Broadcast Network : Tencent
Qian Hua berlari didalam hutan.
Menghindari kejaran orang- orang berpakaian hitam yang membawa obor dan
mengejarnya. Disaat itu tanpa sengaja, mungkin karena sudah terlalu lelah, Qian
Hua pun terjatuh.
Qian Hua yang sudah tidak kuat untuk
berlari lagi, bersembunyi di dekat semak- semak. Dan ketika itu He Lan datang,
ia mendekati Qian Hua dari belakang serta membekap mulut Qian Hua agar tidak
berteriak.
“Lepaskan pakaiamu. Kamu terkena realgar
(info by google translate mineral lunak, kemerahan yang digunakan sebagai
pigmen dan kembang api). Anjing mereka bisa menemukanmu,” kata He Lan,
menjelaskan.
Qian Hua menurut dan membuka pakaian
luar yang dipakainya. Setelah itu He Lan memberikan pakaian hitam nya kepada
Qian Hua untuk menutupi bahu Qian Hua yang terbuka.
Lalu untuk menolong Qian Hua. Maka
He Lan mengambil pakaian merah milik Qian Hua dan pergi untuk mengalihkan
perhatian. Sedangkan kepada Qian Hua, ia meminta agar Qian Hua tetap disini dan
menunggunya.
Disuatu pondok kecil. Dengan api
seadanya sebagai penerangan, He Lan mengurus dan merawat Qian Hua yang terluka.
Dilengan Qian Hua ada suatu luka bakar yang besar sekali dan He Lan menaruh
obat disana.
“Rubah utara benar. Kita tidak
seharusnya terlalu dekat kepada manusia,” kata Qian Hua disaat He Lan
memberikan obat pada lukanya.
“Aku dengan ibuku adalah manusia.
Tapi aku tidak pernah bertemu dia. Dia memberikanku hidup. Dan dia mati untuk
itu. Aku lahir buta. Saat itu aku berpikir untuk apa aku hidup, harusnya aku
mati saja. Tapi kemudian seorang manusia lain mengorbankan hidupnya untuk
menyelamatkanku,” cerita He Lan. Sambil tetap fokus mengobati luka Qian Hua.
“Kamu… Tuan He Lan,” kata Qian Hua.
“Ya. Jadi kita tidak boleh
menghakimin siapapun, mau mereka manusia ataupun rubah. Jangan membenci ketika
kamu dilukai. Beri dirimu kesempatan,” balas He Lan.
Selesai mengobati luka Qian Hua.
Dengan sopan, He Lan menyelimuti kembali tubuh Qian Hua memakai pakaian
hitamnya.
Qian Hu sedang fokus memperhatikan
dokumen yang ada padanya. Dan dari jauh, dibelakang pohon yang berada ditaman, Wang
Xuan menyelinap sambil membawa kamera.
Dan sekretaris Qian Hua yang
menyadari hal itu, memberitahukanya kepada Qian Hua. Tapi Qian Hua tidak peduli
dan menyuruh sekretarisnya untuk mengabaikan itu saja.
Wang Xuan sangat profesional. Saat
ia sedang memotret dan nyamuk- nyamuk mengigitinya. Ia mengeluarkan senjatanya,
yaitu obat nyamuk semprot. Dan menyemprot sekelilingnya.
Di bar. Tian Xin mengabarkan kalau
Jia Lin sudah selesai dan akan segera ke sini juga. Lalu disaat itu, Pi Pi
melihat Chen Nan dan ceweknya. Ia menceritakan kepada Tian Xin bahwa
kelihatannya Xiao Ju menyukai pria itu.
“Xiao Ju akan sedih bila melihat
mereka bersama,” kata Pi Pi.
Disaat itu, teman- teman Tian Xin
mengajak Tian Xin untuk ikut menari bersama mereka. Jadi Tian Xin pamit kepada
Pi Pi yang tidak mau ikut menari. Dan kebetulan sekali Xiao Ju datang, jadi
Tian Xin memintanya untuk menemani Pi Pi.
“Tidak… aku sibuk,” tolak Xiao Ju,
tapi Tian Xin sudah keburu pergi.
“Sibuk? Sibuk apa?” tanya Pi Pi,
heran.
“Pacar temanku merayakan ulang
tahunnya. Aku disini untuk bersenang- senang.”
“Teman yang mana? Apa yang kamu
bicarakan itu Chen Nan?”
“Bagaimana kamu tau?”
“Dia barusan lewat. Dia dengan seorang
wanita. Itu pacarnya kan?”
“Itu mungkin dia.”
Dengan pandangan bersahabat, Pi Pi
meminta agar Xiao Ju agar jangan pergi dan terlibat dengan Chen Nan lagi. Dan
dengan sikap biasa, Xiao Ju membalas kalau Pi Pi tidak perlu khawatir.
“Tunggu aku. Aku akan segera
kembali,” kata Xiao Ju, menenangkan.
“Tetaplah samaku, Xiao Ju. Aku
sedikit takut,” pinta Pi Pi.
“Disini banyak orang. Apa yang kamu
takutkan? Apa kamu takut dimakan oleh rubah?” tanya Xiao Ju, bercanda, karena
mengerti. Lalu ia pun pergi meninggalkan Pi Pi.
Tepat disaat itu, Kuan Yong serta Xi
Xuan datang. Mereka menghampiri Pi Pi dan menyapanya, lalu menanyakan dimana
Xiao Ju berada. Dan Pi Pi menunjukannya kepada mereka, karena sikap Xi Xuan
yang bertanya dengan serius.
Ditengah orang- orang yang sibuk
menari. Xiao Ju melihat Chen Nan yang sedang bersenang- senang dengan ceweknya.
Lalu melihat itu, Xiao Ju tidak mendekat. Ia duduk dan minum sambil menunggu
kode dari Chen Nan.
Chen Nan yang melihat Xiao Ju,
memberikan kode agar Xiao Ju mendekat. Tapi sebelum mendekat, Xiao Ju
menghabiskan dulu minumannya. Setelah itu barulah ia berdiri dan ingin mendekat
ketempat Chen Nan.
Namun tepat disaat itu, Xiu Xian
datang. Ia menahan tangan Xiao Ju dan mengatakan agar Xiao Ju tidak pergi
kesana.
“Aku hanya membantu teman,” kata
Xiao Ju.
“Bagaimana bisa ia teman? Kamu
biasanya sedikit pintar. Tapi kini kamu bertingkah seperti babi padanya,” balas
Xiu Xian, menasihatkan.
Mungkin karena Xiao Ju tidak
mendekat. Maka Chen Nan yang datang mendekat. Ia mengajak Xiao Ju untuk ikut
bersamanya. Dan dengan kuat, Xiao Ju menepis tangan Xiu Xian yang memegangnya,
lalu tersenyum kepada Chen Nan dan mau mengikutinya.
“Kami sedang berbicara sekarang,”
kata Xiu Xian dengan tegas. Sambil menahan tangan Xiao Ju lagi.
“Nah.. kalian bicaralah,” balas Chen
Nan, menginzinkan.
“Apa yang kamu katakan?” kata Xiao
Ju sambil melepaskan tangan Xiu Xian.
“Tidak bisakah kamu melihat, kalau
ia sedang memperalatmu?” balas Xiu Xian.
“Mengapa dia tidak bisa
memperalatku? Setidaknya aku berguna,” balas Xiao Ju, keras kepala.
“Xin Xiao Ju!” balas Xiu Xian mulai
sedikit emosi.
Mungkin. Kuan Yong berjalan dan
dengan sengaja menabrak cewek Chen Nan, lalu meminta maaf dengan sopan. Setelah
itu ia menuju ke meja bar dan menanti cewek Chen Nan mendekatinya. Sambil
berpura- pura main hp.
“Apa yang sedang kamu baca?” tanya
cewek Chen Nan. Mendekati Kuan Yong.
“Hanya berita,” balas Kuan Yong.
“Siapa yang memainkan hp nya di
klub? Apa kamu sendiri?”
“Ya.”
“Kamu pasti punya pacar. Pria yang
baik!”
“Nona, apa kamu sudah punya pacar?”
tanya Kuan Yong. Berhenti memainkan hpnya dan memandang kearah cewek Chen Nan.
“Aku… aku single,” balas cewek Chen Nan, berbohong.
“Bagaimana bisa wanita cantik
sepertimu masih single?”
“Bagaiamana denganmu?” tanya cewek Chen
Nan sambil tersenyum mendengar pujian dari Kuan Yong.
“Aku juga single.”
“Bagaimana bisa pria tampan sepertimu
masih single?”
Cewek Chen Nan mengambil pena dan
sebuah kertas kecil. Lalu ia menuliskan sesuatu dan setelah itu mencium kertas
tersebut. Dan kemudian memberikannya kepada Kuan Yong.
“Ini WeChat (salah satu sosmed) ku,”
kata cewek Chen Nan. Lalu pergi meninggalkan Kuan Yong. Dan dengan lembut, Kuan
Yong memberikan senyuman terbaiknya kepada cewek Chen Nan.
“Jangan mengambil keuntungan dari
orang lain. Dia adalah temanmu. Tidak seharusnya kamu memperalatnya seperti
itu. Kamu sangat kasar,” kata Xiu Xian dengan nada tajam, memperingatkan Chen
Nan.
“Cukup,” potong Xiao Ju. Lalu kepada
Chen Nan, ia meminta agar Chen Nan kembali saja, nanti ia akan datang.
“Okay. Aku akan menunggumu disana,”
balas Chen Nan, lalu meninggalkan mereka berdua.
“Xu Xian, apa yang kamu mau? Kamu
pikir aku tidak tahu? Kamu pikir aku mau melakukan ini? Aku naif. Serakah.
Tidak berguna. Aku menginginkan sesuatu yang tidak bisa kumilki. Tapi sekarang
aku mengerti, jadi aku kesini untuk mengakhirinya. Aku ingin mengingat, aku
tidak pantas,” kata Xiao Ju dengan pandangan yang nampak sakit, namun berusaha
tegar.
Xiu Xian ingin menahan Xiao Ju lagi.
Tapi saat melihat pandangan Xiao Ju yang seperti itu, maka ia tidak jadi
menahan Xiao Ju lagi.
Jia Lin datang dan mendekati Pi Pi.
Dengan berterus terang, Jia Lin mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin ia
bicarakan kepada Pi Pi.
Namun disaat itu, Tian Xin datang
dan memotong. Ia meminta izin kepada Pi Pi untuk meminjam Jia Lin sebentar. Ia
lalu menarik tangan Jia Lin.