Broadcast Network : Tencent
Setelah acara pelelangan
kedua telah berakhir. Wang Xuan langsung menghampiri dan mendekati Pi Pi. Ia
meminta Pi Pi agar membantunya untuk bisa mewawancarai He Lan. Tapi Pi Pi yang
tidak berani, hanya bisa diam dengan sikap gugup.
“Halo, Tuan He Lan. Aku Wang Xuan,”
sapa Wang Xuan langsung kepada He Lan, karena Pi Pi hanya diam saja.
“Bolehkah aku minta waktumu 2 menit?
Aku teman Qian Hua,” aku Wang Xuan.
“Mm.. aku mengenakan lipstik yang
kamu berikan padaku hari ini. Aku suka itu,” balas Wang Xuan dengan nada suara
yang agak pelan. Setelah itu ia permisi kepada mereka semua.
“Seluruh jadwal lelang diputuskan
pada saat-saat terakhir,” jelas Xiu Xuan.
Beberapa orang berpakaian hitam dan bersenjata, turun dari dalam mobil. Mereka mengawal seorang pria yang membawa sebuah koper. Mereka masuk kedalam gedung, menaiki tangga.
“Pearl of Charms akan diletakan di ruang
penyimpanan selama pelelangan kedua. Lalu itu akan dipindahkan keruangan
penilaian, selanjutnya ke ruang pameran,” jelas Xiu Xuan.
Didalam ruangan penilaian. Ada dua orang yang memiliki kunci kota besi. Menggunakan kunci masing- masing, mereka membuka kotak itu. Dan memeriksa isinya. Dan untuk bisa masuk keruangan tersebut, seseorang membutuhkan sebuah kartu ID.
“Dua orang akan dibutuhkan untuk
bersama membuka keamanan di ruang penilaian. Kedua Juru Nilai dengan izin keamanan
akan mengerjakan Pearl (mutiara) bersama.”
“Pemilik barang dan pihak
penyelenggara. Tidak ada yang mau mengambil tanggung jawab jika terjadi sesuatu
yang salah,” jelas Qian Hua.
“Mereka menilai mutiara seperti
seorang petugas. Jika ada sesuatu yang salah selama penilaian, maka pihak
asuransi yang akan membayarnya. Tapi jika sesuatu ada yang salah setelah itu,
maka pihak sponsor yang akan bertanggung jawab,” kata Qian Hua, melanjutkan
penjelasannya.
“Mengapa harus selalu aku yang
melakukan ini?” tanya Kuan Yong.
“Karena penampilan mu tampak
klasik,” balas Xiu Xian sambil tersenyum.
“He Lan dan Qian Hua sangat aneh.
Menurutmu apa yang sedang mereka bicarakan?” tanya Wang Xuan sambil melihat
kearah He Lan dan Qian Hua yang sedang mengobrol.
“Mungkin mereka membicarakan tentang barang antik. Memangnya apa lagi?,” jawab Pi Pi dengan polos.
“Mungkin mereka membicarakan tentang barang antik. Memangnya apa lagi?,” jawab Pi Pi dengan polos.
Wang Xuan lalu mengalihkan pandangan
kearah Kuan Yong. Ia menanyakan apa Pi Pi mengenal Kuan Yong. Dan dengan agak
tidak yakin, Pi Pi menjawab bahwa ia tidak kenal, tapi menurutnya tidak akan
ada kesempatan untuk Wang Xuan.
“Mengapa tidak?” tanya Wang Xua,
terkejut.
“Kita tidak berasal dari dunia yang
sama,” jawab Pi Pi sambil melihat kesekitar.
“Kamu seorang yang bukan bagian dari
dunia kami,” balas Wang Xuan, mengejek.
“Aku akan butuh lima belas menit
sekarang,” kata Xiu Xian. Ia bersikap seperti tidak begitu dekat dengan Qian
Hua dan He Lan.
“Berdasarkan dari putaran terakhir,
pelelangan tidak akan berjalan terlalu lama. Jadi kita akan butuh waktu lebih,”
balas He Lan.
Xiu Xian menjelaskan lagi kepada He
Lan, kalau untuk memasukan ID baru Kuang Yong, ia membutuhkan waktu 15 menit.
Jadi untuk itu, He Lan harus mengangkat kartu nomor lelangnya saat pelelangan
berlangsung, semua itu untuk mengulur waktu.
“Dia nyonya dari pengusaha paling
berkuasa disini. Suaminya itu adalah anak kedua dari keluarga Tan. Dalam
pelelangan sebelumnya, dia membeli lebih dari 10 barang. Kita mungkin tidak
bisa punya waktu, jika kamu melawan dia,” jelas Xiu Xian.
Qian Hua menjelaskan pendapatnya
kepada He Lan. Tanpa menunjuk, Qian Hua menjelaskan tentang seorang pria
berpakaian coklat yang sedang membaca tidak jauh dari belakang mereka.
Mendengarkan pendapat Qian Hua, maka
Xiu Xian pun memutuskan untuk mencari data tentang pria berpakaian coklat itu.
“Ini dibuat dengan Sevruga Caviar (salah satu makanan termahal). Aku tidak pikir seseorang seperti mu bisa menghargai rasa yang berkelas,” kata Wang Xuan dengan nada halus, namun menyindir kepada Pi Pi yang sedang menciumin sebuah makanan.
“Aku hanya mengajarimu, Guan Pi Pi,”
balas Wang Xuan denga tajam. Dan Pi Pi hanya balas dengan senyuman saja, tanpa
bicara lagi.
Mendengar jawaban Pi Pi, Wang Xuan
tampak mendengus dan tersenyum mengejek. Sedangkan He Lan, tidak. Ia memesankan
dumpling goreng untuk Pi Pi.
“Apapun ada untuk Anda, Tuan He
Lan,” jawab pelayan, mengiyakan.
Melihat itu, Wang Xuan menjadi kesal
dan pergi menjauh dari mereka berdua.
“Bukankah itu hanya kipas biasa?”
tanya He Lan sambil melihat buku tentang kipas itu.
“Aku dengar itu mungkin tulisan Guan
Han Qing. Jadi Guan Zhi Hao mau memenangkan itu,” jawab Qian Hua. Lalu pamit
keluar duluan.
“Dongeng lagi? Apa kamu pendongeng?”
keluh Pi Pi.
“Apa kamu bosan? Kamu akan segera
bersenang- senang nanti,” kata He Lan, menyadari sikap Pi Pi yang tidak
bersemangat.
“Halo, namaku Wang. Aku dari pusat
budaya dan sejarah,” kenal Kuan Yong. Lalu duduk. Disaat itu seorang juru
nilai, batuk.
“Telpon Ayahku,” kata Zhi Hao,
berbisik kepada pria tua yang berada disebelahnya.
Saat angka telah mencapai angka 1,5
dan pria tua itu telah selesai menelpon. Zhi Hao langsung bertanya kepadanya.
Dan tampaknya Ayah Zhi Hao setuju. Jadi Zhi Hao pun mengangkat papannya dan
menunjukan dua jari.
“Oh. Harganya di double. Sekarang itu jadi juta,” kata si Juru Lelang.
Sedangkan Kuan Yong. Diruang tunggu,
ia tetap duduk dengan tenang.
Juru Lelang juga menjadi tidak
percaya, karena harga awal kipas itu adalah 400 ribu, tapi kini menjadi 7 juta.
“Tidak penting. Hanya saja aku mau.
Angkat kartunya,” jawab He Lan.
Pi Pi lalu mengangkat kartunya,
sehingga harga menjadi 7,1 juta. Dan mengetahui hal itu, Zhi Hao menjadi
terkejut, lalu meminta jeda waktu sebentar untuk berbicara kepada Pi Pi.
“Pria muda, kamu tidak bisa seperti
itu,” protes si pria tua. Tapi Zhi Hao menghentikannya dan kembali ketempat
duduknya semula.
“Aku mengundangmu untuk mengangkat
kartu. Aku tidak perlu kamu untuk menghakimin keputusanku,” jelas He Lan dengan
tegas.
Zhi Hao menaikan harga menjadi 8
juta.
Tags:
Moonshine and Valentine
Dtunggu sinopsis selanjutnya..😊
ReplyDeleteSemangat kakak, makin seru nih...
ReplyDeleteCeritanya baguus,semangat kak!
ReplyDelete