Company name : Citizen Kane
Didalam
kantor, sambil berjalan menuju ruangan. Trai menjelaskan pada Dilok bahwa ia
memanggil semua depaterment untuk menghadiri meeting, karena menurutnya untuk
dapat menemukan jalur distribusi yang baru, mereka akan membutuhkan waktu satu
bulan.
“Tidak
perlu mengadakan meeting dan jangan melakukan apapun,” balas Dilok. Sehingga
itu membuat Trai menjadi bingung, karena jika mereka tidak melakukan apapun,
maka perusahaan mereka bisa bangkrut.
Tapi
dengan tenangnya, Dilok memegang pundak Trai serta menyuruhnya untuk tetap
tenang dan jangan stress akan hal itu. Karena B-Star bukanlah milik mereka
lagi.
“Apa?”
tanya Trai dengan nada bingung.
“Aku
sudah menjual semua sahamku,” jelas Dilok, singkat. Dan itu membuat Trai
menjadi terkejut.
Tanpa
memperdulikan keterkejutan Trai, Dilok membuka pintu ruangan dan berjalan masuk
kedalamnya. Dan dari belakang, Trai segera ikut masuk juga. Disana ada tiga
orang yang sudah menunggu mereka.
“Ini
adalah Khun Prasit, pemilik DY Spa. Dia yang akan membeli semua saham. Dan
segera, Khun Prasit akan menjadi CEO B-Star,” kata Dilok memperkenalkan mereka
kepada Trai.
Setelah
itu, Dilok duduk disamping Prasit dan mulai menanda tanganin kontrak yang ada.
Sedangkan Trai sendiri masih tampak tidak percaya, tapi disana ia tidak bisa
melakukan apapun, kecuali diam dan memperhatikan.
Dirumah.
Seorang karyawan datang dan mengantarkan semua barang-barang milik Yada, karena
tadi ia mendapatkan perintah untuk membuang semua barang milik Yada yang berada
dikantor. Tapi karena tidak tau, harus gimana, makanya ia membawa itu kesini.
“Khun
Trai. Apa yang terjadi? Aku tidak mengerti,” tanya karyawan tersebut kepada
Trai, mengenai situasi yang ada saat ini.
“Aku
juga tidak mengerti,” balas Trai, kelihatan bingung juga.
“Dimana
aku harus pindah?” tanya karyawan itu lagi.
“Kamu
bisa menjadi sekretarisku untuk sementara waktu. Atau lebih baik, bila kamu
mencari pekerjaan baru. Karena perusahaan ini bukan milik kami lagi,” jelas
Trai, memberi saran.
“Jika
Khun Da tidak ada disini, aku tidak akan bertahan juga,” balas karyawan
tersebut. Setelah itu ia pamit kepada Trai.
Tepat
ketika karyawan tersebut akan keluar, Kasin masuk sambil marah-marah kepada
Trai. Ia menanyakan alasan Ayah Trai melakukan hal itu. Bagaimana bisa Ayah
Trai menghentikan project nya dengan Yada dan tidak memperpanjang kontrak
labnya. Serta ia juga menanyakan pada Trai, apakah Trai tau berapa banyak ia
kerugiannya.
“Kamu
tidak bertanya tentang P’Da sama sekali?” balas Trai.
“Da
sudah menikah dengan seorang jutawan seperti Sharkrit. Tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Apa yang harus aku khawatirkan sekarang adalah diriku sendiri.
Jika aku kembali ke Switzerland, aku akan dimarahi Ayahku. Aku tinggal disini
dan apa yang ku dapat… mm… apa
sebutannya ya… aku memiliki seekor lintah yang menghisap darahku sepanjang
waktu,” kata Kasin dengan jawaban yang sangat egois.
Tepat
ketika itu, terdengar suara Mon yang berteriak mencarinya. Sehingga dengan
terburu-buru, Kasin segera berlari kabur melewati pintu samping. Tapi
sayangnya, pintu samping itu terkunci, sehingga ia tidak bisa keluar.
Jadi
saat Mon masuk, dengan berlari terburu-buru, tanpa menyadari kehadirannya. Maka
Kasin pun secara diam-diam langsung berjalan pelan, ingin keluar melewati pintu
itu.
“Khun
Trai, dimana Khun Kasin?! Pelayan bilang Khun Kasin ada disini. Aih… Khun Trai!
Dimana Khun Kasin?!” tanya Mon, tidak sabaran.
Dan
dengan tenang, Trai menunjuk kearah Kasin yang sedang ingin keluar diam-diam.
Jadi mengetahui hal itu, Mon menjadi tampak sangat senang dan memanggilnya.
Tapi sebaliknya Kasin langsung berlari keluar.
“Lintah,”
kata Kasin dengan suara kecil, sebelum berlari keluar dari rumah.
Ketika
berlari keluar, Kasin tanpa sengaja menabrak seorang pelayan yang sedang
menyapu. Dan tanpa meminta maaf, Kasin langsung menyuruh pelayan itu tidak
memberitahu Mon kalau barusan ia lewat sini. Setelah itu, Kasin segera pergi
bersembunyi dengan cepat.
Ketika
keluar, Mon sama sekali tidak nampak dimana Kasin berada lagi. Jadi ia bertanya
kepada pelayan itu. Dan dengan gugup pelayan itu menjawab Ya, setelah itu
mengganti jawabanya menjadi Tidak.
“Hey
pergi cari Chat untuk turun kebawah sekarang,” kata Mon memberi perintah dengan
terburu- buru. Setelah itu dengan suara yang lebih pelan, Mon memanggil –mangil
nama Kasin, tapi tidak ada jawaban.
Awalnya
Mon mengira bahwa Kasin bersembunyi dibawah tangga. Tapi sayangnya, ia salah.
Kasin tidak berada disana. Sehingga karena itu, Mon menjadi emosi lagi.
“Hey!
Khun Kasin. Jangan pernah pikir bisa melarikan diri. Karena jika aku
menangkapmu, aku akan menyuruh Chat untuk menghisap semua uangmu!” kata Mon.
Tapi Kasin tetap tidak keluar dari bersembunyiannya. Jadi dengan kesal, Mon
pergi.
Ternyata
dari tadi Kasin bersembunyi dibawah, di dekat batu-batu. Dan ketika ia
mendengar suara Mon yang mengoceh, ia hanya bisa diam saja. Lalu ketika ia
melihat, kalau Mon telah pergi menjauh.
Maka
Kasin pun berdiri dan keluar dari tempat persembunyiannya,”Tidak pernah,” kata Kasin
pelan, membalas perkataan Mon tadi.
Sialnya
bagi Kasin. Karena saat ia naik keatas, tanpa sengaja ia tersandung oleh sebuah
tali jebakan yang telah disiapkan Mon.
Sehingga ia pun terjatuh dan sebelum sempat ia bangkit, Mon langsung berlari
dan menangkapnya.
“Aku
tidak pernag mengira bahwa perasaan rindu akan membuatmu datang menemui Chat
kesini. Cinta adalah hal yang sangat kuat,” kata Mon sambil tersenyum lebar.
Dan tertawa kecil kepada Kasin.
“Bibi,
aku kira ini adalah…’ kata Trai ingin membalas. Tapi dengan cepat Mon
memotongnya dan menyuruh Kasin untuk tidak mengatakan apapun, sampai Chat turun.
Karena ada banyak hal yang harus mereka bicarakan.
Dan
tanpa bisa berbicara serta melakukan apapun, Kasin hanya bisa diam dengan
perasaan yang sangat kesal.
Sambil
memeluk Kasin, Chat berusaha untuk menahan agar Kasin tidak pergi. Dan dari
belakang, Mon membantu dengan menarik tangan Kasin juga. Sehingga Kasin menjadi
tambah risih. Dan lalu dengan sekuat tenaga, Kasin melepaskan tangannya dari
Mon serta Chat yang memeluknya.
“Khun
Kasin. aku kira ini waktunya untuk berbicara tentang ini,” kata Mon, memulai
pembicaraan.
“Bibi
ini…” kata Kasin ingin menjawab, tapi dipotong oleh Mon.
“Panggil
aku ‘Mom’.”
“Aku
tidak terbiasa …”
“Panggil
aku ‘Mom’ lebih sering dan kamu akan terbiasa.”
Setelah
pembicaraan singkat itu, Mon mulai membahas kapan Kasin akan membawa mereka
menemui keluarganya. Dan Kasin langsung menjawab bahwa kedua orang tuanya
berada di Zurich. Sedangkan yang berada di Thailand hanyalah kakeknya saja.
Mendengar
itu, Mon mulai menjadi bingung. Tapi lalu ia mendapatkan ide untuk agar mereka
saja yang pergi ke Zurich, karena menurutnya harga tiket ke sana hanya sekitar
800 saja.
“Mom!
Itu economy class! Orang seperti kita harusnya naik first class,” kata Chat
memberitahu mamanya. Lalu setelah itu, berdua, mereka mulai membahas dengan
senang, tentang bagaimana mereka pergi dan merayakan pesta pernikahan disana
saja.
Ketika
Mon serta Chat mulai berisik dan sibuk membahas keinginan mereka sendiri. Kasin
menerima telpon dari Yada dan setelah itu ia berjalan ingin pergi dari sana.
Tapi
menyadari hal itu, tentu saja, Chat langsung menahan Kasin agar tidak pergi.
“Kamu masih berhubungan dengan Khun Da?” tanya Chat pada Kasin.
Dengan
kasar, tanpa mau menjawab. Kasin melepaskan tangan Chat yang memegangnya,
setelah itu ia ingin berjalan untuk
pergi. Tapi tidak terima dengan itu, Mon langsung berlari dan menahan Kasin
dengan sekuat tenaga.
Capek
karena hal itu, maka Kasin pun berbalik dan bertanya pada mereka. “Khun Da mau
memberikan uang. Apa kamu mau uang? Kamu mau uang?!”
“Ya!”
teriak Mon serta Chat secara bersamaan. Lalu setelah itu dengan bersemangat
mereka berdua kembali membahas berapa banyak uang yang harus diminta sebagai
mahar, serta apa saja yang dibutuhkan untuk pernikahannya.
Disaat
mereka berdua sedang sibuk. Kasin langsung masuk kedalam mobilnya. Dan
menyadari hal itu, Chat mendekat dan menyuruh Kasin membuka pintu mobilnya.
“Khun
Kasin! Buka pintunya! Beri aku uang!” teriak Chat, meminta uang.
Menurunkan
kaca jendelanya, Kasin menjawab,”Aku tidak akan membagi itu.”
Sebelum
Kasin sempat pergi menjauh, Mon berteriak memanggil Kasin sambil menunjukan
sebuah dompet ditangannya. “Yoohooo! Uangnya disini!”
Melihat
kejadian tersebut dari kaca tengah mobilnya. Maka dengan cepat, Kasin langsung
menghentikan mobilnya. Dan lalu ia merogoh kantong celananya. Tapi ia sama
sekali tidak mau balik dan lanjut pergi dari sana.
Setelah
mobil Kasin telah pergi dari sana. Mon menjelaskan bahwa didompet itu, tidak
ada uang dan tidak ada kartu, yang berarti ia tidak bisa pergi jauh.
“Bagaimana
kamu melakukan itu?” tanya Chat dengan heran pada Mon.
“Aku
hanya melakukan itu ketika perlu. Mengapa kamu bertanya? Kamu hanya akan merasa
malu, jika kamu tau,” balas Mon.
“Mom.
Kerja bagus!” kata Chat dengan semangat dan riang sambil memeluk Mon. Ia lalu
juga memuji kehebatan tangan mamanya yang bisa dengan cepat mengambil itu.
Yada
menyiapkan sarapan pagi untuk Krit. Dan ketika melihat itu, Krit mendekatinya
serta memeluknya dari belakang. Tapi ia merasa tidak nyaman dengan hal itu,
jadi ia mengingatkan Krit agar tidak menarik perkataannya dulu.
“Aku
hanya mau mengucapkan selamat pagi pada istriku. Aku tidak bisa?” kata Krit,
lalu menciumi pipi Yada. “Selamat pagi, Nyonya Wong.”
Tepat
ketika itu, Nee datang. Sehingga Krit terkejut dan heran bagaimana bisa Nee
masuk kedalam. Tapi Nee tampak tidak tau harus menjawab apa, jadi Yada yang
menjawab. Ia memberitahu Krit bahwa ialah yang telah mengizinkan Nee untuk
masuk.
Tanpa
memperdulikan penjelasan Yada, dengan tegas Krit menyuruh agar Nee keluar.
“Aku
akan pergi,” kata Yada sambil menuntun Nee untuk duduk dimeja makan. Setelah
itu ia menarikan kursi agar Krit ikut duduk.
“Mengapa
kamu melakukan ini?” tanya Krit langsung pada Yada.
“Untuk
kamu,” balas Yada singkat. Sesudah itu ia mengambil tasnya dan pergi
meninggalkan mereka berdua untuk makan bersama disana.
Dalam
diam, Krit mengaduk makanannya. Dan melihat itu, Nee menyodorkan makanan yang
dibawanya kepada Krit.
Ketika
keluar, Yada merasa sangat senang karena melihat Khem berada disana. Jadi
dengan cepat, ia mendekati Khem. Tapi sebaliknya, Khem sama sekali tidak tampak
senang.
“P’Da,
kamu tidak malu?”
“Aku
tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Mengapa aku harus malu?”
“P’Da,
kamu tidak malu? Kamu membuat perusahaan menjadi hancur. Ratusan pekerja jadi
menganggur. Kamu masih berani untuk menunjukan wajahmu pada mereka? Trai dan
aku tidak,” jelas Khem dengan nada sinis.
“Kita
masih punya solusi. Perusahaan kita tidak akan hancur hari ini ataupun besok.
Khem. jika kamu berhenti berprasangka terhadapku dan kita bertiga bekerja sama,
perusahaan akan bertahan,” balas Yada.
Sayangnya,
Khem malah menggangap lain perkataan Yada. Ia mengira Yada ingin mengambil
kembali posisinya. Jadi dengan emosi, Khem mengatai Yada yang telah mengambil
perkerjaan serta prianya, hanya karena ia lebih pintar serta sempurna. Dan Yada
sama sekali tidak pernah menganggap dirinya sebagai adik. Bahkan Yada tidak mau
melihatnya untuk bahagia.
“Khem!”
peringat Yada dengan geram. Bahkan ia sampai menggepalkan tangannya, karena
saking geramnya. Dan Khem menyadari hal itu, tapi ia tetap berbicara, mengatai
Yada.
“Jika
kamu tidak tergila-gila pada pria. Kemudian seharusnya kamu memilih keluargamu,
bukan pria seperti ini.”
“Khemika!
Jika kamu mau menjadi wanita yang pintar dan sempurna seperti yang setiap orang
mau, kemudian tunjukan saja! Aku bukan hanya bagus bekerja, tapi aku selalu
punya hati nurani. Aku tidak menghakimin orang lain. Aku tidak bergantung pada
pria! Dan aku tidak lemah seperti kamu. Aku tidak tau apa yang kamu pikirkan,
tapi pulanglah dan pikirkan kembali. Jangan begitu takut kehilangan pria yang
membuatmu kehilangan akal sehat. Orang menyebut mereka pengecut, seseoran yang
tidak benar-benar pintar,” kata Yada dengan emosi.
Setelah
itu Yada pergi meninggalkan Khem yang terpaku berdiri disana dan tampak sedih.
Diruang
makan. Krit telah selesai menghabiskan makanannya, tapi Nee tidak. Nee belum
menyentuh sama sekali makanannya, karena Krit belum memberikan izin padanya
untuk makan.
“Aku
tidak pernah menyetujui kamu untuk lapar,” balas Krit.
Mengingat
kejadian dulu, setelah Krit menyelematkannya. Ketika itu melihat Nee
mengikutinya, Krit segera menyediakan makanan untuk dimakan oleh Nee. Dan
dengan lahap Nee memakan semua itu.
“Kamu
tidak pernah membiarkanku kelaparan. Kamu menemukan sebuah rumah, sebuah
sekolah untukku. Aku tidak pernah melupakan kebaikanmu. Dan aku tidak akan
meminta apapun dari kamu lagi. Tapi bisakah kamu tidak menjauhi ku?”
Krit
membalas bahwa Nee kini telah dewasa, jadi Nee harus belajar untuk hidup
mandiri. Dan menanyakan mengapa Nee belum juga menikah, bila ada orang yang Nee
benar-benar sukai, Krit ingin menemuinya. Setelah itu Krit berdiri dan berjalan
menjauh.
Menghentikan
Krit untuk pergi meninggalkannya. Nee mengejar dan memeluknya dengan erat dari
belakang.
“Nee,
jika kamu tidak ingin aku membuangmu, lepaskan,” tegas Krit, tapi Nee tidak mau
melepaskannya sama sekali.
“Aku
bahagia, karena kamu bahagia dengan kehidupan pernikahanmu,” balas Nee, lalu
secara perlahan ia melepaskan pelukannya. Dan setelah itu, Krit pun berbalik menghadap kearahnya.
“P’Krit,
kamu jatuh cinta dengan Khun Da.”
“Ini
urusan orang dewasa,” balas Krit.
“Aku
melihat kamu memeluknya, menciumnya, dan tersenyum. Kamu tersenyum gembira. Aku
tidak merasa sakit sama sekali. Tidak sama sekali. Aku ingin melihat kamu
seperti ini setiap hari,” kata Nee dengan lembut, sampai matanya pun
berkaca-kaca.
Setelah
mendengar itu semua, Krit melembut. Ia lalu merentangkan tangannya dan
membiarkan Nee untuk memeluknya. Dan sesudah itu, sambil menangis, Nee meminta
agar Krit tidak menjauhinya lagi.
“Aku
harus. Hidupku tidak disatu tempat. Tidak pasti. Ingat ini,” balas Krit, lalu
melepaskan pelukannya dan menjauhkan Nee sedikit, sehingga mereka saling
menatap,”Kamu harus coba untuk hidup sendiri. Ingat segala yang kuajarkan
padamu. Itu saja yang bisa aku berikan padamu,” tegas Krit, lembut.
“Pa
menyetujui kamu untuk menikah, tapi menolak untuk melepaskanmu kan? Bagaimana
kamu bisa memiliki keluarga seperti orang lain?” tanya Nee. Dan Krit pun
menjadi terdiam.
Kasin
memberikan sebuah flashdisk kepada Yada, tapi ia menginginkan kompensasi. Dan
mengetahui hal itu, Yada telah menyiapkan sebuah cek untuk Kasin. Lalu setelah
Kasin melihat nilai pada cek itu, baru ia setuju untuk memberikan flashdisk itu
pada Yada.
Dan
tanpa menunggu, Kasin segera berdiri untuk pergi dari sana.
“Mengapa
kamu membebaninku kali ini?” tanya Yada sebelum Kasin sempat pergi. Lalu ia
berdiri dan menatap Kasin,”Terakhir kali, menghacking seluruh sistem komputer.
Tapi kali ini, hanya sebuah laptop.”
“Aku
hanya akan meminjam untuk sekarang. Aku akan membayarmu kembali. Beberapa
pencuri mencuri semua uangku.”
“Dimana?
Apa ada melapor?” tanya Yada, khawatir mendengar itu.
“Ibu
dan anak adalah pencurinya! Ibu tirimu mendapatkanku begitu baik. Da jika kamu
masih melihat ku sebagai seorang teman, bawa aku menjauh dari neraka ini. Aku
mohon,” pinta Kasin.
“Kembalilah
ke Zurich.”
“Ayahku
tidak akan setuju. Sampai aku mendapatkan kerjasama antara B-Star dengan lab
kami lagi. Ditambah ia ingin aku untuk mencari beberapa klien. Da kamu tidak
marah padaku lagi kan? Kita masih bisa bicara seperti sebelumnya kan?” tanya
Kasin, sambil melangkah maju, ingin menyentuh Yada.
Dengan
cepat Yada langsung mundur,”Alasan aku datang kesini, karena aku membutuhkan
pen drive. Aku berharap kamu menikamati pernikahan nerakamu, Kasin,” balas
Yada, lalu berbalik dan pergi.
Dirumah
yang tenang. Tassana beserta Kwan mulai berkerja untuk menyiapkan bisnis mereka.
Dan disana Khem datang memakai pakaian setelan kerja lengkap.
“Kamu
terlihat berbeda hari ini P’Khem,” kata Kwan, memuji.
“Kamu
akan bekerja seperti ini?” tanya Tassana.
“Kamu
tidak suka itu?” balas Khem bertanya.
“Pakaian
mu terlihat bagus. Tapi tidak cocok untukmu,” jawab Tassana, tanpa maksud
apapun. Tapi mendengar itu, Khem langsung tidak suka, ia menggangap bahwa
menurut Tassana, hanya Yada saja yang cocok memakai pakaian itu.
Dan
Tassana menjadi ikut emosi, karena disaat perusahaan sedang berbahaya,
bagaimana mungkin Khem malah memikirkan hal-hal seperti itu.
“Karena
kamu dan P’Da membuaku berpikir itu! Akhirnya, kamu berakhir kecewa padaku,”
kata Khem dengan pandangan yang tampak terluka. Dan Kwan yang melihat itu,
tidak mengerti mengapa Khem bersikap dan berkata seperti itu, jadi Kwan pun
bertanya apa yang terjadi.
“Tanya
kakakmu,” jawab Khem singkat.
“Jangan
membuat keributan disini. Ini rumahku dengan Kwan. Jika kamu akan bertindak
seperti anak manja, pulanglah kerumahmu dan buang amarahmu,” kata Tassana tegas
pada Khem. Bukannya malah membujuk Khem. Sehingga Khem menjadi bertambah sakit
hati dan lalu pergi.
Setelah
Khem pergi, Kwan segera mendekati Tassana dan lalu menyuruh Tassana untuk pergi
dan mengejar Khem serta berbaikan dengan nya sakarag. Tapi Tassana tidak
bergerak sama sekali dan hanya diam.