Sinopsis Korean Drama : TIME Episode 10
Images by : MBC
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Chae A menemui Min Seok dan memberikan satu buah koper berisi uang 1 juta dollar. Dan Min Seok langsung mengambinya begitu saja, tanpa mengucapkan apapun. Chae A marah melihatnya dan menegurnya karena tidak mengatakan apapun sama sekali termasuk terimakasih.
Min Seok menatapnya dan menegaskan kalau dia tidak akan mengucapkan terimakasih karena dia tahu kalau uang ini pasti tidak akan memberatkan Chae A. Chae A jadi kesal dan akhirnya meminta Min Seok untuk memberitahunya, uang itu akan di gunakan untuk apa?
Dan Min Seok tanpa menjelaskan apapun, meletakkan koper uangnya ke dalam mobil Chae A dan mengajaknya ke suatu tempat dengan menggunakan mobil Chae A.
--
Soo Ho pergi ke apartemen Ji Hyun dan melihat lampu apartemennya dalam keadaan mati. Dia jadi penasaran, apakan Ji Hyun sudah pulang atau belum. Dia mencoba menelpon ponsel Ji Hyun tetapi tidak di angkat. Jadi, dia menelpon ke ponsel Young Hee.
Young Hee sedang berada di norabaeng (tempat karaoke). Dia bertanya mengenai dimana Ji Hyun, dan Young Hee dengan kesal memberitahu kalau Soo Ho itu tidak perlu tahu dimana Ji Hyun. Lagipula, Ji Hyun butuh waktu berpikir, jadi dia pergi sendirian. Setelah mengatakan itu, Young Hee mematikan ponsel.
Soo Ho benar-benar bingung. Apa yang hendak di pikirkan Ji Hyun. Tetapi, dia juga kesal karena Young Hee mematikan ponsel duluan.
Soo Ho kemudian menelpon Bok Kyu dan memintanya untuk mencari tahu transaksi kartu kredit Ji Hyun sekarang juga. Dan periksa dimana Ji Hyun sekarang dan segera lapor padanya.
--
Mereka tiba di sebuah rumah. Dan pria yang ada di rumah tersebut, segera menyuruh istrinya dan anaknya yang sedang bermain di ruang tamu untuk segera masuk ke kamar begitu melihat kedatangan Min Seok dan Chae A.
“Karena rekaman CCTV yang kau simpan sebagai asuransi, tiga orang telah meninggal,” ujar Min Seok dan melemparkan koper 1 juta dollar itu kepada pria tersebut, “Ambil uang ini dan pindah keluar negeri. Jika kau kembali, kau mati juga. Mungkin keluargamu juga.”
Pria itu adalah pria yang meletakkan CCTV di dalam kamar hotel tempat Soo Ho menginap dan merekam saat-saat kematian Ji Eun.
Chae A terkejut mendengar ancaman Min Seok padanya. Dia sampai lemas. Min Seok menyadarinya dan bertanya apa Chae A bisa menyetir pulang? Harus dia panggilkan supir pengganti? Chae A menggeleng. Dan Min Seok pamit untuk pulang duluan.
“Tiga orang… kau bilang tiga orang yang meninggal,” ujar Chae A dengan takut.
Chae A benar-benar terkejut. Demi menutupi perbuatannya, tiga orang tidak bersalah harus mati. Min Seok sendiri langsung pergi meninggalkan Chae A.
--
Soo Ho masih di depan apartemen Ji Hyun dan dia berteriak-teriak memanggil Ji Hyun. Dia akhirnya yakin kalau Ji Hyun pasti tidak ada di apartemen.
“Dimana?” tanya Soo Ho.
--
Ji Hyun pergi ke kamar hotel dimana Ji Eun meninggal. Dia berdiri di pinggir kolam sambil minum sebotol bir. Matanya menatap ke arah kolam, dan dia seolah melihat tubuh mengambang Ji Eun.
Pikiran Ji Hyun mengelana, dia teringat saat pagi dia sering bertengkar dengan Ji Eun karena bunyi alarm. Namun sekarang, tidak ada lagi siapapun.
JI Hyun di rumah usai memakamkan Hee Sook. Dia melihat foto-foto nya bersama dengan Ji Eun dari kecil. Dan juga memo yang dulu di tuliskan Hee Sook bahwa dia pergi (padahal sebenarnya masuk penjara).
Saat Soo Ho datang ke apartemennya dan sampai menerobos masuk lewat kaca jendela. Sebenarnya, Ji Hyun sedang mencoba bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya di dalam bathup. Dia tidak sedang mandi.
Namun, mendengar suara Soo Ho yang terlalu ribut, dia akhirnya bangkit dan keluar. Dia berpura-pura seolah baru siap mandi.
End
Ji Hyun memandang nanar ke arah kolam berenang.
Soo Ho panik mengendarai mobilnya menuju hotel tempat terakhir kartu kredit Ji Hyun di gunakan berdasarkan laporan Bok Kyu. Tetapi, mobil Soo Ho malah terjebak macet karena ada perbaikan jalan.
Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini di k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.
Ji Hyun menelponnya. Dan Soo Ho mengangkatnya.
“Aku hanya menelepon. Tanganmu baik-baik saja?” tanya Ji Hyun,
Soo Ho keluar mobil karena mobilnya tidak bisa maju lagi, terjebak perbaikan jalan.
“Aku minta maaf. “
“Maaf untuk apa?”
“Aku tidak bisa membayarmu. Aku tidak bisa membayar 10.000 dolar.”
“Haruskah kita bertemu dulu? Ayo kita bertemu langsung.”
“Aku tidak mau,” tolak Ji Hyun.
Soo Ho mulai panik, dia terus meminta Ji Hyun bicara dengannya, dan dia mulai berlari menuju hotel.
“Hari ini… aku pergi berbelanja. Aku menonton film. Aku juga makan makanan enak yang banyak. Tapi aku terus bertanya-tanya ‘kenapa aku melakukan ini?’, ‘Ada apa dengan masalah ini?’,” ceracau Ji Hyun.
“Dengarkan! Itu depresi jangka pendek. Huh? Kau bisa mengatasinya. Jika kau menemui dokter dan mendapat konsultasi, kau akan baikan. Aku juga begitu. Coba pikirkan hal yang bagus. Pikirkan hal yang positif-positif saja,” nasihat Soo Ho dengan panik sambil terus berlari.
“Aku terus mencoba tersenyum. Tapi semakin aku tersenyum… aku jadi semakin tertekan. Tuan Cheon. Kau… apa kau pernah cemburu pada orang yang meninggal? Mereka tidak akan merasakan apa-apa ketika mati. Kesedihan… rasa sakit… ataupun ketakutan.”
“Dengarkan! Ada banyak orang yang lebih terpuruk darimu! Aku sebenarnya malah jauh lebih sulit darimu. Lihat saja aku. Aku ini masih hidup.”
“Jika saja… Jika saja aku… tidak melakukan apa pun… Ibu tidak akan mati, kan? Aku tahu kau hanya membantuku. Tapi terima kasih,” ujar Ji Hyun depresi, “Aku tidak ingin tahu apapun lagi. Aku tidak ingin melakukan apapun lagi.”
“Aku akan memberimu kebenaran. Aku sungguh akan memberikanmu kebenaran.”
Soo Ho berlari menyeberangi jalan. Dan tanpa memperhatikan sekeliling, dia menyeberang dan tertabrak mobil dengan keras. Kepalanya terluka.
“Masih ada hal yang harus dilakukan. Aku tidak bisa langsung mati sekarang,” tekad Soo Ho dan bangkit berdiri.
Dia sampai di hotel. Ji Hyun melalui teleponnya mengucapkan selamat tinggal dan mematikan telepon.
Soo Ho menerobos masuk ke dalam kamar dan mulai mencari Ji Hyun. Tetapi, tidak ada siapapun, dia hanya melihat ada botol bir kosong, mengambang di kolam. Soo Ho tambah panik, dia berlari ke atap hotel.
Dan benar, Ji Hyun berdiri di sisi atap dan siap melompat. Dia berteriak menghentikan Ji Hyun. Ji Hyun tentu kaget dan heran kenapa Soo Ho bisa ada di sini. Soo Ho panik dan berbohong kalau dia hanya kebetulan lewat dan mampir. Ji Hyun menyuruhnya jangan mendekat. Dan kemudian, dia melihat darah mengalir di kepala Soo Ho.
Soo Ho baru sadar kalau kepalanya berdarah. Dia menyuruh Ji Hyun untuk tidak khawatir dan jangan mempedulikannya. Dia kemudian mendekat dan ikut berdiri di pinggir atap sambil berkomentar kalau pemandangannya dari atas sangat bagus. Ji Hyun menyesal karena sudah menelpon Soo Ho. Tetapi, Soo Ho malah memuji Ji Hyun karena sudah menelponnya.
“Terus terang saja, aku juga punya ide yang sama. Setelah Ibuku tiba-tiba meninggal. Aku punya ide yang sama denganmu. Aku iri pada mereka yang mati. Begitu kau mati, penderitaan berakhir. Pemikiranku di hari itu. Perasaan itu. Aku masih mengingat jelas.”
“Apa yang kau pikirkan saat itu?” tanya Ji Hyun.
Soo Ho kecil pergi ke rekonstruksi bangunan. Dia melihat dari bawah dari atas bangunan. Namun, CEO Cheon menariknya dan memarahinya.
End
“Jika memutuskan untuk mati, matilah. Jika memutuskan untuk hidup, hiduplah yang bahagia. Tidak ada yang hidup untuk bersedih,” jawab Soo Ho. “Pakai dulu otakmu! Jika kau ingin mati, aku akan mati bersamamu.”
Dia mengajak Ji Hyun untuk melompat bersama. Ji Hyun mencegahnya. Dan mendadak tubuh Soo Ho oleng. Ji Hyun panik dan mendorongnya ke samping agar tidak jatuh ke bawah.
--
Ji Hyun di dalam apartemennya, duduk merenung sendirian. Dia akhirnya bangkit dan mulai membuat kue. Saat kue nya sudah jadi, dia mencobanya.
Ji Hyun pergi menemui Young Hee dan mengajaknya makan tteobokki. Dia memberitahu Young Hee kalau dia akan menjalani hidupnya dengan bahagia sambil mencari tahu apa yang terjadi pada Ji Eun dan Hee Sook, walau itu akan butuh waktu yang lama. Young Hee senang mendengarnya, di tambah lagi, Ji Hyun sudah mulai tersenyum.
Dan Young Hee setuju.
--
Soo Ho mengumpulkan para pegawai restorannya dan bertanya pada mereka semua, kenapa kita harus hidup?
Semua pegawainya diam dan memandang heran pada pertanyaan aneh Soo Ho. Manager Hong angkat tangan dan menjawab, karena kita tidak bisa mati.
“Kita semua hidup untuk berbahagia. Aku bermeditasi semalam dan mendapatkan pencerahan. Untuk berbagi pencerahanku dengan kalian. Aku mengumpulkan kalian semua,” ujar Soo Ho.
Dan Bok Kyu langsung berteriak menyuruh semuanya untuk bertepuk tangan. Semua langsung tepuk tangan dan memuji pidato Soo Ho yang bagus. Setelah itu, semuanya langsung bubar.
Ji Hyun menemui Soo Ho di restoran.
Mereka pergi ke tepi danau. Ji Hyun bertanya, kenapa Soo Ho sampai seperti itu di atap? Soo Ho hanya menjawab kalau dia hanya berpikir mati seperti itu tidaklah buruk.
“Tidak! Kau tidak gila, hanya saja kau agak sedikit gila. Itu yang kupikirkan,” jawab Ji Hyun dan tersenyum.
Soo Ho senang dan memuji Ji Hyun yang pasti sudah baikan. Ji Hyun kemudian memberikan keranjang kue yang dibuatnya untuk Soo Ho sebagai tanda terimakasih. Soo Ho sedikit canggung menerimanya dan memuji Ji Hyun yang hebat juga bisa membuat kue.
Ji Hyun memberikan salep untuk mengobati luka di dahi Soo Ho, tetapi Soo Ho malah mengomel kalau dia sudah punya banyak salep. Soo Ho kemudian merasa tidak pantas untuk menerima kue buatan Ji Hyun.
“Ji Hyun. Aku sungguh berterimakasih. Tapi, kau bisa berhenti sekarang,”
“Berhenti apa?”
“Untuk membantuku,” jawab Ji Hyun. “Tidak perlu melakukannya lagi. Jika kau membantu karena kasihan pada Ibuku yang meninggal, maka kau bisa berhenti kok.”
“Jangan merasa begitu.”
“Kau kan hanya ingin membantuku.”
“Aku tidak ingin membantumu. Aku melakukan yang harus kulakukan.”
“Tidak kok. Yang bener, aku harus mengatasinya sendiri. Aku tidak ingin kau terluka karena semua ini. Itu juga bukanlah urusanmu. Aku berterima kasih dengan tulus atas bantuanmu. Aku pergi ya.”
“Saat ini kuputuskan untuk hidup. Aku memikirkannya. Saat itu. Apa yang telah menyelamatkanku? Saat aku berpikir aku benar-benar sendiri di dunia ini. Tetap saja… Aku masih berpikir dunia ini masih layak untuk kutinggali,” narasi Ji Hyun dan mengingat mengenai saat - saat sulit, Soo Ho selalu ada untuk menolongnya.
Ji Hyun mulai memasang spanduk untuk mencari saksi untuk kasus kecelakaan Hee Sook. Dia juga membagikan brosur kepada supir-supir truk.
Soo Ho bermain dengan Bok Kyu di ruangannya, bermain papan sepak bola. Bok Kyu melihat ada kue dan hendak memakannya, tetapi, Soo Ho memarahinya. Itu kue buatan Ji Hyun.
--
Saat mereka keluar dari kamar, Soo Ho juga ada di sana. Mereka jelas kaget melihatnya, dan Soo Ho dengan tenang memberitahu kalau dia juga tinggal di sini. Di sebelah kamar apartemen Ji Hyun.
Tags:
time