Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 6 - 3


Company name : Citizen Kane
♪ Mengapa? Mengapa aku seperti ini? ♪

Dijalanan panjang yang sunyi dan pemandangan yang indah. Krit mengedarai mobilnya.

♪ Aku sendiri tidak bisa menjawab mengapa aku bermain dengan game mu ♪

Krit memandang kearah Yada yang hanya diam saja.

♪ Mengapa? ♪

Yada teringat akan perkataan Ayahnya yang tidak mau mengakui dirinya lagi sebagai anak.

♪ Aku benci diriku yang mencintaimu ♪

Dan Yada dengan sedih, menundukan kepalanya.


♪ Bahkan ketika aku tau bahwa aku tidak seharusnya mencintaimu ♪


Menyadari kesedihan Yada, Krit memegang tangan Yada dan tersenyum kearahnya. Dan merasakan hal itu, Yada menatap kearah Krit.

“Ternyata selama ini kamu bukan setan ya,” kata Yada karena sikap Krit itu dan Krit tidak membalas apapun, tapi dengan lembut ia tersenyum.


Ditempat lain. Kwan terbatuk-batuk dan mulai tampak agak sakit, sehingga Khem yang berdiri disampingnya menjadi khawatir. Lalu pada saat itu, Tassana yang datang membawa mobil, menghampiri mereka.



Tassana menyadari bahwa Kwan alergi akan serbuk sari, makanya Kwan menjadi seperti itu. Jadi karena sadar akan itu, Tassana merebut bunga ditangan Kwan.

“P’Na! Jangan buang itu ya. Aku mohon,” pinta Kwan, saat Tassana merebut bungannya. Dan karena itu, Tassana pun tidak jadi membuang bunga itu, tapi ia memasukannya kedalam bagasi.


Setelah itu, Tassana mengambil tas Kwan dan mengeluarkan obatnya.

“Ketika kamu datang, dia menyambutmu dengan baik. Tapi ketika pulang, tidak ada seorang pun yang menjagamu!” keluh Khem saat melihat bahwa tidak ada satupun orang yang membantu Kwan seperti sebelumnya.


“Jangan memarahi P’Krit. Aku yang menyuruh bawahan P’Krit untuk menemani tamu dari Hong Kong. Aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Kwan menjelaskan kebenarannya.



Tassana segera menyuruh Kwan untuk masuk kedalam mobil. Dan pada saat itu, tanpa ia kira, Khem juga ikut masuk kedalam mobil.



Tassana merasa sangat senang akan hal itu. Ia masuk kedalam mobil dan tersenyum kearah Khem yang menjadi heran, tapi akhirnya Khem ikut tersenyum juga.



Ditempat Krit. Yada berdiri diam dan memperhatikan pemandangan kota diluar jendela. Lalu dari belakang, Krit datang dan berjalan mendekat kearahnya.

“Berhenti disini!” perintah Yada saat Krit mau mendekat.


“Sesuai dengan tradisi, pengantin pria harus mengendong pengantin wanita melewati pintu,” kata Krit sambil tersenyum, lalu dengan cepat ia mengendong Yada.

Yada menjadi terkejut, tapi dengan tenang Krit lanjut menjelaskan,”Dalam tradisi, tidak disebutkan jika itu adalah pintu rumah atau pintu kamar.”



Yada yang tidak mau digendong, mulai berteriak agar Krit menurunkannya. Tapi tanpa memperdulikan teriakan Yada, Krit tetap berjalan dan mau membawa Yada masuk kedalam kamarnya.



Menyadari bahwa Krit mau membawa ia masuk kedalam kamar. Yada dengan panik segera memegang dinding rumah dan meminta agar Krit berhenti.

“Tunggu Khun! Aku tidak mau tidur dikamarmu!”

“Baiklah. Kemudian ayo tidur dikamar ‘kita’ ,” kata Krit senang. Lalu Krit masih dengan tetap mengendong Yada, berbalik dan membawa Yada pergi kearah lain, yaitu kamar mereka.




Krit menurunkan Yada diatas tempat tidur. Dan setelah itu, secara perlahan Krit membuka jas serta dasi yang dipakainya. Dan melihat itu, Yada menjadi tampak gugup serta salah tingkah.



Yada berdiri dan mulai memegang pakaiannya. Krit pun menjadi heran dan bertanya, tapi dengan sikap biasa, Yada menjawab tidak apa-apa.

“Sini. Biar aku bantu kamu membukanya,” kata Krit sambil mendekati Yada.

“Aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Yada.

“Kamu tidak bisa. Jika kamu tidak mempercayaiku, coba lakukanlah.”

“Kamu keluarlah dulu.”

Krit tidak mau keluar dan hanya berdiri sambil menatap Yada. Dan karena itu, Yada pun memutuskan untuk biar ia yang keluar. Tapi Krit langsung menghalanginnya.


Setelah itu dengan bersusah payah, Yada mencoba untuk membuka risleting yang berada dibelakang punggung nya. Sedangkan Krit diam berdiri sambil tersenyum kepada Yada.



Pada saat itu, Yada tanpa sengaja terjatuh. Dan Krit makin tersenyum kepadanya.



Akhirnya Yada mengalah dan membiarkan Krit untuk membantu dirinya. Tapi karena masih agak canggung, Yada tampak tidak nyaman saat Krit mulai membuka risleting nya.


“Jangan!” kata Yada pada dirinya sendiri, didalam hatinya.



Sebelum Krit membuka seluruh risleting miliknya sambil kebawah, Yada dengan cepat menahan tangan Krit.

“Terima kasih. Aku bisa menyelesaikannya sendiri,” kata Yada, lalu bangkit berdiri. Tapi dikarenakan tangannya masih memegang tangan Krit, maka ketika Yada mau berdiri, ia tanpa sengaja membuat dirinya terjatuh kebelakang.


“Kamu harus melepaskan tanganku dulu,” bisik Krit. Dan menyadari itu, Yada pun melepaskan tangan Krit, lalu berdiri dan menjauh dari Krit.



“Kamu berbakat ya,” sindir Yada, tapi bukannya tersindir, Krit malah dengan tenang menyebutkan bahwa ia bisa membuka apapun.

Yada dengan kesal, berjalan menjauh, tapi saat ia teringat bahwa punggungnya terlihat, maka ia segera kembali kedekat cermin untuk menutupi punggungnya.



“Bisakah aku minta sedikit privasi?” tanya Yada, cepat.

“Baiklah. Aku memberimu waktu 30 menit untuk mandi dan bertukar. Kemudian aku akan kembali,” jawab Krit sambil berjalan mendekatinya.

Lalu dengan wajah yang berdekatan, Krit meminta agar Yada mempersiapkan fisik serta mentalnya. Setelah itu, Krit keluar meninggalkan Yada.

“Menyiapkan fisik dan mental? Untuk apa?” tanya Yada pada dirinya, heran.



Dirumah. Nee duduk diam sendirian, lalu pada saat itu Trai datang dan duduk disampingnya.

“Kamu membiarkanku masuk, apa itu berarti kamu mempercayaiku? Jika kamu percaya padaku sekarang, maka kamu harus mendengarkan ku. Berhenti bertingkah seperti kamu telah mati. Aku mohon,” pinta Trai.



Tiba-tiba tanpa berkata apa-apa, Nee berdiri dan pergi menuju kedapur. Dan melihat itu, Trai segera mengikuti Nee dan menghentikannya. Karena ia mengira, Nee yang sedang patah hati ingin meminum alkohol.



“Aku lapar. Aku mau makan, bukan minum,” jelas Nee singkat dan tajam. Lalu ia megeluarkan roti miliknya dan makan.

Trai merebut roti milik Nee dan menyuruh agar Nee mandi dulu, sementara ia akan membuatkan makanan untuk Nee. Tapi Nee menolak dan mau merebut kembali rotinya.




Dan dengan sigap, Trai menyembunyikan roti milik Nee dibelakang punggungnya. “Kalau gitu aku akan pulang dan meninggalkan kamu sengsara sendirian, kamu mau?” ancamnya.

Nee sama sekali tidak melawan dan menuruti perkataan Trai.



Saat telah selesai mandi dan bertukar pakaian, Nee kembali ke dapur. Disana Trai baru saja selesai memasak untuknya.

“Khun, apa ini ya?” tanya Nee heran dengan masakan Trai. Jadi Trai menjelaskan. Dan dengan agak ragu, Nee menciumin makanannya.



Melihat tingkah Nee, membuat Trai tersenyum sendiri. Lalu ia mengambil sendok dan menyuapi Nee. Dan setelah merasakan bahwa makanan itu enak, maka Nee merebut sendok Trai dan mulai makan sendiri.



Tiba-tiba Nee merasa sedih, saat ia teringat ketika dulu Krit juga pernah memasakan makanan untuk nya. Dan pada saat itu, ketika ia ragu dan tidak mau makan. Krit merebut makanannya dan mulai makan sendiri.



Lalu dengan cepat Nee, mengejar Krit dan merebut makanan untuknya itu. Tapi karena terlalu terburu-buru, Nee pun jadi merasa panas sendiri saat memakannya.

“Itu yang kamu dapatkan, kalau serakah,” kata Krit mengetawainya.

Nee mulai mengomel kepada Krit yang telah iseng kepadanya seperti itu. Tapi dengan senang, ia duduk dan mulai memakan makanan untuknya itu.



Trai yang sedang mencuci piring sepertinya, sadar Nee telah berhenti makan dan menangis, jadi ia mendekatinya. Lalu dengan sedih, Nee mulai bercerit tentang Krit yang pernah memasak untuknya.

Nee juga mulai menceritakan tentang masa lalunya kepada Trai.



“Ceritaku hanyalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Seorang ibu muda hamil, setelah itu ia meninggalkan bayinya. Pada akhirnya, anak itu menjadi anak pekerja. Dan suatu saat, anak itu dikirim ke Hong Kong untuk bekerja. Dan ketika ia sudah cukup umur, dia dikirim ke rumah bordir. Gadis muda dan pria muda, mereka semua dikirim ke prostitusi.”



“Tolong! Tolong! Aku tidak akan melakukan itu! Aku tidak akan menjual badanku!” teriak Nee dengan histeris sambil meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari seorang preman yang menahannya.

Nee mengigit tangan preman itu, sehingga preman itu langsung melepaskan dirinya. Tapi sebelum ia sempat lari, ia malah ditampar oleh preman tersebut.


Nee tidak menyerah dan bangkit berdiri, lalu berlari. Tapi ia berhasil ditangkap lagi. Dan pada saat itu, Krit muncul dihadapannya.


Nee memeluk kaki Krit dan memohon dengan putus asa, meminta agar Krit menolongnya. “Tuan, tolong aku! Tolong aku! Tolong aku! Aku tidak mau ikut dengan mereka!”



Seorang preman yang terlihat seperti ketuanya, datang dan menunjuk Krit. Ia menyuruh Krit agar tidak ikut campur. Tapi karena melihat Nee yang tampak sangat ketakutan seperti itu, maka Krit mau membantu Nee.




Krit melawan para preman itu, sementara Nee langsung pergi menjauh dan duduk bersembunyi. Tapi ketika itu terdengar suara tembakan, sehingga Nee menjadi terkejut dan berbalik untuk melihat.


“Aku ditangkap untuk menjadi seorang prostitusi. Kemudian P’Krit menyelamatkanku,” lanjut Nee dengan mata berkaca-kaca.



Nee mengikuti Krit yang telah menyelamatkannya. Disana tampak penampilan Krit yang berantakan dan muka yang terluka.


“Aku bisa menjadi Chayanee hari ini, adalah karena P’Krit,” jelas Nee.



Trai menenangkan Nee dan menasehatinya, lalu dengan penuh perhatian, ia menghapus air mata di mata Nee. Dan pada saat itu, Nee yang walaupun masih sedih, ketika ia mendengarkan nasihat Trai, ia mau mencoba untuk tetap kuat.



Lalu Nee duduk dan menangis. Dan dalam diam, Trai duduk disampingnya.




Disaat Krit sedang berada dikamar mandi. Dengan sembunyi dan perlahan-lahan, Yada masuk kedalam kamar dan mulai mau mengunci pintu. Tapi sayangnya pintu itu tidak bisa terkunci.


Krit yang berada didalam merasa heran mendengar suara itu, tapi ketika sadar, ia tersenyum.



Karena pintu tidak bisa terkunci, maka Yada dengan cepat mulai mempersiapkan dirinya. Ia pergi kearah cermin dan memeriksa penampilannya, lalu ia dengan kuat mengikat tali di baju mandinya.



Ketika itu, tersengar suara Krit yang mengetuk-ngetuk pintu dan memanggilnya. Jadi dengan agak gugup, Yada cepat- cepat naik keatas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi dirinya.


“Aku ingin kamu menjadi wanitaku,” kata Krit.

“Apa maksudmu?”

“Aku sudah bilang, apa yang aku mau.. apa kamu belum tau?”



Mengingat setiap perkataan Krit dulu padanya, membuat Yada menjadi tanpa gugup dan ketakutan. Bahkan Yada sambil berkeringat karena itu.



Dengan perlahan, Krit membuka pintu kamar mandi dan mendekat kearah temapt tidur, dimana Yada berada. “Apa aku membuatmu menunggu?”


Yada hanya diam dan memandangin Krit dengan waspada. Lalu dengan perlahan, Krit mendekat kesamping tempat tidur yang kosong. Dan tanpa diduga, Krit melompat dan tidur disamping Yada.

“Tempat tidurnya kuat ya,” canda Krit. Sementara Yada yang berada disamping hanya diam, karena terkejut.



“Apa kamu kedinginan?” tanya Krit, heran melihat Yada yang memegang erat-erat selimutnya.

“Yeah.”

“Tapi kamu berkeringat,” kata Krit dan mendekati Yada, lalu menlap kan keringatnya.  Lalu lanjutnya,”Oh. Malam pertama dikamar. Jadi kamu gugup ya.”



“Gugup apa? Asal kamu tau, aku biasa saja” elak Yada dan menjauhkan tangan Krit.

“Berarti kamu sudah mempersiapkan fisik dan mentalmu?”

“Yeah.”


“Siap?” tanya Krit untuk memastikan. Lalu Yada yang awalnya terlihat biasa saja, langsung dengan gugup menutup dirinya dengan selimut.

“Membungkus diri seperti ulat, apa ini yang kamu sebut siap?” tanya Krit lagi. Setelah itu dengan kuat, ia menarik Yada mendekat. Tapi dengan lebih kuat, Yada melawan.



Karena Yada terus bersikap seperti itu, maka Krit pun menarik selimut yang dipakai Yada. Sehingga tanpa sengaja, Yada jatuh terguling kebawah. Setelah itu, Krit turun dan mendekati Yada.

“Berapa umurmu? Mengapa kamu masih bertingkah malu-malu seperti ini?” tanya Krit, serius.


Dengan agak kesakitan, Yada bangkit berdiri. “Wajahku tidak tebal seperti kamu. Aku.. aku belum siap!” balas Yada.



Perlahan-lahan Krit berjalan mendekati Yada. Dan dengan gugup, Yada berjalan mundur secara perlahan. Lalu tanpa sengaja, Yada jatuh terduduk di sofa. Dan tanpa memperdulikan itu, Krit mendekatkan wajahnya kepada Yada.

Menyadari situasi yang mungkin akan terjadi, Yada segera memalingkan wajahnya, menghindari ciuman dari Krit. Tapi ternyata Krit berbisik dengan pelan padanya.



“Aku juga belum siap,” kata Krit, sehingga membuat Yada terkejut dan memandangnnya. “Pergi mandi lagi dan ganti baju, kita akan pergi makan malam,” lanjut Krit sambil tersenyum dan mengelus wajah Yada. setelah itu Krit pergi meninggalkan Yada.


Lalu dengan kesal, Yada melemparkan bantal sofanya.

1 Comments

Previous Post Next Post