Company name : Citizen Kane
♪ Mengapa? Mengapa aku seperti ini? ♪
Dijalanan
panjang yang sunyi dan pemandangan yang indah. Krit mengedarai mobilnya.
♪ Aku sendiri tidak bisa menjawab mengapa aku bermain dengan game
mu ♪
Krit
memandang kearah Yada yang hanya diam saja.
♪ Mengapa? ♪
Yada
teringat akan perkataan Ayahnya yang tidak mau mengakui dirinya lagi sebagai
anak.
♪ Aku benci diriku yang mencintaimu ♪
Dan
Yada dengan sedih, menundukan kepalanya.
♪ Bahkan ketika aku tau bahwa aku tidak seharusnya mencintaimu ♪
Menyadari
kesedihan Yada, Krit memegang tangan Yada dan tersenyum kearahnya. Dan merasakan
hal itu, Yada menatap kearah Krit.
“Ternyata
selama ini kamu bukan setan ya,” kata Yada karena sikap Krit itu dan Krit tidak
membalas apapun, tapi dengan lembut ia tersenyum.
Ditempat
lain. Kwan terbatuk-batuk dan mulai tampak agak sakit, sehingga Khem yang
berdiri disampingnya menjadi khawatir. Lalu pada saat itu, Tassana yang datang
membawa mobil, menghampiri mereka.
Tassana
menyadari bahwa Kwan alergi akan serbuk sari, makanya Kwan menjadi seperti itu.
Jadi karena sadar akan itu, Tassana merebut bunga ditangan Kwan.
“P’Na!
Jangan buang itu ya. Aku mohon,” pinta Kwan, saat Tassana merebut bungannya. Dan
karena itu, Tassana pun tidak jadi membuang bunga itu, tapi ia memasukannya
kedalam bagasi.
Setelah
itu, Tassana mengambil tas Kwan dan mengeluarkan obatnya.
“Ketika
kamu datang, dia menyambutmu dengan baik. Tapi ketika pulang, tidak ada seorang
pun yang menjagamu!” keluh Khem saat melihat bahwa tidak ada satupun orang yang
membantu Kwan seperti sebelumnya.
“Jangan
memarahi P’Krit. Aku yang menyuruh bawahan P’Krit untuk menemani tamu dari Hong
Kong. Aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Kwan menjelaskan kebenarannya.
Tassana
segera menyuruh Kwan untuk masuk kedalam mobil. Dan pada saat itu, tanpa ia
kira, Khem juga ikut masuk kedalam mobil.
Tassana
merasa sangat senang akan hal itu. Ia masuk kedalam mobil dan tersenyum kearah
Khem yang menjadi heran, tapi akhirnya Khem ikut tersenyum juga.
Ditempat
Krit. Yada berdiri diam dan memperhatikan pemandangan kota diluar jendela. Lalu
dari belakang, Krit datang dan berjalan mendekat kearahnya.
“Berhenti
disini!” perintah Yada saat Krit mau mendekat.
“Sesuai
dengan tradisi, pengantin pria harus mengendong pengantin wanita melewati
pintu,” kata Krit sambil tersenyum, lalu dengan cepat ia mengendong Yada.
Yada
menjadi terkejut, tapi dengan tenang Krit lanjut menjelaskan,”Dalam tradisi,
tidak disebutkan jika itu adalah pintu rumah atau pintu kamar.”
Yada
yang tidak mau digendong, mulai berteriak agar Krit menurunkannya. Tapi tanpa
memperdulikan teriakan Yada, Krit tetap berjalan dan mau membawa Yada masuk
kedalam kamarnya.
Menyadari
bahwa Krit mau membawa ia masuk kedalam kamar. Yada dengan panik segera
memegang dinding rumah dan meminta agar Krit berhenti.
“Tunggu
Khun! Aku tidak mau tidur dikamarmu!”
“Baiklah.
Kemudian ayo tidur dikamar ‘kita’ ,” kata Krit senang. Lalu
Krit masih dengan tetap mengendong Yada, berbalik dan membawa Yada pergi kearah
lain, yaitu kamar mereka.
Krit
menurunkan Yada diatas tempat tidur. Dan setelah itu, secara perlahan Krit
membuka jas serta dasi yang dipakainya. Dan melihat itu, Yada menjadi tampak
gugup serta salah tingkah.
Yada
berdiri dan mulai memegang pakaiannya. Krit pun menjadi heran dan bertanya,
tapi dengan sikap biasa, Yada menjawab tidak apa-apa.
“Sini.
Biar aku bantu kamu membukanya,” kata Krit sambil mendekati Yada.
“Aku
bisa melakukannya sendiri,” tolak Yada.
“Kamu
tidak bisa. Jika kamu tidak mempercayaiku, coba lakukanlah.”
“Kamu
keluarlah dulu.”
Krit
tidak mau keluar dan hanya berdiri sambil menatap Yada. Dan karena itu, Yada
pun memutuskan untuk biar ia yang keluar. Tapi Krit langsung menghalanginnya.
Pada
saat itu, Yada tanpa sengaja terjatuh. Dan Krit makin tersenyum kepadanya.
Akhirnya
Yada mengalah dan membiarkan Krit untuk membantu dirinya. Tapi karena masih
agak canggung, Yada tampak tidak nyaman saat Krit mulai membuka risleting nya.
“Jangan!” kata Yada pada dirinya
sendiri, didalam hatinya.
Sebelum
Krit membuka seluruh risleting miliknya sambil kebawah, Yada dengan cepat menahan
tangan Krit.
“Terima
kasih. Aku bisa menyelesaikannya sendiri,” kata Yada, lalu bangkit berdiri. Tapi
dikarenakan tangannya masih memegang tangan Krit, maka ketika Yada mau berdiri,
ia tanpa sengaja membuat dirinya terjatuh kebelakang.
“Kamu
harus melepaskan tanganku dulu,” bisik Krit. Dan menyadari itu, Yada pun
melepaskan tangan Krit, lalu berdiri dan menjauh dari Krit.
“Kamu
berbakat ya,” sindir Yada, tapi bukannya tersindir, Krit malah dengan tenang
menyebutkan bahwa ia bisa membuka apapun.
Yada
dengan kesal, berjalan menjauh, tapi saat ia teringat bahwa punggungnya
terlihat, maka ia segera kembali kedekat cermin untuk menutupi punggungnya.
“Bisakah
aku minta sedikit privasi?” tanya Yada, cepat.
“Baiklah.
Aku memberimu waktu 30 menit untuk mandi dan bertukar. Kemudian aku akan
kembali,” jawab Krit sambil berjalan mendekatinya.
Lalu
dengan wajah yang berdekatan, Krit meminta agar Yada mempersiapkan fisik serta
mentalnya. Setelah itu, Krit keluar meninggalkan Yada.
“Menyiapkan
fisik dan mental? Untuk apa?” tanya Yada pada dirinya, heran.
Dirumah.
Nee duduk diam sendirian, lalu pada saat itu Trai datang dan duduk
disampingnya.
“Kamu
membiarkanku masuk, apa itu berarti kamu mempercayaiku? Jika kamu percaya
padaku sekarang, maka kamu harus mendengarkan ku. Berhenti bertingkah seperti
kamu telah mati. Aku mohon,” pinta Trai.
Tiba-tiba
tanpa berkata apa-apa, Nee berdiri dan pergi menuju kedapur. Dan melihat itu,
Trai segera mengikuti Nee dan menghentikannya. Karena ia mengira, Nee yang sedang
patah hati ingin meminum alkohol.
“Aku
lapar. Aku mau makan, bukan minum,” jelas Nee singkat dan tajam. Lalu ia
megeluarkan roti miliknya dan makan.
Trai
merebut roti milik Nee dan menyuruh agar Nee mandi dulu, sementara ia akan
membuatkan makanan untuk Nee. Tapi Nee menolak dan mau merebut kembali rotinya.
Dan
dengan sigap, Trai menyembunyikan roti milik Nee dibelakang punggungnya. “Kalau
gitu aku akan pulang dan meninggalkan kamu sengsara sendirian, kamu mau?”
ancamnya.
Nee
sama sekali tidak melawan dan menuruti perkataan Trai.
Saat
telah selesai mandi dan bertukar pakaian, Nee kembali ke dapur. Disana Trai
baru saja selesai memasak untuknya.
“Khun,
apa ini ya?” tanya Nee heran dengan masakan Trai. Jadi Trai menjelaskan. Dan dengan
agak ragu, Nee menciumin makanannya.
Melihat
tingkah Nee, membuat Trai tersenyum sendiri. Lalu ia mengambil sendok dan
menyuapi Nee. Dan setelah merasakan bahwa makanan itu enak, maka Nee merebut
sendok Trai dan mulai makan sendiri.
Tiba-tiba
Nee merasa sedih, saat ia teringat ketika dulu Krit juga pernah memasakan
makanan untuk nya. Dan pada saat itu, ketika ia ragu dan tidak mau makan. Krit
merebut makanannya dan mulai makan sendiri.
Lalu
dengan cepat Nee, mengejar Krit dan merebut makanan untuknya itu. Tapi karena
terlalu terburu-buru, Nee pun jadi merasa panas sendiri saat memakannya.
“Itu
yang kamu dapatkan, kalau serakah,” kata Krit mengetawainya.
Nee
mulai mengomel kepada Krit yang telah iseng kepadanya seperti itu. Tapi dengan
senang, ia duduk dan mulai memakan makanan untuknya itu.
Trai
yang sedang mencuci piring sepertinya, sadar Nee telah berhenti makan dan
menangis, jadi ia mendekatinya. Lalu dengan sedih, Nee mulai bercerit tentang
Krit yang pernah memasak untuknya.
Nee
juga mulai menceritakan tentang masa lalunya kepada Trai.
“Tolong!
Tolong! Aku tidak akan melakukan itu! Aku tidak akan menjual badanku!” teriak
Nee dengan histeris sambil meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari seorang
preman yang menahannya.
Nee
mengigit tangan preman itu, sehingga preman itu langsung melepaskan dirinya. Tapi
sebelum ia sempat lari, ia malah ditampar oleh preman tersebut.
Nee
memeluk kaki Krit dan memohon dengan putus asa, meminta agar Krit menolongnya. “Tuan,
tolong aku! Tolong aku! Tolong aku! Aku tidak mau ikut dengan mereka!”
Seorang
preman yang terlihat seperti ketuanya, datang dan menunjuk Krit. Ia menyuruh
Krit agar tidak ikut campur. Tapi karena melihat Nee yang tampak sangat
ketakutan seperti itu, maka Krit mau membantu Nee.
Krit
melawan para preman itu, sementara Nee langsung pergi menjauh dan duduk
bersembunyi. Tapi ketika itu terdengar suara tembakan, sehingga Nee menjadi
terkejut dan berbalik untuk melihat.
“Aku
ditangkap untuk menjadi seorang prostitusi. Kemudian P’Krit menyelamatkanku,”
lanjut Nee dengan mata berkaca-kaca.
Nee
mengikuti Krit yang telah menyelamatkannya. Disana tampak penampilan Krit yang
berantakan dan muka yang terluka.
Trai
menenangkan Nee dan menasehatinya, lalu dengan penuh perhatian, ia menghapus
air mata di mata Nee. Dan pada saat itu, Nee yang walaupun masih sedih, ketika
ia mendengarkan nasihat Trai, ia mau mencoba untuk tetap kuat.
Disaat
Krit sedang berada dikamar mandi. Dengan sembunyi dan perlahan-lahan, Yada
masuk kedalam kamar dan mulai mau mengunci pintu. Tapi sayangnya pintu itu
tidak bisa terkunci.
Karena
pintu tidak bisa terkunci, maka Yada dengan cepat mulai mempersiapkan dirinya. Ia
pergi kearah cermin dan memeriksa penampilannya, lalu ia dengan kuat mengikat
tali di baju mandinya.
Ketika
itu, tersengar suara Krit yang mengetuk-ngetuk pintu dan memanggilnya. Jadi dengan
agak gugup, Yada cepat- cepat naik keatas tempat tidur dan menarik selimut
untuk menutupi dirinya.
“Aku
ingin kamu menjadi wanitaku,” kata Krit.
“Apa
maksudmu?”
Mengingat
setiap perkataan Krit dulu padanya, membuat Yada menjadi tanpa gugup dan
ketakutan. Bahkan Yada sambil berkeringat karena itu.
Dengan
perlahan, Krit membuka pintu kamar mandi dan mendekat kearah temapt tidur,
dimana Yada berada. “Apa aku membuatmu menunggu?”
Yada
hanya diam dan memandangin Krit dengan waspada. Lalu dengan perlahan, Krit
mendekat kesamping tempat tidur yang kosong. Dan tanpa diduga, Krit melompat
dan tidur disamping Yada.
“Tempat
tidurnya kuat ya,” canda Krit. Sementara Yada yang berada disamping hanya diam,
karena terkejut.
“Apa
kamu kedinginan?” tanya Krit, heran melihat Yada yang memegang erat-erat selimutnya.
“Yeah.”
“Tapi
kamu berkeringat,” kata Krit dan mendekati Yada, lalu menlap kan keringatnya. Lalu lanjutnya,”Oh. Malam pertama dikamar. Jadi
kamu gugup ya.”
“Gugup
apa? Asal kamu tau, aku biasa saja” elak Yada dan menjauhkan tangan Krit.
“Berarti
kamu sudah mempersiapkan fisik dan mentalmu?”
“Siap?”
tanya Krit untuk memastikan. Lalu Yada yang awalnya terlihat biasa saja,
langsung dengan gugup menutup dirinya dengan selimut.
“Membungkus
diri seperti ulat, apa ini yang kamu sebut siap?” tanya Krit lagi. Setelah itu
dengan kuat, ia menarik Yada mendekat. Tapi dengan lebih kuat, Yada melawan.
Karena
Yada terus bersikap seperti itu, maka Krit pun menarik selimut yang dipakai
Yada. Sehingga tanpa sengaja, Yada jatuh terguling kebawah. Setelah itu, Krit
turun dan mendekati Yada.
Dengan
agak kesakitan, Yada bangkit berdiri. “Wajahku tidak tebal seperti kamu. Aku..
aku belum siap!” balas Yada.
Perlahan-lahan
Krit berjalan mendekati Yada. Dan dengan gugup, Yada berjalan mundur secara perlahan.
Lalu tanpa sengaja, Yada jatuh terduduk di sofa. Dan tanpa memperdulikan itu,
Krit mendekatkan wajahnya kepada Yada.
Menyadari situasi yang mungkin akan terjadi, Yada segera memalingkan wajahnya, menghindari ciuman dari Krit. Tapi ternyata Krit berbisik dengan pelan padanya.
“Aku
juga belum siap,” kata Krit, sehingga membuat Yada terkejut dan memandangnnya. “Pergi
mandi lagi dan ganti baju, kita akan pergi makan malam,” lanjut Krit sambil
tersenyum dan mengelus wajah Yada. setelah itu Krit pergi meninggalkan Yada.
Lalu
dengan kesal, Yada melemparkan bantal sofanya.
Makin seru
ReplyDelete