Network: Sohu
TV
Melihat
Xia Chi yang meragukan diri sendiri, membuat Meng Qin tertawa girang karena
berhasil mengerjai nya.
“Aku
hanya bercandalah. Kau begitu imut, saat kau tak bisa berkata-kata,” aku Meng
Qin sambil memegangin pipi Xia Chi dengan gemas.
Dan
menyadari hal itu, Xia Chi pun menjadi kesal dan melepaskan tangan Meng Qin
dari pipinya. Lalu dengan serius, Meng Qin menyebutkan bahwa ia memilki bukti
bahwa Qing Zhi itu nyata.
Kembali
keasrama. Meng Qin membuka rekaman syuting mereka dan memperlihatkan itu kepada
Xia Chi. Tapi alangkah kagetnya, saat ternyata wanita yang berada dalam rekaman
itu bukanlah Qing Zhi.
“Shu
Shi Yan? Mustahil. Ini tidak mungkin! Kita sudah mengenal Qing Zhi sejak lama.
Bagaimana mungkin dia tidak nyata?” kata Meng Qin, tidak percaya.
“Kau
bilang ini bukti kuat. Jadi berkencan dengannya, menyatakan cinta padanya. Itu
semua hanya delusiku?” kata Xia Chi dengan tidak percaya juga. Dan pada saat
itu sebuah koin terjatuh dari sakunya.
Melihat
koin tersebut, Xia Chi menjadi teringat. Dulu Qing Zhi pernah memberikan hadiah
kepadanya, yaitu koin tersebut.
“Ini
koin untuk membuat permohonan. Ada dua. Aku sudah simpan yang satunya di sumur
permohonan. Katanya, kalau kau menyimpannya, kau akan selalu mendapat nasib
baik. Sampai permohonanmu dikabulkan,” jelas Qing Zhi.
Mendengar
itu Xia Chi mengembalikan koin itu dan meminta agar Qing Zhi saja yang
menyimpannya, tapi Qing Zhi menolak. Karena permohonanya telah terkabul.
“Permohonan
apa?” tanya Xia Chi penasaran.
“Rahasia,”
balas Qing Zhi.
Setelah
mengingat semua itu, Xia Chi dengan yakin berkata pada Meng Qin bahwa mereka
tidak sedang berdelusi. Karena Qing Zhi itu nyata. Dan sambil memutar koin itu
ditangannya, Xia Chi mendapatkan ide.
“Ji
Lu. Qing Zhi mengatakan lewat telpon, kalau dia menerima surat dari Ji Lu. Aku
tanya, apakah kasus Ji Lu itu kisah nyata?” tanya Xia Chi langsung.
“Tentu saja. Aku melihat sendiri dalam berkas pamanku,”
jawab Meng Qin dengan yakin.
Malam hari. Berdua, Xia Chi serta Meng Qin pergi menemui
paman di kantor. Dan walaupun heran kenapa mereka tiba-tiba ingin melihat itu,
tapi paman tetap mencarikan dan memberikannya pada mereka.
“Isi surat ini benar-benar sama dengan informasi yang
kita punya. Kelihatannya kuncinya adalah kode angka ini. Dan dikartu ini. Tapi
tidak ada nama dikartu ini,” jelas Xia Chi, membuat kesimpulan.
“Petunjuk utama kita sekarang hanyalah kode angka ini,”
tambah Meng Qin.
Dengan lirikan mata saja, Meng Qin langsung mengerti
maksud Xia Chi. Jadi sambil berpura-pura haus dan tidak tau arah, Meng Qin
mengajak pamannya untuk pergi bersama.
Dan saat Meng Qin serta paman telah pergi keluar ruangan,
maka dengan cepat Xia Chi memotret semua barang yang ada, satu persatu.
“Kalau
kau datang kembali karena kejadian aneh ini, aku benaran akan memberitahu
ayahmu,” ancam paman pada Meng Qing. Yang tentu saja dengan cepat Meng Qin
berjanji bahwa ia tidak akan kembali lagi.
Tampaknya
ada seseorang yang mengawasi mereka berdua, Xia Chi dan Meng Qin. Terlihat dari
sebuah layar, Meng Qin berbicara sendiri serta membungkuk berkali-kali. Dan Xia
Chi berdiri diam disebelahnya.
Sedangkan
paman sama sekali tidak ada di dalam rekaman itu.
Setelah
pergi dari gedung kantor pamannya, Meng Qin menjelaskan kepada Xia Chi. Yaitu
bahwa selama ini belum ada satupun orang yang
berhasil memecahkan teka-teki itu, bahkan tim pamannya juga.
“Tak
ada yang tak bisa kita pecahkan,” kata Xia Chi dengan tenang.
“Xia
Chi adalah yang terbaik!” puji Meng Qing.
Dengan
serius, Xia Chi memperhatikan surat serta kertas teka-teki yang difotonya tadi.
Dan pada saat itu, ia menyadari bahwa dalam surat Ji Lu, ada tiga spasi sebelum
setiap baris.
“Tiga
spasi? Didepan setiap baris? Apa maksudnya?” tanya Meng Qin sambil ikut
memperhatikan surat tersebut.
Xia
Chi membuat kesimpulan jika setiap huruf pada surat berhubungan dengan teka-teki
angka yang ada. Jadi angka tiga adalah kuncinya. Lalu Xia Chi mulai mengubah
setiap huruf yang ada menjadi sebuah angka.
Pada
saat itu, seperti sebuah layar besar. Angka itu muncul dan tampak timbul
dihadapan mereka berdua. Sehingga Meng Qin menjadi kaget karena heran.
“Apa
yang terjadi ini?” tanya Men Qin.
Sedangkan
dengan masih tenang. Xia Chi menarik angka-angka yang banyak itu kebawah,
sehingga tinggalah angka 162111220. Lalu Xia Chi mengubah angka-angka tersebut
menjadi huruf alfabet. AFBAAABB0.
“Apa
ini? Lebih buruk dari angka,” kata Meng Qin kebingungan.
Dengan
lebih serius, Xia Chi kembali berpikir keras. Dan akhirnya ia mengerti, lalu
dengan tenang ia mulai memisahkan setiap angka dari belakang menjadi dua
tanggal. 1, 6, 2, 11, 12, 20. Sehingga terbentuklah huruf AFBKLT.
“Ah..
tidak bisa melepaskan.. dua hari?” kata Meng Qin tampak mulai mengerti sedikit.
“Ini
pergeseran sandi Caesar,” jelas Xia Chi, singkat.
Setelah
mengerti dengan maksud Xia Chi, maka Meng Qin mulai mengubah setiap huruf itu,
sesuai dengan sandi caesar, yaitu memilih huruf dan memindahkannya tiga urutan
dalam alfabet.
A
adalah D. F adalah I. Dan seterusnya, sehingga akhirnya terbentuklah kata DIE
NOW.
Ketika
akhirnya mereka berdua telah berhasil memecahkan teka-teki, tiba-tiba saja
dihadapan mereka muncul sebuah pintu yang tampak seperti lambang sesuatu.
Dan
dengan agak ragu, Meng Qin memasukan satu tangannya. Lalu setelah itu ia
menarik tangannya kembali dan menjadi terpukau,”Wah, Pintu kemana saja.”
“Bukan.
Kupikir ini seperti lorong ruang-waktu. Mungkin Qing Zhi berada didalamnya,”
kata Xia Chi, setelah itu dengan berani, ia masuk kedalam nya.
Dan
melihat itu, maka Meng Qin mengikutinya masuk kedalam pintu itu juga. Pada saat
itu, tampak ada sebuah kamera CCTV didekat tempat itu.
Dilayar,
terlihat Meng Qin yang menghilang begitu saja ketika sedang berjalan. Dan pintu
itu sama sekali tidak terlihat didalam kamera.
Ketika
telah melewati pintu itu, dengan kebingungan Meng Qin bertanya-tanya dimana
mereka sebenarnya saat ini. Dan bukannya menjawab, Xia Chi malah pergi
meninggalkan Meng Qin.
Dan
menyadari hal itu, Meng Qin segera mengikutinya.
Saat
mereka berdua masuk kedalam sebuah bar. Disana ada seorang pelayan wanita yang menyapa
mereka. Tapi tanpa berbasa-basi Xia Chi langsung menunjukan foto Qing Zhi di
hpnya dan menanyakan apa pelayang tersebut pernah melihat gadis dihpnya.
“Apakah
Anda memiliki kartu anggota?” tanya pelayan tersebut dengan sopan, tapi tegas.
“Tidak.
Ini kali pertama kami ke sini,” jawab Xia Chi, jujur.
“Maaf,
aku belum pernah melihat gadis ini,” balas pelayan itu.
“Hei,
maksudmu kalau kami punya kartu anggota, maka kamu akan mengenali dia?” tanya
Meng Qin, nampak heran.
“Aku
tidak pernah berkata seperti itu,” balas pelayan, tenang.
“Kalau
begitu bisakah kami membuat kartu anggota sekarang?” tanya Meng Qin lagi.
“Maaf,
toko ini tidak punya kartu anggota,” balas pelayan tersebut.
Meng
Qin menjadi emosi karena pelayan tersebut berbohong kepada mereka, padahal baru
saja pelayan tersebut menanyai hal itu. Dan karena tidak mau mencari masalah,
Xia Chi langsung menenangkan Meng Qin.
Setelah
itu, pelayan tersebut memberikan buku menu pada mereka. Dan alangkah kagetnya
Meng Qin saat melihat harga minuman yang ada dimenu, sehingga ia mulai mengomel
lagi.
Sedangkan
Xia Chi sendiri tidak mau melihat menu, malah ia tampak tertarik dengan bar
tersebut. Lalu saat Meng Qin menjadi marah kembali, Xia Chi langsung
menenangkannya lagi.
“Itu
karena mereka tidak berniat menjalankan bisnis,” jelas Xia Chi. Lalu setelah
itu, ia bertanya kepada pelayan tersebut. Dan pelayan tersebut mempersilahkan
dia.
“Kemana
perginya ruang yang hilang? Saat aku diluar, tempat ini terlihat cukup besar.
Tapi saat kami masuk, jelas sekali tempat ini tidak seluas kelihatannya. Jadi
aku ingin bertanya, dimana ruang yang hilang?” tanya Xia Chi dengan serius.
Dan
pelayan tersebut tersenyum, lalu ia memencet bel dimejanya. Setelah itu sebuah
pintu terbuka untuk mereka masuki.
“Kamu
boleh memilih untuk tidak masuk,” jelas pelayan itu singkat. Dan tanpa ragu,
Xia Chi melangkah kearah pintu itu.
Sebelum
masuk, Xia Chi meminta agar Meng Qin tetap menunggunya. Dan jelas saja, Meng
Qin menolak dan tetap mau ikut bersama Xia Chi.
“Kau
duluan,” kata Meng Qin tiba-tiba dengan serius, sehingga Xia Chi tersenyum
melihatnya. Lalu akhirnya mereka berdua pun masuk kedalam. Sedangkan diluar,
lampu didalam serta luar bar tampak berkedip-kedip.
Didalam
pintu, ada begitu banyak tangga panjang yang berputar-putar. Dan dengan pelahan,
mereka melangkah turun bersama. Dan akhirnya tibalah mereka di suatu ruangan
berbentuk bulat dan tertutup oleh kaca besar.
“Selamat
datang. Selamat datang di Die Now,” sambut seorang wanita berambut pendek.
Tags:
Die Now