Company name : Citizen Kane
Khem
membantu merawat Khem yang sedang sakit. Begitu juga dengan Tassana. Dan ketika
itu, tiba-tiba saja Kwan mulai berbicara seolah-olah ia akan mati sebentar
lagi.
Dan
tentu saja, Tassana tidak suka mendengar itu. Jadi ia mengambil bunga yang
didapatkan Kwan tadi dan ingin membawanya keluar. Tapi Kwan menyuruh Tassana
menunggu sebentar, lalu dari jauh ia memandangin bunga itu.
“Bunga
nya sangat harum. Aku sudah lama tidak menciumnya. Aku tidak mungkin bisa menjadi
pendamping pengantin. Dan aku membuat P’Na tidak bisa menikah juga,” cerita
Kwan kepada Khem, setelah Tassana pergi.
“Kamu
terlalu stress saja,” balas Khem dengan lembut.
Kwan
lalu menceritakan bahwa dulu Tassana mempunyai seorang pacar, tapi karena
Tassana harus selalu menjaganya, maka ia putus dengan pacarnya. Dikarenakan pada
saat itu, pacar Tassana tidak senang untuk membagi Tassana kepada Kwan.
Khem
menghibur Kwan, ia membalas agar Kwan tidak terlalu mendengarkan mantan pacar
Tassana itu. Karena ia tidak merasa seperti itu, malah ia sangat senang setiap
datang kerumah mereka.
“Untuk
wanita yang hanya mencintai Khun Na tapi tidak mencintai kamu, kamu bisa menyingkirkan
mereka dari hidupmu,” jelas Khem.
Tassana
yang telah selesai membuang bunga itu, kembali kedalam dan mendengarkan semua
perkataan Khem. Lalu ia tersenyum.
“Kamu
mencintaiku kan?” tanya Kwan kepada Khem.
“Tentu
saja,” balas Khem.
“Kamu
mencintaiku jadi kamu harus mencintai P’Na. Itu peraturannya,” kata Kwan,
sehingga Khem heran. Lalu Khem menyadari, saat Kwan tersenyum sambil menatap Tassana
yang sedang berdiri dibelakang.
Dan
ketika itu, Khem tersenyum.
Tassana
duduk diluar dengan perasaan yang sangat gugup, lalu ia mulai memberanikan
dirinya untuk berbicara kepada Khem. Dan tepat ketika, ia baru mau masuk lagi
kedalam, Khem keluar menemuinya.
Secara
serempak Khem serta Tassana saling menyapa, sehingga suasana menjadi agak
canggung.
“Kamu
duluan,” kata Tassana sambil tersenyum kepada Khem.
“Apa
kamu yang mengajari Kwan untuk berbicara seperti itu?” tanya Khem langsung.
“Kamu
yang telah membuat peraturan. Mencintai kakak, mencinta adik. Mencintai adik, mencintai
kakak juga. Atau dia harus disingkirkan dari hidup kami,” jelas Tassana,
tenang.
Khem
merasa lucu dengan penjelasan Tassana dan mulai menjelaskan alasannya, ternyata
ia berbicara seperti itu hanya karena Kwan menyalahkan dirinya. Lalu Khem juga
memberitahu bahwa selama ini, Tassana hanya kurang berani mengejar seseorang
dan itu tidak berhubungan dengan adiknya.
“Aku
hanya tidak cukup berani untuk mengejar wanita yang tidak single,” jelas
Tassana membenarkan.
“Jika
wanita itu single, tidak terikat dengan siapapun. Ditambah dia kira dirinya
sudah lebih dewasa?” tanya Khem, tampak seperti memberikan kode.
“Bukan
hanya tidak terikat. Dia harus tidak punya perasaan apapun lagi, tidak merasa
sakit, ketika dia melihat orang itu bersama yang lain,” balas Tassana.
“Jika
kamu mau aku melupakan tentang cinta pertamaku, melupakan segalanya, maka kamu
harus menunggu,” jelas Khem, lalu berbalik untuk pergi.
Dengan
segera, Tassana menahan tangan Khem. Ia menggegam tangan Khem,”Berapa lama aku
harus menunggu?”
“Aku
tidak tau. Jika kamu tidak mempercayaiku, maka kamu harus menunggu,” kata Khem,
lalu melepaskan tangan Tassana dan berbalik.
Untuk
kedua kalinya, Tassana menghentikan Khem lagi dan ia menyebutkan bahwa ia mau
menunggu. Dan dengan senang, Khem berbalik menghadap dan menatap Tassana.
Dengan
senang, Krit menatap makanan yang telah disiapkan diatas meja. :alu pada saat
itu, Yada datang dan menyalakan lampu ruang makan.
“Aku
tidak dalam mood yang romantis sekarang,” jelas Yada singkat. Dan Krit pun
meminta maaf serta menahan Yada.
Krit
menarikan kursi untuk Yada duduk, lalu ia duduk dihadapan Yada. Krit
menjelaskan bahwa pihak hotel memberikan mereka sampaye untuk pengantin baru. Bahkan
ada strawberry dan Chocolate juga.
“Bagaimana
kamu bisa hidup seperti ini? Kamu orang yang keras, karena kamu tidak punya
rumah. Aku sebenarnya bersimpati denganmu. Ayahku pernah bilang, tidak peduli
apa ia baik atau jahat, mereka masih keluarga kami,” jelas Yada kepada Krit.
“Di
pernikahan hari ini, apa kalian masih keluarga?” balas Krit dengan pertanyaan
yang menusuk.
Mendengar
itu, Yada pergi meninggalkan ruang makan. Dan Krit dengan kesal, berdiri dan
tidak jadi makan.
Krit
menghampiri Yada dan menahan Yada yang tiba-tiba saja mau menjauhinya. Krit lalu
mengangkat lengan baju Yada dan melihat bekas kemerahan ditangan Yada akibat
kejadian saat bersama Nee sebelumnya.
Dan
dengan cepat, Yada menutupinya.
Krit
meminta maaf kepada Yada menggantikan Nee. Dan Yada menerima, karena menurutnya
Nee tidak bersalah, bahkan Yada mengerti alasan Nee melakukan itu. Lalu Yada
meminta agar Krit berbicara dengan Nee.
“Okay.
Aku akan bicara dengan Nee. Apa kamu senang sekarang?” tanya Krit, mengiyakan.
Saat
Yada ingin pergi, Krit kembali menahan Yada dan menanyakan perasaan Yada
kepadanya.
“Aku
sadar. Perasaanku padamu, aku sudah katakan. Aku membenci..mu,” balas Yada,
lalu melepaskan tangan Krit yang memegangnya.
“Aku
juga sudah bilang. Aku akan membuat kamu mencintai apa yang kamu benci. Dan suatu
hari, kamu akan berlari kepelukanku,” kata Krit, lalu menarik dan memeluk Yada
dari belakang.
Dan
tentu saja, Yada tidak mau dan melawan serta meminta agar Krit melepaskannya. Tapi
dengan kuat, Krit menahan Yada dan sama sekali tidak mau melepaskannya.
Tassana
memperlihatkan ruangan yang akan menjadi ruang kerja mereka bertiga nantinya,
sesuai dengan janji mereka yang ingin menjalankan bisnis bersama.
Ketika
Khem tau bahwa Tassana serta Kwan tidak memiliki orang tua lagi, maka Khem
menjadi penasaran dan menanyakan tentang Krit juga. Dan Tassana pun menjadi
cemburu.
“Ayo
tunggu sampai kamu benar-benar melupakan tentang Krit dulu, baru kamu bisa
kembali ke sini. Mungkinkah bukan hanya aku yang memimpikan ini?” tanya
Tassana. Dan Khem terdiam.
Dikamar.
Yada menjadi gugup lagi saat Krit mengikutinya. Dan dengan tenang, Krit
memberitahu bahwa ia hanya mau menemani Yada hingga tertidur.
“Apa
kamu mendongeng padaku juga?” sindir Yada.
“Aku
hanya tau cerita dewasa. Kamu mau dengar?” balas Krit, tenang. Dan karena itu,
Yada sama sekali tidak bisa lagi membalas, malah ia tambah gugup dan takut.
Melihat
reaksi Yada, Krit tersenyum, lalu dengan tenang, ia naik keatas tempat tidur. Dan
tentu saja, Yada langsung protes, tapi Krit tetap tenang serta membalas bahwa
ia tidak melakukan apapun, ia hanya berbaring saja.
Krit
lalu menepuk bantal disebelahnya serta menyuruh Yada juga ikut berbaring. Dan dengan
agak canggung, Yada akhirnya naik keatas tempat tidur. Lalu dengan cepat, Yada
memakai selimut untuk menutupi dirinya.
Krit
menarik selimut karena ingin pakai juga, tapi dengan sangat cepat Yad menarik
semua selimutnya. Setelah itu, ia beralasan bahwa ia telah mengantuk, jadi Krit
bisa kembali ke kamarnya sendiri.
“Percaya
aku. Kamu tidak akan bisa tidur sendirian di tempat tidur besar ini. Suatu saat,
kamu akan berlari ke kamarku untuk tidur denganku, Da,” kata Krit dengan
lembut.
“Mengapa
kamu menyebutkan namaku?” tanya Yada, karena Krit tidak memakai kata Khun Da
tapi ‘Da’ langsung.
“Ketika
kau melakukannya, itu membuatku merasa dekat denganmu. Kamu bisa memanggil
namaku juga. Memanggilku dengan ‘Khun’ seperti ada jarak,” jelas Krit.
Yada
dengan sikap yang menantang, ia tetap memanggil Krit dengan Khun. Tapi Krit
tidak marah atau kesal, malahan ia tersenyum lembut. Lalu Krit menarik Yada
kedalam pelukannya.
“Aku
hanya ingin memelukmu. Aku janji,” ucap Krit.
“Kamu
sudah memelukku selama berjam-jam tadi,” ngomel Yada, pelan.
Tiba-tiba
saja Krit bercerita dan meminta Yada untuk mengingat bahwa saat seorang
laki-laki dan wanita tidur diatas tempat tidur yang sama, lalu si laki-laki
bilang bahwa ia hanya ingin memeluknya, itu berarti ia berbohong.
Saat
mendengar itu, Yada menjadi terkejut dan menoleh melihat kearah Krit. Dan tepat
ketika itu, Krit langsugn menciumnya. Dengan
marah, Yada mendorong Krit menjauh darinya.
“Dan
janji yang dibuat diatas tempat tidur, tidak berarti. Apa itu menyenangkan,
malam pertama kita?” tanya Krit santai.
Yada
dengan kesal, melemparkan bantalnya.
“Kamu
memerah,” kata Krit sambil tersenyum dan menatapnya. Sehingga Yada menjadi
tampak malu dan lalu ia menutupi dirinya sendiri dengan selimut.
Setelah
Krit keluar dari kamar, Yada membuka selimutnya lagi.
Diruang
makan. Mon dengan sengaja terus saja menyindir tentang Yada yang telah tidak
ada lagi. Serta tentang Khem yang dulu pernah seperti itu juga, hanya pacaran
sebentar, habis itu mau menikah.
Dilok
menjadi marah kepada Mon dan Chat yang bertingkah seperti itu. jadi ia
meninggalkan ruang makan. Dan setelah itu, Mon serta Chat juga bangkit berdiri
dan meninggalkan ruang makan.
Trai
mengikuti Khem keluar dan menanyakan apakah Khem masih marah kepada Yada. Dan
tentu saja, Khem tidak menutupi sama sekali bahwa ia masih marah.
“P’Da
dikhianati oleh Khun Kasin, jadi ia butuh perlindungan. Dan orang seperti Khun
Sharkrit bisa dengan mudah membuat wanita jatuh padanya,” jelas Khem emosi.
Trai
menghentikan Khem yang mau pergi begitu saja,”Sharkrit melakukan banyak hal
pada kita, jadi dia tidak bisa menjebak P’Da untuk mencintainya,” bela Trai.
Tapi
Khem sama sekali tidak mau mempercayai perkataan Trai dan tetap menggangap Yada
bersalah.
Seperti
biasa, Mon memeriksa tekanan darah Dilok dan pada saat itu ia mengingatkan
Dilok agar tidak terlalu banyak emosi, karena itu bisa mengakibatkan dirinya
sendiri masuk kerumah sakit.
Tapi
bukannya menghargai nasihat Mon, Dilok malah menyuruh Mon agar tidak mengatakan
hal sial seperti itu padanya.
Mon
menjadi marah, karena Dilok sama sekali tidak pernah memperlakukannya sebagai
seorang istri. Dan bukannya bersikap perhatian, Dilok malah menyebutkan bahwa
seorang istri bisa dibeli dengan uang.
“Ketika
Chat menikah, aku akan pindah dengannya,” kata Mon dengan emosi.
“Mmh..
kapan?” balas Dilok seperti meremehkan Mon.
Tepat
ketika itu, Chat berteriak memanggilnya dan memberitahu bahwa Kasin telah
menghubunginnya. Dan lalu Mon tersenyum kepada Dilok serta menjawab.
”Dia
akan segera menikah. Ketika Chat menikah, aku bisa meminta berapa banyak pun
pelayanan yang aku inginkan. Tapi anak kamu, kamu memberikan nya secara gratis
pada pria itu.”
Mon
menjadi terkejut, saat ia menghampiri Chat dan lalu anaknya itu memberitahu
bahwa Kasin menelpon untuk meminta pertolongan.
Ditempat
Yada menikah kemarin. Mon dan Chat berkeliling dan berusaha mencari Kasin, tapi
sayangnya mereka tidak bisa menemukan Kasin dimanapun.
Walaupun
heran, kenapa Kasin meminta tolong. Tapi Chat dan Mon tetap mencarinya.
“Khun
Kasin! Khun Kasin! Khun Kasin! Khun Kasin, dimana kamu?” teriak Chat dengan
keras memanggil nama Kasin.
“Tenang!”
potong Mon. Lalu mereka mendengar suara teriakan Kasin yang meminta tolong.
Bukannya
segera datang menolong, Mon serta Chat malah beradu pendapat. Chat menunjuk
kearah kanan. Sedangkan Mon menunjuk kearah kiri.
Ternyata
Kasin sedang terikat dipohon, sepertinya akibat kejadian kemarin. Dan dengan
bersusah payah, ia mencoba meraih hp dengan kakinya. Serta terus berteriak
meminta tolong.
Pada
saat itu, sambil berlarian, Mon dan Chat menghampiri Kasin.
Ketika
mengetahui penyebab kenapa Kasin bisa diikat seperti itu, Mon segera menarik
tangan Chat menjauh. Dan mereka lalu mulai berdiskusi.
“Jangan
tolong dia. Dia pergi dan melarikan diri dengan mantan pacarnya. Jadi tinggalkan
saja dia disini,” bisik Chat kepada Mon.
“Bagaimana
tentang pernikahannya?” balas Mon bertanya.
Kasin
mulai tidak tahan dan menyuruh mereka berdua untuk berhenti berdiskusi dan
menolongnya. Bahkan Kasin menyebutkan
tentang pernikahan untuk membujuk mereka.
Karena
tidak percaya akan kata Kasin nantinya, maka Chat dan Mon membuat rencana. Pertama
Chat melepaskan satu tangan Kasin dari tali. Kedua Mon mengambil kertas, lalu
menyuruh agar Krit menandatanganinnya.
“Apa?
Siapa yang berani tanda tangan diatas kertas kosong?” tolak Kasin.
“Tanda
tangan saja! Tanda tangan dan aku akan print keluar untuk surat pernikahan,”
jelas Mon tegas. Dan itu membuat Kasin menjadi ragu.
“Tapi
jika kamu tidak mau, maka kamu harus tinggal disini dan berkerut dibawah panas
nya matahari. Tapi jika kamu beruntung, mungkin seseorang akan datang dan
menolong kamu, itupun jika mereka melihatmu!” ancam Chat.
Kasin
masih ragu dan ingin menolak, tapi dengan kuat Mon dan Chat tetap memaksa Kasin
untuk menanda tanganinnya. Sehingga akhirnya, mau tidak mau, Kasin pun menanda
tanganinnya.
“Dan
lepaskan Yada, atau kamu akan mati!” ancam Chat lagi sambil memegangin muka
Kasin dengan kasar. Setelah itu dengan senang Chat dan Mon berhigh five serta
tertawa riang.
“Keluarga
ini gila,” omel Kasin sambil melepaskan tali yang mengikatnya.