Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 14 - part 3



Broadcast Network        Tencent



He Lan tidur disofa. Dan Xiumei yang datang berkujung, tidak melihatnya. Jadi Xiumei naik kelantai atas, ke kamar tidur He Lan. Namun apa yang dilihatnya disana adalah Pi Pi. Jadi ia pun membangunkan Pi Pi.



Dan saat Pi Pi terbangun. Xiumei jadi terkejut, karena melihat rambut Pi Pi yang sangat panjang seperti hantu. Begitu juga dengan Pi Pi yang juga sama terkejutnya, ketika melihat rambut nya sendiri yang sangat panjang.


“Wow, ini ajaib. Ini tumbuh dalam semalam,” kata Pi Pi kagum melihat rambutnya sendiri yang sangat panjang.

“Aku tidak akan bohong,” balas He Lan.

“Tapi ini terlalu panjang. Aku bisa saja tinggal lebih jauh darimu,” keluh Pi Pi.
“Maaf. Aku tidak bisa mengontrol kekuatanku kemarin,” balas He Lan.



Xiumei memperhatikan pembicaraan mereka berdua dan lalu tertawa kecil.”Tuan He Lan, aku harap kamu tidak memikirkan perkataanku. Ketika kamu menjadi akrab dengan Nona Guan, kamu harus memikirkan kekuatanmu.”

“Apa yang akrab?” protes Pi Pi.

“Ketika dia menciummu terakhir kali, kamu hampir mati. Apalagi bila mau lebih akrab, aku pikir kamu harus menunggu sampai bulan penuh selanjutnya,” balas Xiumei sambil tersenyum senang.



Karena Xiumei terus menggoda mereka berdua. Maka He Lan langsung menanyakan alasan kedatangan Xiumei ketempatnya. Dan ternyata Xuimei datang untuk menjenguk Pi Pi serta membawakan buah untuk mereka. Setelah itu Xiumei pun pamit.

Awalnya Pi Pi ingin mengantarnya keluar, namun karena terlalu panjang rambunya. Maka Pi Pi pun tersandung rambut nya sendiri.



Disamping kolam renang. Pi Pi duduk dengan ragu dan membiarkan He Lan untuk mengguting rambutnya.

“Apa kamu yakin bisa melakukan ini? Kamu tidak bisa melihat, kan,” kata Pi Pi.

“Jangan khawatir,” balas He Lan, mulai memotong rambut Pi Pi.

“Bisa kah aku pulang setelah memotong rambutku?”

“Belum.”

“Jadi berapa lama aku harus tinggal denganmu?”

“Apa kamu tidak nyaman?”

“Tidak, tidak. Aku hanya ingin tahu situasi ku saja.”

“Kamu bisa benar- benar sembuh saat bulan purnama selanjutnya.”



Disaat tanpa sengaja, He Lan menyentuh kulit leher Pi Pi. Pi Pi pun berteriak, karena ia merasa kan tangan He Lan yang begitu dinging. Dan mendengar itu dengan penuh perhatian, He Lan meinta maaf, lalu mengosok- gosokan tangannya untuk menghangatkan itu.

“Tidak apa. Jangan begitu serius,” kata Pi Pi sambil memegang tangan He Lan. Disaat He Lan mengosok- gosokan tangannya. Lalu He Lan pun kembali memotong rambut Pi Pi.





Ada banyak pertanyaan yang melelahkan didunia nyata. Apa yang dia sukai tentangku? Akankah dia tidak menyukai ku lagi suatu hari nanti?

Apa yang harus kulakukan untuk membuat dia menyukaiku selamanya? Masalah ini tidak ada didalam dunia Mary Sue (nama tokoh dalam film/ drama). Karena tidak peduli apapun, dia akan menyukaimu selama- lamanya.

Betapa indahnya. Jadi, bahkan jika Mary Sue hanyalah mimpi. Tidakkah kamu ingin terus bermimpi?



Ditoko. Seperti biasa Xiu Xian serta Kuan Yong datang untuk makan. Namun kali ini, Xiu Xian sama sekali tidak mau makan, namun karena Kuan Yong menariknya, maka Xiu Xian terpaksa masuk kedalam toko.

“Kita sudah disini. Makanlah denganku,” bujuk Kuan Yong.

“Aku bilang aku tidak mau datang kesini,” tolak Xui Xian. Namun terapksa ikut duduk untuk menemani Kuan Yong.



Xiao Ju mendekati mereka berdua dan memberikan buku menu. Dan Kuan Yong memesan sandwich yang seperti biasa. Namun Xiu Xian tidak mau memesan dengan alasan ia tidak mau makan sandwich lagi.

“Apa kamu mau aku buatkan hamburger untukmu?” tanya Xiao Ju.



“Bisakah kamu beritahu aku perbedaan antara sandwich dan hamburger? Bukankah hanya beda beda lapisan diatas dan bawahnya?” kata Xiu Xian dengan nada seperti mengejek.

“Xiu Xian, mengapa kamu bicara seperti itu pada nona Xin?” tanya Kuan Yong, membela Xiao Ju.




Dan karena tidak tahan dengan sikap Xiu Xian, maka Xiao Ju mengajak Xiu Xian untuk ikut dengannya dan berbicara. Namun bukannya berbicara. Xiu Xian malah keluar dari toko begitu saja.

Melihat itu Kuan Yong menjadi heran. Dan Xiao Ju yang tampak sedih, berusaha untuk tidak memperlihatkan itu. “Sandwich sayur, kan? Aku akan siapkan itu,” kata Xiao Ju, lalu pergi kedapur.



Pi Pi sudah selesai mandi. Ia berdiri didepan cermin sambil memperhatikan hasil potongan He Lan yangh tidak tampak terlalu buruk.

“Jangan panggil aku Tuan He Lan lagi. Panggil saja aku He Lan atau A Xi,” kata He Lan tiba- tiba sambil berdiri dibelakang Pi Pi. Dan Pi Pi terdiam, karena heran.

“Kemudian panggi aku Pi Pi. Biar adil,” balas Pi Pi, setuju.



Disaat itu tanpa sengaja, He Lan melihat dua buah garis merah dpunggung Pi Pi, namun karena tidak tau apa, He Lan tidak terlalu memperhatikannya.


He Lan mengantarkan Pi Pi pulang. Didalam rumah dengan pelan Pi Pi mengintip dan memeriksa keberadaan orang tuanya, lalu mulai berpikir mencari alasan. Dan He Lan pun mengatakan hal yang sudah direncanakan.

“Bilang saja kamu menolong pihak majalah untuk mewawancarai aku,” kata He Lan. Dan Pi Pi setuju.



“Lalu bagaimana bila Mamaku tanya, mengapa aku harus tinggal ditempatmu?” tanya Pi Pi.

“Bilang saja pihak majalah mau melihat kehidupanku lebih mendalam,” jawab He Lan. Dan Pi Pi kembali bertanya, gimana bila mamanya tidak setuju, pria dan wanita tinggal berdua.

“Beberapa pekerja juga akan ada disana juga. Jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan itu,” balas He Lan.

“Betul. Hati- hati ya. aku menjalani masa kanak- kanak yang sangat ketat, orang tuaku tidak akan membiarkan aku tinggal diluar,” jelas Pi Pi.



Tiba disaat itu Ayah pulang sambil membawa belanjaan. Lalu ia menyerahkan itu kepada Pi Pi dan menyuruhnya untuk memberikan itu kepada Ibu. Dan untuk He Lan, ia menahan tangan He Lan dan mengajaknya untuk bicara berdua.


Jadi karena tidak enak, maka He Lan pun duduk menemani Ayah untuk bicara berdua. Namun belum mereka bicara, mereka berdua bisa mendengar suara Ibu yang sangat keras didapur.

“Dengar Tuan He Lan tidak terlalu buruk. Tidak apa jika dia buta, selama dia kaya,” kata Ibu.

“Istriku sebenarnya baik, hanya terkadang sedikit begitu. Jangan masukan kedalam hati,” kata Ayah dengan ramah sambil tersenyum kepada He Lan.



“Biasanya, orang seusia kami harunsya punya beberapa teman, tapi kita tidak bisa karena sikapnya itu. Seorang teman ku yang miskin datang untuk meminjam uang dariku dan segera aku mengeluarkan uang, dia datang keluar ntah darimana. Katanya ‘Jangan pinjamkan ya!’ . Dia menendang semua temanku. Ahyooo… aku begitu malu,” cerita Ayah kepada He Lan.


Ayah terus saja membicarakan tentang ini dan itu. Dan He Lan hanya diam saja, mendengarkan. Kebanyakan Ayah menceritakan tentang Ibu, tentang kekurangan Ibu yang seperti itu dan sifat baik Ibu.

Tepat disaat itu, Ibu keluar dan mendengarkan. Dan He Lan pun menunjuk, memberitahu. Lalu Ayah pun langsung terdiam.



Ketika melihat kalau ternyata He Lan bisa melihat, Ibu menjadi sangat bersemangat. Dan He Lan pun menjelaskan bahwa dia hanya sensitive sama cahaya, jadi di hari yang cerah, ia tidak bisa melihat.

“Dia bisa melihat,” kata Ibu dengan bersemangat kepada Ayah. Lalu ia mengajak He Lan untuk masuk kedalam. Jadi He Lan pun mengikuti.


Seperti rencana, Pi Pi mengatakan kepada Ibu kalau dia harus mewawancarai He Lan, makanya ia akan tinggal ditempat He Lan. Dan He Lan menambahkan kalau pekerja yang lain akan datang juga ketempatnya.

“Okay, cukup. Jangan bicara,” kata Ibu, tiba- tiba, lalu pergi kebelakang.


Melihat itu Pi Pi menjadi khawatir, kalau Ibunya akan marah. Dan Ayah pun ikut kebelakang untuk memeriksa. Lalu setelah Ayah juga pergi, Pi Pi mulai mengomel pada He Lan.



“Lihat? Aku sudah bilang tidak perlu datang, tapi kamu. Aduh.. aku kira kamu bisa membantu!” keluh Pi Pi dengan frustasi. Dan He Lan pun jadi merasa bersalah.




Namun tanpa diduga, disaat itu, Ibu malah dengan bersemangat datang sambil membawakan sebuah koper besar untuk dipakai oleh Pi Pi. Agar Pi Pi bisa menyimpan barang- barang yang dibutuhkan.

Lalu dengan ramah, Ibu mengajak He Lan untuk makan malam bersama dengan mereka. Karena ia telah membuat makanan enak untuk He Lan.


Dan melihat itu, Pi Pi menjadi kebingungan, karena tidak menyangka.

2 Comments

Previous Post Next Post