleh
T-Mart nantinya.
Setelah itu dengan terburu-buru, Yada pamit
pada Tassana.
Sesampainya dirumah, ketika baru turun dari
mobilnya. Kwan serta Khem langsung menghampiri dan menyambut Tassana. Bahkan
dengan agak terburu-buru, Kwan meminta agar Tassana segera mengikutinya.
“Tunggu. Tunggu. Tunggu. Kenapa kamu begitu
semangat? Aku harus mengambil barang dibagasi dulu,” kata Tassana dengan heran
pada sikap Kwan yang menarik tangannya.
Untuk menghentikan Tassana yang malah mau
mengambil barang dibagasi, maka Kwan meminta agar Khem menolongnya.
“Kamu memanggilnya P’Khem? bukankah kamu
terlalu cepat bergerak?” tanya Tassana, ketika Kwan memanggil P’Khem bukan Khun
Khem lagi.
“Aku bergerak cepat untukmu,” balas Kwan,
lalu mengajak Tassana mengikutinya. Dan Khem lalu juga ikut menarik tangan
Tassana untuk ikut bersama mereka.
Didalam sebuah ruangan, mereka berdua menunjukan
produk mereka kepada Tassana. Khem yang mendesaign aksesorisnya dan produk
utama mereka adalah glitter.
Dengan sangat senang, Kwan memakai topi
buatan mereka dan menunjukan itu kepada Tassana sambil tersenyum lebar. Serta
mereka lalu menunjukan juga produk mereka yang lain.
“Dan nama brand kita adalah …” kata Khem
bersemangat juga. Lalu secara bersama dengan Kwan, mereka menyebut,”AAG!”
“All about glitter. Semua kilauan yang kamu
mau, kami bisa membantumu, jika kamu membeli … AAG! Yay! Jelas Khem serta Kwan.
“Siapa yang membuat brand serta logo?” tanya
Tassana, serius.
“Aku membayar seorang desain grafis dari
perusahaan,” jawab Khem sambil mengangkat tangannya.
“Dan produk yang berbeda-beda, hanya harus
ada satu didunia.”
“Itu nilai jual kami,” jawan Kwan, kali ini.
“Berapa banyak produk yang akan kamu produksi
dalam sehari? Berapa banyak itu akan terjual? Kamu mungkin akan menghabiskan
lebih dari 100.000 hanya untuk menyiapkan segalanya di awal. Desaigner tidak
akan mau kalau hanya 1000-2000 untuk logo desaign. Bukankah itu benar Khun
Khem?” tanya Tassana dengan serius.
Dan mereka berdua hanya bisa diam saja. Lalu karena
hal itu, dengan kecewa Kwan langsung bilang bahawa semuanya jadi tidak
menyenangkan. Dan mendengar itu, Tassana langsung membalas bahwa bisnis bukan
untuk bermain.
Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Dan lalu
Tassana keluar meninggalkan mereka, ia pergi untuk mengambil barang
belanjaannya dari dalam bagasi mobil. Khem sendiri dengan segera langsung
mengikuti Tassana.
“Aku minta maaf, karena kami tidak
membicarakannya denganmu dulu. Itu hanya beberapa dari 100.000. Pertimbangkalah
itu sebagai pelajaran,” kata Khem meminta maaf dan menjelaskan pada Tassana.
Dan mendengar itu, Tassana menjadi marah,”Hanya
beberapa dari 100.000 bisa untuk membantu banyak hal. Bahkan walaupun kamu
punya uang, kamu tidak bisa hanya membuangnya untuk beberapa lembar kertas. Kamu
harus memikirkan itu dulu sebelum kamu melakukan sesuatu.”
Khem lalu berjanji bahwa ia tidak akan
menghabiskan uang itu begitu saja. Ia akan belajar untuk menghasilkan
pendapatan dari pekerjaan ini. Dan ia meminta agar Tassana mau mengajarinya.
Kwan yang melihat dari jauh, datang
menghampiri mereka. Ia membela Khem dan lalu meminta agar Tassana tidak
memarahi mereka.
“Aku tidak marah. Aku mengajari kalian. Kita akan
menyelesaikan satu masalah ini nanti,” balas Tassana sambil tersenyum. Lalu ia
memegang kepala Kwan,”Siapa yang akan memarahi gadis yang berulang tahun? Pergi
tuang air,” kata Tassana lembut.
Dan dengan senang, Kwan balas tersenyum dan
kemudian masuk kedalam rumah.
Khem terkejut karena ternyata ini adalah hari
ulang tahun Kwan. Dan Tassana langsung menjelaskan bahwa ia tidak tau caranya
merayakan ulang tahun, jadi mereka hanya makan makanan yang special untuk hari
ini.
Saat Tassana akan ikut masuk kedalam, Khem
langsung memegangin tangan Tassana.
“Kamu tidak bisa. Jika kamu hanya
merayakannya seperti ini, aku menolak,” kata Khem. Dan lalu mereka saling
tersenyum.
Ketika baru pulang. Krit langsung menyambutnya
dengan omelan, karena Yada menghabiskan waktu 3 jam. Dan mendengar itu, Yada
langsung beralasan bahwa itu karena macet serta ia lalu bertanya balik pada
Krit, apa Ia harus terbang dari sana ke sini.
Sehingga Krit tidak bisa menjawab.
Krit lalu membahas bahwa tadi Ping bilang
padanya, kalau selama dikantor, lebih dari sejam, Yada menolak dia untuk
memperhatikannya dari depan pintu. Jadi Yada pun membalas bahwa itu karena apa
yang akan orang lain pikirkan, bila ada seorang bodyguard yang mengawasinya
dikantor seperti itu.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Krit, tegas.
“Menulis laporanku di Switzerland. Berbicara kepada
lab di Zurich, membalas e-mail, mencek kemasan baru. Mengambil night cream
untuk mengujinya. Menyuruh sekretarisku bekerja dan berbicara kepada bagian IT,”
jawab Yada menjelaskan segalanya.
“Night cream adalah produk barumu? Kamu bilang
kamu mengambil night cream untuk diuji,” balas Krit, sehingga Yada menjadi
salah tingkah dan gugup dalam menjawab.
“Dimana itu?”kata Krit menantang, ketika Yada.
Dan hal itu membuat Yada yang ingin masuk kedalam kamar secepatnya, jadi
terhenti.
Yada pun langsung membelakangin Krit dan
mulai berpikir dengan keras. Ia lalu memeriksa dompetnya dan menemukan sebuah
botol cream kecil (yang ntah untuk apa) didalam tasnya. Setelah itu, ia
menunjukan itu pada Krit.
“Jadi cobalah itu untukku,” kata Krit seperti
menantang Yada lagi. Sehingga Yada makin terpojok dan tidak bisa menjawab.
Setelah selesai mencuci mukanya, Yada
mengambil cermin dan bersiap. Ia tampak ragu untuk memakai cream itu, tapi saat
Krit dengan serius memperhatikan dirinya. Maka Yada pun terpaksa mengambil
cream itu untuk dipakai.
“Cream apa ini?” tanya Yada pada dirinya
sendiri, bingung dengan cream apa sebenarnya itu.
“Aku hanya memakai cream, mengapa kamu
melihat?” tanya Yada, karena ragu.
“Aku tidak percaya,” balas Krit, lalu
bergerak duduk disamping Yada.
“Aku bukan seekor ikan mas, tidak perlu
melihat seperti itu,” kata Yada dengan nada sinis pada Krit. Tapi tetap saja,
Krit tidak mau pergi dan terus memperhatikannya.
Dan karena hal itu, Yada menjadi ragu
sendiri. Apalagi saat ia mencium aroma cream tersebut yang mungkin saja sudah
kadaluwarsa. Tapi dengan terpaksa ia harus memakai cream itu.
Menguatkan dirinya. Yada memakai cream itu,
ia mengambil sedikit dengan jarinya dan memakai itu diwajahnya sambil berbicara
kepada Krit, menjelaskan bagaimana cara memakai cream yang benar.
Dan sambil tersenyum, Krit terus memandangin
dan mendengarkan penjelasan Yada.
Dengan usil, Yada beralasan bahwa ada cream
tertentu, dimana ia harus menggunakan banyak dan menghangatkan nya dulu. Yada mengambil
cream dengan banyak dan lalu mengosok – gosoknya ditangan.
Setelah itu dengan agak kasar, Yada memakaikan
cream itu diwajah Krit. Dan Krit hanya diam saja, tidak bergerak.
“Bagaimana? Teknik ini, aku lakuin gratis
loh. Tidak dibayar. Lihat kamu!” kata Yada merasa senang memakai kan cream itu
diwajah Krit.
“Terima kasih… untuk memberikanku teknik ini.
Aku benar- benar suka itu,” balas Krit.
Mendengar itu, Yada langsung berhenti dan mau
melepaskan tangannya dari pipi Krit. Tapi dengan cepat, Krit menahan tangannya.
“Kamu yang mendekatiku duluan,” kata Krit dengan
lembut.
“Khun Sharkrit,” balas Yada, lalu sambil
mendorong wajah Krit, ia memberitahu bahwa cream itu telah kadaluwarsa. Setelah
itu dengan cepat, Yada berlari masuk kedalam kamarnya.
Awalnya Krit memang tampak kaget. Menggunakan
cermin ia melihat wajahnya sendiri. Lalu setelah itu, ia tersenyum, mengingat sikap
Yada yang seperti tadi.
Makasih,smp tuntas ya
ReplyDelete