Company name : Citizen Kane
Krit datang kerumah Yada. Disana ia
langsung kepada Khem apakah Yada telah pergi dan lalu ketika ia tau Yada belum
pergi, maka ia pun ingin masuk kedalam rumah. Tapi Khem malah menahannya dan bersikap
menguji kesabarannya, sehingga hal itu membuat Krit menjadi sangatt emosi.
“Mengapa P’Da pergi keluar kota? Dia
sudah bilang padamu kan,” jelas Khem.
“Aku tidak percaya padamu. Itu
hanyalah ancaman,” balas Krit, tidak percaya.
“Hanya ancaman? Kamu ingin
mendengarnya dengan keras dan jelas kan? P’Da pergi untuk mengurus anak didalam
kandungannya,” kata Khem, yang bermakna seperti Yada pergi untuk mengaborsi
anaknya.
Tepat disaat itu, Krit melihat
sebuah mobil pergi keluar. Dan didalam mobil itu, terdapat Trai yang sedang
menyetir serta Yada yang duduk disebelahnya. Jadi dengan cepat, Krit pun
langsung menaiki mobilnya untuk menyusul mereka.
Didalam mobil. Trai serta Yada sadar
kalau mobil Krit mengikuti mereka. Dan dengan sikap yang agresif, Krit
mendekati mobil Yada dari samping. Ia memencet klakson nya dan berteriak agar
mereka berhenti.
Trai awalnya ragu dan mau berhenti,
tapi karena Yada –kakaknya- tampak tidak mau sama sekali. Maka Trai pun dengan
cepat, tetap melajukan mobilnya, mencoba untuk menghindari Krit.
Hingga akhirnya mobil mereka berdua
tiba dijalanan yang agak sepi. Dan disana Krit berhasil mencegat mobil Trai. Ia
lalu segera turun dari mobil dan meminta Yada untuk turun serta berbicara
dengannya.
Lalu Yada pun turun. Dan mereka
berdua mulai berdebat, Krit meminta agar Yada menunggu bayi itu lahir, jika
Yada memang tidak mau, setelah itu ia yang akan membesarkan bayi itu. Tapi
dengan keras kepala, Yada tetap pada keputusannya.
“Kamu harus pergi. Kamu tidak bisa
merubah pikiran P’Da,” kata Trai kepada Krit. Tapi Krit tampak tidak
mendengarkannya dan ia tetap berbicara kepada Yada.
“Aku menolak untuk membiarkanmu
menyakiti bayi itu! Kamu dengar aku?!” tegas Krit.
“Kamu tidak bisa menghentikanku,”
balas Yada.
Saat Yada ingin masuk kembali
kedalam mobil, Krit menahannya. Ia memeluk Yada dan memohon kepada Yada. Tepat
disaat itu, para bodyguard Yada datang. Dan mereka semua langsung menahan Krit.
“Da. Kamu tidak bisa melakukan ini,”
mohon Krit dengan pandangan sedih dan terluka.
“Bayiku, masalahku. Saat aku
menyingkirkannya, maka aku akan bebas. Kamu mengerti sekarang, mengapa aku
harus melakukan itu?” tanya Yada, lalu masuk kedalam mobil. Begitu juga dengan
Trai.
Krit terus berteriak dan memohon
agar Yada tidak melakukan itu, tapi ia tidak bisa bergerak karena tubuhnya
ditahan. Lalu setelah Yada pergi maka, Krit segera memukul para bodyguard itu, tapi
karena pada saat itu dia hanya sendirian, maka ia pun kalah. Ia dihajar oleh
para bodyguard Yada.
Dengan bibir yang berdarah dan
pandangan sedih, Krit berdiri diam sambil memandangin langit malam. Ia
mengingat jelas mengenai perkataan Yada kepadanya. Lalu tanpa sadar, ia
meneteskan air matanya dan menangis. Ia terduduk dengan lemas sambil
memperhatikan cincin pernikahan dijarinya dan mengenang segalanya. Ia tampak
sangat terluka. Sedih. Serta menderita.
Dirumah. Kwan masih tampak cemberut,
karena ia sudah merasa nyaman tinggal disini, sehingga ia tidak mau pindah sama
sekali. Tapi dengan tegas, Tassana mengatakan bahwa ini semua demi kebaikan
Kwan.
“Jika kamu tidak punya aku, apa kamu
bisa memiliki hidupmu?” tanya Kwan yang merasa bahwa dirinya hanyalah beban
untuk Tassana.
Tentu saja mendengar itu, Tassana
menjadi marah. Tapi dengan keras kepala, Kwan lalu mengambil tasnya dan pergi
keluar dari rumah. Awalnya Tassana tidak segera mengikuti Kwan, ia hanya
berteriak dan memanggil Kwan saja, tapi saat Kwan tidak kembali ataupun
menjawabnya, ia pun segera keluar dari rumah dan melihat pagar telah terbuka.
Kwan yang keras kepala, berjalan
kaki dihari yang panas, mencabut tumbuhan- tumbuhan liar yang membuat alerginya
makin parah. Ia tampak sangat pucat sekali, tapi ia terus berjalan dan lalu
berlari.
Tassana telat selangkah, saat ia
tiba ditepi jalan. Kwan telah menghilang. Dan dengan panik, Tassana
menghubungin Kwan dan berharap agar Kwan menjawabnya, tapi sayangnya tidak ada
jawaban apapun.
Jadi karena saking paniknya, Tassana
lalu menghubungin Khem dan meminta pertolongan Khem untuk membantunya mencari
Kwan yang pergi melarikan diri.
Kwan mulai merasa pusing serta sesak
nafas, perlahan langkahnya semakin lambat. Sedangkan disisi lain, Tassana terus
berlari dan berteriak memanggil namanya, masih sambil mencoba menghubungin hp
Kwan. Dan disaat Khem tiba, Tassana langsung menjelaskan semuanya.
“Khun Na. Kamu harus tenang dulu.
Kwan tidak akan pergi terlalu jauh,” kata Khem berusaha untuk menenangkan
Tassana.
“Kita tidak punya banyak waktu,”
jelas Tassana, panik.
“Khun Na berapa lama biasanya Khem
berada diluar?”
“Dengan matahari yang bersinar
seperti ini, kurang dari 15 menit. Ada debu dan serbuk sari juga. Ini salahku.
Aku membuat adikku menuju ke kematian."
Tanpa bertanya atau berkata apapun
lagi, mereka berdua lanjut berkeliling untuk mencari Kwan.
Direstoran. Trai serta Nee duduk
sambil menutup wajah mereka menggunakan buku menu. Lalu setelah agak lama,
mereka perlahan menurunkan buku menu itu dari wajah mereka dan memperhatikan
keadaan sekitar mereka.
“Bukankah menurutmu hari ini begitu
tenang untuk kita?” tanya Nee heran, karena biasanya pasti ada yang mengikuti
mereka.
“Rumahku sudah berhenti menggunakan
bodyguard,” jawab Trai.
“Kamu tidak takut pada P’Krit lagi?”
“Kakakmu sudah berhenti menganggu
kami. Khususnya sekarang.”
Tepat disaat itu, Krit tiba- tiba
datang dan duduk dihadapan mereka berdua. Sehingga Nee pun menajdi terkejut,
lalu ia mulai mengomel. Tapi Krit mengabaikanya, apalagi saat Nee mengeluh agar
Krit menyuruh Ping berhenti mengikutinya.
“Aku butuh bicara kepada Trai,” kata
Krit.
“Ini sudah terlambat Khun Sharkrit,”
balas Trai.
“Belum. Da butuh waktu untuk membuat
keputusannya. Ini bukan hal yang sederhana.”
“P’Da punya janji jam 8 pagi ini.
Maksudku waktu di New York. Jam 3 siang disini, berarti itu jam 3 pagi disana.
Dalam beberapa jam, masalah P’Da akan selesai.”
Mendengar semua penjelasan itu, Krit
tampak menegang. Walaupun Trai terus mengatakan bahwa Krit telah terlambat,
tapi Krit tidak peduli dan langsung berdiri, pergi dari sana. Dan Nee yang dari
tadi diam, langsung bertanya, tapi Trai tidak menajwab.
Saat melewati sebuah gang, Khem
serta Tassana tanpa sengaja mendengar suara wanita yang terdengar seperti
sedang sesak nafas. Jadi mereke pun memasuki gang itu. Dan ketika mereka
melihat Kwan yang tampak terduduk, sesak nafas, dan sangat kesakitan. Mereka
berdua menjadi sangat khawatir. Dengan cemas, Tassana memeluk Kwan. Lalu segera
mengendongnya.
Dirumah sakit. Tassana langsung
menjelaskan kepada perawat kalau adiknya menderita alergi kepada banyak hal dan nama dokter
yang menanganin adiknya. Dan setelah Tassana selesai menjelaskan dengan cepat,
ia ingin ikut masuk kedalam. Tapi Khem langsung menahan tangannya.
Diruang tunggu. Mereka duduk
bersama. Khem memegang tangan Tassana untuk menguatkan dia, Khem juga
menenangkan dia yang terus merasa khawatir dan menyalahkan diri sendiri.
“Nong Kwan akan baik- baik saja.
Kamu sudah memilih rumah sakit terbaik untuk Kwan. Percaya aku. Jadi tenang
saja ya,” kata Khem.
Kwan tertidur diruang ICU, ia sama
sekali belum sadar. Ia memakai infus, peralatan untuk bernafas, serta berbagai
peralatan lainnya. Dan Tassana masuk ke dalam sana untuk menjenguknya, ia
memegang tangan Kwan. Sedangkan Khem berdiri diluar, memperhatikan semuanya
dari luar pintu kaca.
Pas disaat itu, seorang perawat
masuk dan mengabarkan kepada Tassana bahwa Dokter ingin menemuinya, jadi dengan
segera Tassana langsung mengiyakan. Dan Khem masih berdiri disana, ia
memperhatikan Tassana yang sedang berbicara dengan dokter.
Dengan lesu Tassana berjalan
dilorong rumah sakit dan Khem mengikutinya dari belakang. Khem lalu menanyakan
tentang perkataan Dokter, tapi Tassana hanya menjawab tidak ada. Jadi Khem pun
menarik tangan Tassana, menghentikannya.
“Dokter bilang obat yang dia (Kwan)
miliki tidak bekerja lagi. Itu harus menjadi sesuatu yang lebih kuat. Dan lebih
beresiko. Dokter tidak akan menjamin… aku tidak ingat lagi apa yang doktor
bilang selanjutnya… aku hanya dengar hubungin anggota keluarga yang lain…
misalkan… besok kita akan tau hasilnya. Jika Kwan bisa melewati nya malam ini…”
jelas Tassana.
Perkataan Tassana terpotong. Disaat
Nee serta Trai datang memotong perkataannya. Disana Nee yang tidak tau apapun
bertanya apa kondisi Khem seburuk itu.
“Dokter disini sangat bagus sekali.
Kwan akan segera membaik,” kata Trai, menenangkan Tassana yang sedang tampak
sedih.
Tapi tanpa membalas ataupun
menjawab. Tassana berjalan pergi meninggalkan mereka. Lalu Trai langsung menyenggol
Nee dan memarahinya karena telah bertanya seperti itu dan Nee pun jadi tampak
sangat bersalah, karena ia tidak bermaksud seperti itu. Sedangkan Khem merasa
khawatir.