Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 03 - 1

Images by : JTBC
Episode 3 dibuka dengan kasus seorang pegawai magang melaporkan manager-nya karena tindakan pelecehan seksual melalui pesan yang di terimanya. Dan karena itu si manager di pecat dari pekerjaannya, tetapi si manager tidak terima dan mengajukan banding. Pengacara penggugat (si manager) membela bahwa klien-nya hanya berusaha memberikan bantuan kepada karyawan tersebut agar dapat berbaur dengan lingkungan kerja dan menjadi lebih percaya diri. Dia juga meminta hakim mempertimbangkan klien-nya yang adalah kepala keluarga.
Hakim Han menampilkan pesan bukti yang di terimanya. Terlihat penggugat mengirim pesan seperti : suaramu indah ; walau wajahmu sepolos itu, kamu membuatku gila setiap melihatmu dari belakang. Pengacara tertawa canggung dan beralasan kalau para wanita biasanya akan lebih percaya diri jika penampilannya di puji. Hakim Han memperlihatkan pesan berikutnya yang di kirimkan penggugat. Di pesan tersebut, penggugat mengirimkan foto telanjang dada-nya yang penuh bulu dan pesan : “Bukankah aku tampak gagah?”
Pengacara terus membela klien-nya bahwa dia memang mengakui pesan tersebut sedikit keterlaluan tapi klien-nya bekerja di dunia iklan dan bercanda seperti itu sudah merupakan hal biasa. Tidak ada maksud seksual sama sekali dalam pesan tersebut. Lagipula, klien-nya tidak memegang sama sekali pegawai magang tersebut. Nama klien-nya / penggugat adalah Yim Gwang Gyu. Pengacara itu bahkan berkata kalau masyarakat terlalu kejam pada pria zaman sekarang.

Hakim Han makan siang bersama dengan O Reum dan Ba Reun. O Reum menggerutu mengenai pengacara tadi yang pasti anggota kongres karena pandai sekali bicara. Hakim Han menyuruhnya berhenti dan fokus saja pada kasusnya bukan pada pengacara. Hakin Han juga menilai kalau mungkin bisa saja tn. Yim hanya bercanda dengan pegawai magang saja dalam pesannya. O Reum tidak setuju begitu juga dengan Ba Reun. Hakim Han terlihat seperti membela tn. Yim dengan mengatakan kalau mungkin generasi tua seperti mereka keterlaluan dalam bercanda sehingga tidak menyadari norma-norma yang telah berubah. Dia merasa tidak tega kalau harus memecat seseorang karena pesan tidak sopannya padahal orang tersebut kepala keluarga.
“Jadi, perlukah kita memaafkan dan memahami mereka?” tanya O Reum dengan sarkasme.
Hakim Han memukul meja dengan marah. “Bidang pekerjaan ini setara dengan kehidupan. Kita harus pikirkan matang-matang sebelum memecatnya. Bagi kepala keluarga yang di pecat dari karir tetapnya, itu tidak mudah. Terutama terhadap keluarganya.”
Sidang di lanjutkan. Para saksi, pegawai tetap wanita di perusahaan, maju dan memberikan pernyataan. Mereka mengakui kalau tn. Yim suka bercanda seperti itu tetapi tidak ada niat buruk sama sekali dalam candaan tersebut. Tn. Yim bangkit dan meminta maaf.
“Saya kira para kolega muda menilai lelucon saya lucu. Saya sudah berbuat asusila dan lupa umur. Sebelum ini, saya kira saya lucu dan jenaka. Saya malu sekali, Yang Mulia. Keluarga saya tidak berbuat salah. Anak sulung saya sedang berkuliah. Anak tengah dan bungsu saya masih SMA. Dipecat? Itu sama saja menghancurkan keluarga saya,” tangis tn. Yim.
Sidang selesai.
Ba Reun merasa berat harus mengambil keputusan apa karena perkataan Hakim Han sebelumnya. O Reum tidak setuju. Ba Reun malah memikirkan apakah tn. Yim akan di berikan hukuman penangguhan, teguran dan pemotongan gaji saja? Karena dia merasa pemecatan sama saja seperti hukuman mati bagu buruh.
O Reum menyindir kalau ‘kepala keluarga’ memang penting. Ba Reun berkata kalau para kolega dan bawahan tn. Yim tidak mempermasalahkan candaan tn. Yim. O Reum mengingatkan kalau mereka harus melihat dari sudut pandang korban.
“Aku mengerti. Tapi kita harus melihat dari sudut pandang logis. Jika orang biasa berada dalam situasi serupa, bagaimana perasaannya?” ujar Ba Reun.
O Reum tidak setuju dengan hal itu.
Bo Wang datang lagi ke ruangan mereka dan ingin melihat pesan tn. Yim tadi. Dan saat membaca pesan itu termasuk foto yang dikirimkan tn. Yim kepada pegawai magang itu, Bo Wang kaget dan hampir mengumpatinya. Tetapi Bo Wang malah bilang kenapa tn. Yim harus melakukan perbuatan seperti itu pada pegawai nya sendiri? Kenapa tidak melakukan hal lain pada wanita di luar sana yang lebih memukau? Dia menilai kalau tn. Wang adalah orang yang buruk dan tidak populer.
Tiba-tiba, sek. Lee masuk dan memberikan berkas untuk di tanda tangani Ba Reun. Bo Wang yang melihatnya langsung diam.
“Saat pria sepertiku melihat wanita menawan, aku tidak tergila-gila padanya. Kenapa? Akal sehatku mengendalikanku. Aku tidak paham pria yang tergerak oleh naluri primitifnya,” cerocos Bo Wang.
Sek. Lee menatapnya tajam. “Kamu menyinggung perbedaan antara akal sehat dan naluri. Kurasa… hah… perbedaannya hanya 10 cm,” ujar Sek. Lee. Bo Wang bingung dengan maksud sek. Lee.

Sek. Lee melepas kacamatanya dan menggerai rambutnya. Setelah itu dia membuka kancing atas bajunya dan memperlihatkan garis leher sepanjang 10 cm, setelah itu menarik rok nya ke atas sehingga hanya sepanjan 10 cm dan memperlihatkan sudut pinggang 10 cm. Bo Wang sampai gugup, naluri primitfnya jadi bangkit.
“Kamu pria biasa,” ejek sek. Lee melihat ekspresi Bo Wang. Dia segera memperbaiki penampilannya kembali dan keluar dari ruangan.
Bo Wang hanya bisa tersenyum canggung sementara Ba Reun dan O Reum menatapnya penuh arti. Bo Wang dengan canggung membantah kalau dia bukan pria seperti itu. Ba Reun menyuruhnya untuk tidak terus menyangkal karena itu hanya akan semakin mempermalukan dirinya sendiri. O Reum mengejek Bo Wang yang tadi memiliki garis mata sebesar 10 cm. Bo Wang kesal karena mereka mengejeknya. Ba Reun menyuruhnya hati-hati, tindakan yang bisa membuat orang merasa di lecehkan, bisa di anggap pelecehan seksual.
O Reum kemudian mengajak mereka berdua untuk makan malam bersamanya malam ini karena dia yang akan mentraktir.
O Reum membawa mereka ke pasar bersamanya. Ba Reun dan Bo Wang yang belum pernah ke pasar merasa terkejut dengan pemandangan pasar di tambah lagi O Reum berjalan cepat dan membuat mereka tertinggal di belakang. Saat melewati segerombolan ahjumma, para ahjumma mengomentari tubuh mereka yang terlihat bagus dari belakang dan juga memuji bokong mereka yang terlihat di balik celana ketat yang mereka gunakan. Para ahjumma bahkan memuji paha mereka yang kekar. Mereka bahkan mengancungkan cabai dan berargumen bahwa pasti sebesar ini. Ba Reun dan Bo Wang tentu merasa malu dan risih.
Mereka kemudian melihat O Reum yang sedang menertertawai mereka. Bo Wang segera berteriak meminta perlindungan O Reum dari para ahjumma.
Mereka sudah sampai di tempat makan O Reum biasa dan berkumpul dengan para ahjumma teman O Reum. Para ahjumma berkomentar kalau Ba Reun dan Bo Wang yang salah karena datang menggunakan pakaian ketat dan bahkan mengenakan kemeja tembus pandang. O Reum menyuruh mereka untuk berhenti menggoda mereka. Para ahjumma mengatakan kalau mereka hanya memuji.
“Tergantung siapa yang memuji. Jika pujiannya dari Jun Ji Hyun atau Song Hye Kyo, itu kehormatan. Tapi dari wanita jelek sepertimu, itu pelecehan seksual,” ujar seorang ahjumma. Dan mereka tertawa.
Nenek O Reum datang dan memarahi mereka karena berani mengganggu hakim. O Reum segera memperkenalkan Ba Reun dan Bo Wang pada nenek.
Ba Reun dan Bo Wang sedang pipis di toilet pasar. Bo Wang mengeluh kalau dia sudah tidak tahan karena merasa pasar ini sangat aneh. Saat itu, ahjumma pembersih, masuk dan membersihkan toilet. Tetapi, dia malah melihat ke arah Bo Wang pipis dan bahkan menepuk punggung Bo Wang serta memberikan tanda semangat dengan tangannya. Bo Wang tentu kaget dan merasa di lecehkan.
Bo Wang kembali ke tempat makan dan marah-marah. Dia mengomel akan menuntut semua orang pasar karena merasa dilecehkan. O Reum dan Ba Reun tertawa melihatnya. O Reum juga meminta maaf karena sudah membawa Bo Wang ke tempat menyeramkan seperti ini.
“Kini kalian mengerti apa yang wanita alami setiap hari?” tanya O Reum.
“Aku belum mengerti semuanya, tapi…,” jawab Ba Reun.
“Tunggu. Kamu tidak mempermasalahkannya? Kamu juga korban. Para wanita ini dan ahjuma tadi..,” ingati Bo Wang pada Ba Reun.
Seorang ahjumma angkat bicara, dia memberitahu kalau dulu dia bahkan di pukuli oleh para lelaki. Ahjuma lain bilang kalau zaman sekarang juga masih sama. Masih banyak wanita yang di pukuli dan bahkan di bunuh.
“Benar. Salah satu aspek pelecehan seksual adalah pasrah pada yang berkuasa. Bukan sekedar perasaan tidak nyaman,” gumam Ba Reun.
“Benar. Seperti antara manager dan magang, ini masalah ketidakseimbangan kekuasaan,” timpal O Reum.
Bo Wang masih bingung, jadi maksud O Reum tn. Yim mengirimkan pesan tersebut untuk membuktikan dirinya masih laki-laki? O Reum menggeleng dan memberitahu itu naluri reproduksi pria. Ba Reun menyimpulkan kalau tn. Yim sepertinya tidak peduli lawannya suka atau tidak, tetapi dia hanya ingin bermain karena dia punya kuasa. Para ahjumma pasar mengomeli mereka yang bicara ribet, dia menyuruh mereka untuk langsung memotong saja pria yang seperti hewan.
Esok hari,
Ba Reun mulai serius mempelajari kasus. Dia juga mempelajari kasus-kasus serupa peserta putusannya.
“Sejujurnya kasus itu terasa personal bagiku. Aku merasa tidak asing,” ujar O Reum.
“Apa maksudmu?”
“Saat kuliah, aku bekerja paruh waktu di bar. Aku bermain piano saat pengunjung bernyanyi.”
“Ku kira keluargamu kaya saat kita di klub buku.”

O Reum beralasan kalau bekerja paruh waktu dapat dilakukan semua orang walaupun orang tersebut kaya. Dia mulai menceritakan apa yang di alaminya. Saat dia bekerja paruh waktu, pelanggan pria tua terkadang mendekatinya dan menawarkan tumpangan. Bahkan ada beberapa tamu yang memaksa meminta nomornya saat mereka sedang berduaan di lift. Hal itu membuatnya merasa ketakutan.
Ba Reun marah mendengar cerita itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post