Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 13 - 3



  Company name : Citizen Kane

Krit datang kerumah Yada. Disana ia langsung kepada Khem apakah Yada telah pergi dan lalu ketika ia tau Yada belum pergi, maka ia pun ingin masuk kedalam rumah. Tapi Khem malah menahannya dan bersikap menguji kesabarannya, sehingga hal itu membuat Krit menjadi sangatt emosi.

“Mengapa P’Da pergi keluar kota? Dia sudah bilang padamu kan,” jelas Khem.



“Aku tidak percaya padamu. Itu hanyalah ancaman,” balas Krit, tidak percaya.

“Hanya ancaman? Kamu ingin mendengarnya dengan keras dan jelas kan? P’Da pergi untuk mengurus anak didalam kandungannya,” kata Khem, yang bermakna seperti Yada pergi untuk mengaborsi anaknya.


Tepat disaat itu, Krit melihat sebuah mobil pergi keluar. Dan didalam mobil itu, terdapat Trai yang sedang menyetir serta Yada yang duduk disebelahnya. Jadi dengan cepat, Krit pun langsung menaiki mobilnya untuk menyusul mereka.


Didalam mobil. Trai serta Yada sadar kalau mobil Krit mengikuti mereka. Dan dengan sikap yang agresif, Krit mendekati mobil Yada dari samping. Ia memencet klakson nya dan berteriak agar mereka berhenti.

Trai awalnya ragu dan mau berhenti, tapi karena Yada –kakaknya- tampak tidak mau sama sekali. Maka Trai pun dengan cepat, tetap melajukan mobilnya, mencoba untuk menghindari Krit.



Hingga akhirnya mobil mereka berdua tiba dijalanan yang agak sepi. Dan disana Krit berhasil mencegat mobil Trai. Ia lalu segera turun dari mobil dan meminta Yada untuk turun serta berbicara dengannya.

Lalu Yada pun turun. Dan mereka berdua mulai berdebat, Krit meminta agar Yada menunggu bayi itu lahir, jika Yada memang tidak mau, setelah itu ia yang akan membesarkan bayi itu. Tapi dengan keras kepala, Yada tetap pada keputusannya.



“Kamu harus pergi. Kamu tidak bisa merubah pikiran P’Da,” kata Trai kepada Krit. Tapi Krit tampak tidak mendengarkannya dan ia tetap berbicara kepada Yada.

“Aku menolak untuk membiarkanmu menyakiti bayi itu! Kamu dengar aku?!” tegas Krit.

“Kamu tidak bisa menghentikanku,” balas Yada.



Saat Yada ingin masuk kembali kedalam mobil, Krit menahannya. Ia memeluk Yada dan memohon kepada Yada. Tepat disaat itu, para bodyguard Yada datang. Dan mereka semua langsung menahan Krit.

“Da. Kamu tidak bisa melakukan ini,” mohon Krit dengan pandangan sedih dan terluka.

“Bayiku, masalahku. Saat aku menyingkirkannya, maka aku akan bebas. Kamu mengerti sekarang, mengapa aku harus melakukan itu?” tanya Yada, lalu masuk kedalam mobil. Begitu juga dengan Trai.



Krit terus berteriak dan memohon agar Yada tidak melakukan itu, tapi ia tidak bisa bergerak karena tubuhnya ditahan. Lalu setelah Yada pergi maka, Krit segera memukul para bodyguard itu, tapi karena pada saat itu dia hanya sendirian, maka ia pun kalah. Ia dihajar oleh para bodyguard Yada.




Dengan bibir yang berdarah dan pandangan sedih, Krit berdiri diam sambil memandangin langit malam. Ia mengingat jelas mengenai perkataan Yada kepadanya. Lalu tanpa sadar, ia meneteskan air matanya dan menangis. Ia terduduk dengan lemas sambil memperhatikan cincin pernikahan dijarinya dan mengenang segalanya. Ia tampak sangat terluka. Sedih. Serta menderita.



Dirumah. Kwan masih tampak cemberut, karena ia sudah merasa nyaman tinggal disini, sehingga ia tidak mau pindah sama sekali. Tapi dengan tegas, Tassana mengatakan bahwa ini semua demi kebaikan Kwan.

“Jika kamu tidak punya aku, apa kamu bisa memiliki hidupmu?” tanya Kwan yang merasa bahwa dirinya hanyalah beban untuk Tassana.




Tentu saja mendengar itu, Tassana menjadi marah. Tapi dengan keras kepala, Kwan lalu mengambil tasnya dan pergi keluar dari rumah. Awalnya Tassana tidak segera mengikuti Kwan, ia hanya berteriak dan memanggil Kwan saja, tapi saat Kwan tidak kembali ataupun menjawabnya, ia pun segera keluar dari rumah dan melihat pagar telah terbuka.



Kwan yang keras kepala, berjalan kaki dihari yang panas, mencabut tumbuhan- tumbuhan liar yang membuat alerginya makin parah. Ia tampak sangat pucat sekali, tapi ia terus berjalan dan lalu berlari.



Tassana telat selangkah, saat ia tiba ditepi jalan. Kwan telah menghilang. Dan dengan panik, Tassana menghubungin Kwan dan berharap agar Kwan menjawabnya, tapi sayangnya tidak ada jawaban apapun.

Jadi karena saking paniknya, Tassana lalu menghubungin Khem dan meminta pertolongan Khem untuk membantunya mencari Kwan yang pergi melarikan diri.




Kwan mulai merasa pusing serta sesak nafas, perlahan langkahnya semakin lambat. Sedangkan disisi lain, Tassana terus berlari dan berteriak memanggil namanya, masih sambil mencoba menghubungin hp Kwan. Dan disaat Khem tiba, Tassana langsung menjelaskan semuanya.



“Khun Na. Kamu harus tenang dulu. Kwan tidak akan pergi terlalu jauh,” kata Khem berusaha untuk menenangkan Tassana.

“Kita tidak punya banyak waktu,” jelas Tassana, panik.

“Khun Na berapa lama biasanya Khem berada diluar?”

“Dengan matahari yang bersinar seperti ini, kurang dari 15 menit. Ada debu dan serbuk sari juga. Ini salahku. Aku membuat adikku menuju ke kematian."

Tanpa bertanya atau berkata apapun lagi, mereka berdua lanjut berkeliling untuk mencari Kwan.



Direstoran. Trai serta Nee duduk sambil menutup wajah mereka menggunakan buku menu. Lalu setelah agak lama, mereka perlahan menurunkan buku menu itu dari wajah mereka dan memperhatikan keadaan sekitar mereka.

“Bukankah menurutmu hari ini begitu tenang untuk kita?” tanya Nee heran, karena biasanya pasti ada yang mengikuti mereka.

“Rumahku sudah berhenti menggunakan bodyguard,” jawab Trai.

“Kamu tidak takut pada P’Krit lagi?”

“Kakakmu sudah berhenti menganggu kami. Khususnya sekarang.”



Tepat disaat itu, Krit tiba- tiba datang dan duduk dihadapan mereka berdua. Sehingga Nee pun menajdi terkejut, lalu ia mulai mengomel. Tapi Krit mengabaikanya, apalagi saat Nee mengeluh agar Krit menyuruh Ping berhenti mengikutinya.

“Aku butuh bicara kepada Trai,” kata Krit.



“Ini sudah terlambat Khun Sharkrit,” balas Trai.

“Belum. Da butuh waktu untuk membuat keputusannya. Ini bukan hal yang sederhana.”

“P’Da punya janji jam 8 pagi ini. Maksudku waktu di New York. Jam 3 siang disini, berarti itu jam 3 pagi disana. Dalam beberapa jam, masalah P’Da akan selesai.”



Mendengar semua penjelasan itu, Krit tampak menegang. Walaupun Trai terus mengatakan bahwa Krit telah terlambat, tapi Krit tidak peduli dan langsung berdiri, pergi dari sana. Dan Nee yang dari tadi diam, langsung bertanya, tapi Trai tidak menajwab.





Saat melewati sebuah gang, Khem serta Tassana tanpa sengaja mendengar suara wanita yang terdengar seperti sedang sesak nafas. Jadi mereke pun memasuki gang itu. Dan ketika mereka melihat Kwan yang tampak terduduk, sesak nafas, dan sangat kesakitan. Mereka berdua menjadi sangat khawatir. Dengan cemas, Tassana memeluk Kwan. Lalu segera mengendongnya.



Dirumah sakit. Tassana langsung menjelaskan kepada perawat kalau adiknya menderita alergi kepada banyak hal dan nama dokter yang menanganin adiknya. Dan setelah Tassana selesai menjelaskan dengan cepat, ia ingin ikut masuk kedalam. Tapi Khem langsung menahan tangannya.




Diruang tunggu. Mereka duduk bersama. Khem memegang tangan Tassana untuk menguatkan dia, Khem juga menenangkan dia yang terus merasa khawatir dan menyalahkan diri sendiri.

“Nong Kwan akan baik- baik saja. Kamu sudah memilih rumah sakit terbaik untuk Kwan. Percaya aku. Jadi tenang saja ya,” kata Khem.



Kwan tertidur diruang ICU, ia sama sekali belum sadar. Ia memakai infus, peralatan untuk bernafas, serta berbagai peralatan lainnya. Dan Tassana masuk ke dalam sana untuk menjenguknya, ia memegang tangan Kwan. Sedangkan Khem berdiri diluar, memperhatikan semuanya dari luar pintu kaca.



Pas disaat itu, seorang perawat masuk dan mengabarkan kepada Tassana bahwa Dokter ingin menemuinya, jadi dengan segera Tassana langsung mengiyakan. Dan Khem masih berdiri disana, ia memperhatikan Tassana yang sedang berbicara dengan dokter.


Dengan lesu Tassana berjalan dilorong rumah sakit dan Khem mengikutinya dari belakang. Khem lalu menanyakan tentang perkataan Dokter, tapi Tassana hanya menjawab tidak ada. Jadi Khem pun menarik tangan Tassana, menghentikannya.



“Dokter bilang obat yang dia (Kwan) miliki tidak bekerja lagi. Itu harus menjadi sesuatu yang lebih kuat. Dan lebih beresiko. Dokter tidak akan menjamin… aku tidak ingat lagi apa yang doktor bilang selanjutnya… aku hanya dengar hubungin anggota keluarga yang lain… misalkan… besok kita akan tau hasilnya. Jika Kwan bisa melewati nya malam ini…” jelas Tassana.


Perkataan Tassana terpotong. Disaat Nee serta Trai datang memotong perkataannya. Disana Nee yang tidak tau apapun bertanya apa kondisi Khem seburuk itu.

“Dokter disini sangat bagus sekali. Kwan akan segera membaik,” kata Trai, menenangkan Tassana yang sedang tampak sedih.




Tapi tanpa membalas ataupun menjawab. Tassana berjalan pergi meninggalkan mereka. Lalu Trai langsung menyenggol Nee dan memarahinya karena telah bertanya seperti itu dan Nee pun jadi tampak sangat bersalah, karena ia tidak bermaksud seperti itu. Sedangkan Khem merasa khawatir.

Post a Comment

Previous Post Next Post