Broadcast Network : Tencent
Ini adalah cerita khayalan.
Terdengar
suara seorang pria yang baru saja selesai menyambut tamunya. Setelah tamunya
tersebut pergi, ia berbicara kepada seorang wanita.
Wanita : “Eh… pak tua, kesini. Hui Yang masih kecil.
Bukankah terlalu cepat baginya untuk menikah?”
Pak Tua : “Sekarang atau nanti, dia harus menikah. Jadi apa
bedanya sekarang dan nanti. Dia mungkin tidak akan menemukan keluarga yang
sebaik itu nantinya.”
Didapur.
Seorang gadis muda (Hui Yan). Dia duduk disana sambil mendengarkan pembicaraan
kedua orang tua nya tersebut tentang dirinya.
Wanita : “Tapi keluarga ini aneh. Mereka tidak menanyakan
apapun. Mereka hanya mau tau kapan tepatnya dia lahir. Mereka bahkan bertanya
bidan (yg membantu org melahirkan) untuk memastikan itu. Lalu mereka langsung
melamar dia setelah memastikan waktunya. Aku berpikir ini sedikit aneh.
Hui Yan
terlihat terkejut mendengarkan pembicaraan itu, tapi ia tetap diam sambil
memainkan rating kayu ditangannya dan sambil tetap mendengarkan.
Pak Tua : “Apa yang kamu tau? Mereka memberi kita begitu
banyak uang. Berapa lama kita bisa menghasilkan sebanyak ini dengan bertani?”
Wanita : “Tidakkah kamu mendengarkan apa yang mereka
tanyakan? Mereka tidak ingin kita menemui Hui Yan lagi.”
Pak Tua : “Mereka berasal dari keluarga yang kuat. Mereka
hanya tidak mau berhubungan dengan kita dimasa depan.”
Kali ini,
mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya itu. Hui Yan terlihat sedih sekali dan
meneteskan air matanya.
Wanita : “Mengapa keluarga seperti itu tertarik kepada anak
kita?”
Didalam
tandu merah. Hui Yan duduk di dalamnya, ia memakai baju pengantin (mungkin) dan sebuah kerudung
berwarna merah yang menutupi wajahnya. Dan diluar tandu itu, ia mendengar orang-
orang sibuk berbicara serta terdengar suara gemuruh yang besar.
“Lihat!
Itu hujan pelangi. Rubah akan menikah!”
“Siapa
itu?”
“Aku
tidak tau.”
“Dia
bukan gadis biasa.”
Tiba-
tiba suasana yang awalnya berisik, menjadi sangat hening. Suara gemuruh pun
menghilang. Jadi karena penasaran, maka Hui Yan pun keluar dari dalam tandunya
dan menanyakan kepada para pengangkat tandunya.
“Dimana
kita? Desa yang manakah ini?” tanya Hui Yan.
“Jangan
terlalu banyak bertanya. Jangan bicarakan ini kepada yang lain,” jawab suara
tersebut. Tapi yang anehnya, di dekat tandu tersebut tidak tampak siapapun,
melainkan hanya Hui Yan sendiri.
Didalam
kamar dengan warna merah. Seperti sebuah kamar pengantin baru. Hui Yan duduk
diatas tempat tidur. Karena penasaran dengan tempatnya berada sekarang, maka Hui
Yan pun mengintip dari balik kerudung yang menutupi wajahnya.
Disaat
itu tiba- tiba terdengar suara seorang pria (He Lan Jing Ting) yang bertanya, ”Apakah
itu Hui Yan? Hui Yan?” tanya nya, tapi Hui Yan tidak menjawab.
He Lan
masuk kedalam kamar dan naik keatas tempat tidur dari arah belakang Hui Yan. Lalu
tanpa sengaja, dia menarik kain merah yang menutupi wajah Hui Yan, sehingga Hui
Yan pun menjadi terkejut.
“Aku
minta maaf. Aku tau kamu pasti merasa tidak nyaman. Sejujurnya, aku juga sama,
aku tidak nyaman,” kata He Lan meminta maaf langsung dengan nada yang sangat
lembut.
Ketika
Hui Yan melirik kebelakang untuk melihat He Lan. Ia melihat kalau He Lan
memakai sebuah topeng yang menutupi wajahnya.
“Ayahku
bilang kita harus menikah. Aku belum mengenalmu. Aku juga tidak ingin menikah.
Tapi menurut mereka, kita harus menghabiskan malam ini bersama. Aku minta
maaf,” lanjut He Lan dengan nada yang tetap lembut.
Setelah
selesai bicara, He Lan menanyakan apakah Hui Yan masih memakai kerudung merahnya.
Dan mendengar itu, Hui Yan menjadi merasa heran.
“Oh..
tidak apa,” kata He Lan dengan canggung. Karena menyadari keheranan Hui Yan.
He Lan
lalu memberikan sebuah buah kepada Hui Yan, menawarkan agar Hui Yan memakan
itu. Tapi Hui Yan menolak, karena ia ingin pulang kerumah.
“Apa kamu
tau jalan pulang?” tanya He Lan. Dan disaat Hui Yan hanya terdiam, ia meminta
agar Hui Yan memakan buah ini.
“Aku
tidak lapar,” tolak Hui Yan.
“Hanya
segigit saja,” bujuk He Lan.
“Bagaimana
jika aku menolak?” tanya Hui Yan, pelan.
“Kemudian…
ak…aku akan menunggu semalaman. Aku akan menunggu hingga kamu memakan ini,”
jawab He Lan.
Dengan
agak terpaksa, maka Hui Yan pun mengambil buah itu dan memakannya. Dan setelah
mengigit buah itu, Hui Yan pun langsung mengeluarkannya dari dalam mulutnya
sambil memperhatikan reaksi He Lan.
“Mengapa
aku tidak mendengar kamu makan?” tanya He Lan, tampak bingung.
Mendengar
pertanyaan aneh dari He Lan, maka Hui Yan pun mengunyah buah itu dengan suara keras
yang disengaja. Setelah itu, ia menanyakan apakah He Lan tidak bisa melihat
(buta).
He Lan melepaskan
topeng yang dipakainya. Dan ketika melihat wajah He Lan, Hui Yan tampak kaget,
karena warna mata He Lan tampak berwarna keabu- abuan. Lalu karena penasaran,
maka Hui Yan menggoyangkan tangannya didepan He Lan. Tapi He Lan hanya diam,
karena ia tidak bisa melihat tindakan Hui Yan itu.
“Keluargaku
pasti menawarkan banyak uang untuk membawamu kesini ya?” tanya He Lan. Dan Hui
Yan membenarkan. “Mereka benar- benar keterlaluan,” lanjut He Lan.
“Kamu
tidak perlu mengatakan itu. Sebenarnya, aku sangat jelek. Orang tuaku senang
ada orang yang mau menikahiku. Mereka juga mendapatkan banyak hadiah uang.
Mereka sangat senang,” kata Hui Yan, merendah.
“Tapi aku
tidak berpikir kamu jelek,” kata He Lan, singkat.
“Mengapa?”
tanya Hui Yan, heran.
“Aku bisa
bilang kamu cantik dari suaramu,” balas He Lan, jujur.
Mendengar
itu, Hui Yan tampak senang dan tersenyum. “Apa tidak ada yang bilang padamu
kalau kamu benar- benar tampan?” tanya Hui Yan dengan malu- malu.
Mendengar
hal itu, kali ini giliran He Lan yang menjadi senang dan tersenyum malu- malu
sendiri. Karena He Lan tidak pernah bisa melihat dirinya sendiri.
“Ayahku
bilang padaku kalau mataku akan sembuh dimasa depan. Tapi aku hanya bisa
melihat dibawah cahaya bulan,” kata He Lan, mulai bercerita.
“Benarkah?”
tanya Hui Yan sambil tersenyum.
“Tentu!
Ketika aku bisa melihat, aku akan memastikan apa perkataanmu jujur atau tidak,”
jawab pria itu sambil tersenyum juga.
Malam itu
pun berlalu. Hari- hari pun juga berlalu. Hingga akhirnya mereka berdua telah
menjadi dewasa. Duduk bersama sambil memainkan musik. Berdiri bersama didekat
danau, dibawah cahaya bulan.
Hui Yan, apa
kamu tau? Aku bisa melihat dunia pada malam sekarang karena kamu. Aku akan
menjagamu. Aku akan berada disisimu. Tunggu aku.
Guan Pi
Pi terbangun dari tidurnya. Lalu ia mengambil sebuah jam kecil yang berada
dimeja disamping tempat tidurnya. Dan setelah melihat jam tersebut, ia pun
kembali tidur lagi.
Malam
hari. Diatas atap gedung yang tinggi. Seorang pria berpakaian hitam (He Lan
Jing Ting), berdiri disana sambil memandangin pemandangan kota. Lalu dua orang
pria menghampirinya. Seorang dari mereka berbicara, ia melaporkan kalau ID dan
document penting lainnya milik He Lan telah siap.
“Kamu
akan menjadi seorang kolektor barang antik disini. Kami juga telah
mempersiapkan sebuah rumah untukmu,” jelas orang tersebut.
Dahulu kala, ada
sebuah planet diluar angkasa. Lingkungannya hampir sama dengan bumi. Tentu
saja, ada alien yang tinggal disana. Setelah berabad- abad reproduksi dan
evolusi, alien ini membentuk peradaban mereka sendiri.
Suatu hari,
ilmuwan mereka memperkirakan bahwa planet mereka akan segera runtuh. Untuk
berlindung, mereka naik ke ruang angkasa dan bermigrasi ke planet lain.
Satu grup datang
kebumi. Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai ‘fox people’ (orang rubah).
Para penduduk bumi ketakutan melihat mereka. Menurut ‘Catatan yang hilang’,
sebuah kapal besar melayang diatas laut barat.
Orang dalam
kapal menggunakan mahkota. Badan mereka tertutupi dengan bulu putih. Mereka
bisa terbang tanpa sayap. Itu kesan pertama kami tentang fox people.
Untuk
menyesuaikan diri, fox people terus berevolusi. Mereka terlihat seperti penduduk
bumi sekarang dan menjalani hidup seperti kita. Perjuangan antara manusia dan
fox people tidak pernah berhenti.
Selama masa
disnati Tang, ada seorang sarjana bernama Dai Fu. Dia tertarik dalam hubungan
antara manusia dan rubah. Dia percaya cinta itu transgressive. Setelah
meninggal, anaknya membuat anthology dari cerita yang dia tulis.
Anthology itu
dipublikasikan dibawah nama “Catatan luas dari cerita- cerita aneh”. Anthology
ini dirayakan oleh pembacanya. Dengan tawaran dari pendongeng, cerita ini menyebar
Orang menjadi
lebih penasaran tentang rubah. Mereka menjadi takut. Fox people menyadari kalau manusia menjadi kurang bersahabat. Jadi mereka tidak punya pilihan selain
menyembunyikan indentitas mereka dan berbaur.
Berdasarkan
Novel Shi Ding Rou [MoonShine and Valentine]
Tags:
Moonshine and Valentine
lanjut kak
ReplyDeleteWoaah👍
ReplyDelete