Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 1 - part 3


Network : Channel 3




Nok memarahi Nai yang telah datang ikut campur. Dan sekali lagi Nok ingin menyerang Khae. Tapi dengan segera Nai menahan Nok dan mengajaknya untuk keluar. Namun karena Nok sama sekali tidak mau mengikutinya dan terus membrontak. Maka Nai dengan paksa menggendong Nok dan membawanya pergi dari sana.



Setiap orang yang hadir disana menjadi tidak nyaman. Dan para wartawan segera menghampiri Khae dan menanyakan tentang kepastian dari perkataan Nok. Tapi Khae tidak bisa menjawab dan hanya diam, karena dia merasa malu.



Diluar gedung. Dikarenakan Nok terus memukulinya serta membrontak untuk melepaskan diri, maka tanpa sengaja Nai tersandung dan terjatuh di kolam kecil yang berada di dekat sana. Dan karena Nai sedang memegang tangan Nok, maka  Nok pun ikut tertarik dan jatuh ke dalam kolam juga.

“Kamu gila Luckanai! Beraninya kamu melakukan ini kepadaku,” teriak Nok dengan marah. Dan dia kembali ingin menyerang Nai.



Lalu karena itu, beberapa orang yang berada disana berhenti berjalan dan melihat pada mereka. Dan ketika menyadari itu, Nok pun menjadi malu dan menutupi dirinya sendiri. Kemudian dengan penuh perhatian, Nai memakai kan jas nya pada Nok dan membawa Nok pergi dari sana.



Nai memaksa Nok untuk masuk kedalam mobilnya. Lalu Nai mengingatkan bahwa dengan cara seperti ini Nok tidak akan bisa mendapatkan Ayah kembali. Dan Ayah juga akan marah kepada Nok. Tapi dengan penuh percaya diri Nok membalas bahwa Ayah tidak akan marah kepadanya, karena Ayah sangat menyayanginnya.

“Jadi mengapa dia tidak membatalkan perceraiannya, ketika kamu meminta kepadanya?” tanya Nai.

“Karena dia tergila- gila pada ratu kecantikan itu!” balas Nok.

“Ya. Dia tergila- gila padanya. Jadi dia tidak akan melakukan apa yang kamu minta. Ini terdengar kejam. Tapi ini lah kebenarannya. Kamu harus mengakui segalanya telah berubah. Jadi kamu tidak bisa bersikap keras kepala lagi seperti sebelumnya,” jelas Nai dengan tegas.


Mendengar itu, Nok tetap tidak bisa menerima segala yang telah berubah. Nok tampak sangat sedih dan ingin menangis, tapi dia menahan air matanya dan memalingkan wajahnya agar Nai tidak bisa melihat kesedihannya.

Dan melihat itu, Nai menyadari betapa sedihnya Nok. Tapi dia berpura- pura tidak melihat dan hanya diam. Dia memasangkan sabuk pengaman pada Nok, setelah itu dia menjalankan mobilnya.


Ibu Khae menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi pada saat acara tadi kepada setiap orang yang menghubungin nya. Dan setelah selesai, dia langsung memarahi Khae, karena ini sudah kelima kalinya orang menghubungin dia.

“Aku tidak percaya bahwa Khun Wat tidak pernah memberitahu putrinya itu tentang masalah mu sebelumnya,” kata Ibu Khae dengan marah.


“Khun Wat berencana untuk menceritakan secara perlahan tentang perceraiannya. Dan membiarkan Nok untuk membuka pikiran dulu, sebelum menceritakan tentangku,” balas Khae membela Wat.

Ibu Khae tidak bisa menerima sikap Wat yang lebih memetingkan perasaan Nok dibandingkan reputasi Khae.  Soalnya gosip seperti ini pasti akan cepat sekali tersebar dan itu akan mengakibatkan toko yang baru mereka buka menjadi tidak laku.

“Walaupun dia adalah putri Wat yang berharga. Aku tidak peduli. Bagaimana pun, Khun Wat harus bertanggung jawab untuk ini!” kata Ibu Khae.



Sesampainya dirumah. Nok langsung turun dari mobil dan melepaskan jas milik Nai.  Lalu dia memberitahu Nai bahwa dia tidak akan mengucapkan terima kasih, karena apa yang Nai lakukan hari ini adalah untuk melindungin Khae bukan dirinya.


Diruang makan. Nenek mengomentari Ibu yang sudah umur segini malah cerai. Lalu disaat itu, dari TV yang menyala, mereka berdua melihat berita tentang acara pembukaan toko milik Khae. Dan melihat itu, Ibu langsung mengubah channel, tapi Nenek memaksa Ibu untuk melihatnya.

“Nonton. Kamu harus mengenal dia. Tidak kah kamu ingin tau untuk apa Ratu kecantikan mengambil uang suamimu? Kamu belum mendapat pembagian properti, kan?” kata Nenek.


“Mengapa aku harus peduli? Kita sudah kaya juga. Jangan pedulikan dia, mom. Berikan remotenya padaku,” balas Ibu sambil ingin merebut remot ditangan Nenek. Tapi Nenek tidak mau melepaskannya.



Tepat ketika mereka berdua sedang berdebat, pembawa acara di TV memberitakan tentang Nok yang tiba- tiba datang ke acara Khae dan membuat kekacauan. Dan mendengar itu, mereka berdua pun langsung melihat ke arah TV.

Lalu di layar TV mereka melihat tentang bagaimana Nok mau menyiram air pada Khae. Dan Nai yang datang untuk menyelamatkan Khae, lalu setelah itu Nai yang menggendong Nok dan membawanya pergi dari sana.

“Itu.. Nai. Bagaimana dia bisa melakukan itu kepada cucuku?! Dasar lintah?! Beraninya kamu!” teriak Nenek dengan marah, saat melihat bagaimana Nai memperlakukan Nok.

“Mom! Mengapa kamu bicara seperti itu tentang Nai? Dia cucumu juga,” balas Ibu, membela Nai. Tapi dengan marah Nenek tidak mau mengakui Nai.



Seorang pelayan menyela bertengkaran mereka berdua. Dan dengan panik, dia menunjuk pada Nai yang sedang berdiri didepan pintu ruang makan. Lalu melihat itu, Ibu pun segera mendekati Nai. Begitu juga dengan Nenek.

“Kamu bermaksud untuk mempermalukan Nok! Kamu membuat cucuku kehilangan wajahnya dihadapan banyak orang. Jangan berpikir aku tidak tau, apa yang kamu mau!” kata Nenek memarahi Nai.

“Aku tidak pernah bermaksud seperti itu. Aku sadar diri siapa aku,” balas Nai.



“Bagus! Dan kamu juga harusnya sadar, seorang pria dengan latar belakang rendah seperti kamu harusnya tidak berhubungan dengan siapapun dirumah ini. Termaksud anakku!” balas Nenek dengan kata yang agak kasar.

“Mom! Bagaimana bisa kamu bicara seperti ini kepada Nai? Dia cucumu dan keponakanku,” kata Ibu membela Nai. Tapi tetap saja Nenek tidak mau mengakui Nai. Dan karena itu, maka Ibu menarik tangan Nai dan mengajaknya untuk keluar saja.



Di dekat kolam renang. Ibu memuji perbuatan Nai yang telah menahan Nok. Karena jika Nok dibiarkan menghancurkan leher Khae, maka sekarang Nok pasti sudah menjadi pemeran utama yang menyedihkan.



Lalu Nai membela Khae. Menurutnya Khae tidak lah seburuk itu untuk seseorang yang pernah dia kenal sebelumnya. Dan mendengar itu, Ibu pun teringat bahwa dulu Nai serta Khae berada disatu kampus yang sama.

“Antara aku dan Khun Khae tidak ada sesuatu yang lebih,” jelas Nai, ketika Ibu tampak curiga kepadanya.

“Kamu berpikir begitu. Tapi bagaimana dengan pihak yang lain? Apa dia juga berpikiran sama? Aku mengkhawatirkan kamu. Soalnya aku tidak mau kamu dan Khun Wat mulai bertengkar, karena si ratu kecantikan. Lalu jangan biarkan Nok tau,” balas Ibu, mengingatkan Nai.



Pen merekam dirinya sendiri secara live di media sosial. Dia memamerkan harta kekayaan yang dimilikinya kepada semua orang yang menontonnya.”Ini adalah sofa yang kudapatkan dari Italia. Tapi sekarang aku merasa bosan dengan ini. Biasanya orang rumahku menggantinya dengan koleksi baru setiap tahun. Siapapun yang punya ide… beritahu aku ya.”



Nok yang kebetulan melewati ruang tamu dan melihat itu langsung menegur Pen. “Kapan kamu menjadi pemilik rumah ini, Pen?”

“Selamat datang, Khun Nok,” sapa Pen dengan sikap santai.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku,” balas Nok.

“Oh.. Khun Nok. Aku hanya sedang bercanda,” kata Pen sambil masih dengan santainya.

“Tapi aku tidak bercanda! Jangan biarkan aku melihat kamu melakukan ini dirumahku lagi,” balas Nok dengan tegas, mengingatkan. Tapi Pen sama sekali tidak peduli dan duduk bersandar di sofa.



Phai menghampiri anaknya, yaitu Pen. Dia menyuruh agar Pen turun dari sofa, tapi dengan sikap tidak peduli Pen membalas bahwa dia sedang capek dan ingin duduk. Lalu karena itu, maka Phai pun menarik kuping Pen dan membuatnya untuk duduk dilantai.

“Mom!” kata Pen dengan kesal sambil memandang kepada Ibunya dan Nok.



Pen berdiri dan marah kepada Ibunya, karena telah memaksanya untuk duduk dilantai. Lalu kepada Nok, Pen membanggakan dirinya sendiri bahwa kini dia bukanlah seorang pelayan dirumah Nok lagi, karena saat ini dia telah memiliki apatermen dan mobil sendiri.

“Aku datang kesini sebagai seorang tamu. Untuk mengekspresikan simpatiku kepada keluarga sempurna Khun Nok yang telah rusak,” kata Pen menyindir Nok.

Dan dengan segera, Phai menarik anaknya itu untuk ikut bersamanya. Tapi Pen malah melawan dan tidak mau ikut. Lalu Nok pun membalas sindiran Pen.


“Sebenarnya kamu terlihat lebih baik. Sampai aku tidak bisa mengenalimu awalnya. Tapi kasihannya, setelah kamu berbicara, tiba- tiba aku mengingat kalau kamu adalah Penny yang sama. Bahkan walaupun kamu menghasilkan uang sekarang, tapi itu masih tidak bisa meningkat kan kamu.”

“Ka… kamu…” kata Pen dengan geram.

“Satu hal lagi! Tolong mengerti. Aku tidak pernah memanggil seorang pelayan sebagai tamu’,” balas Nok, lalu berjalan pergi.

Dan Pen pun ingin membalas, tapi Phai menahannya dan memperingatkan Pen untuk tidak mengatai Nok lagi atau dia akan mencubit Pen dengan keras.


Phai menarik dan membawa Pen kedapur. Disana dia mencubit Pen berkali-kali agar Pen menyadari kesalahannya. Tapi Pen tetap tidak menyadari kesalahannya.

Lalu Pen pun menjelaskan kedatangannya kesini. Dia ingin membawa Phai bersamanya, karena saat ini dia telah memiliki apartemen sendiri. Tapi Phai tidak mau ikut.




“Betapa baiknya menjadi seorang pelayan, mom?” tanya Pen.

“Setidaknya penghasilan ku adalah halal. Bukan uang dari menunjukan badan telajang sepertimu,” balas Ibu Pen dengan marah.

“Tapi itu memberiku uang, reputasi. Kamu tau, berapa banyak orang yang men LIKE fotoku setiap harinya. Lihat kamu, jika orang tau kamu seorang pelayan, betapa buruknya reputasiku nantinya?” balas Pen.


“Jika kamu takut kehilangan reputasimu. Mengapa tidak kamu beritahu media bahwa Ibu mu telah mati!” kata Phai dengan marah.

Mendengar itu, Pen menjadi marah dan mengacaukan meja dapur, lalu pergi dari sana. Dan dengan sedih Phai menatap kepergiaan anaknya itu.


Dihalaman. Sebelum masuk kedalam mobil. Dengan pandangan benci Pen menatap rumah Nok,” Tunggu dan lihat saja. Antara kamu dan aku siapa yang akan menjadi lebih baik,” katanya, lalu masuk kedalam mobil dan pergi.



Mendengar tentang hasil pekerjaan Nai yang sangat luar biasa. Wat pun menjadi sangat bangga kepada Nai. “Ini adalah Luckana. Keponakanku,” katanya membanggakan Nai.

Tepat disaat itu, Wat melihat dua orang karyawannya sedang bermain handphone. Jadi dia pun merebut hape mereka, lalu ketika dia melihat berita apa yang sedang dilihat karyawannya itu, Wat pun menjadi terkejut. Berita itu adalah tentang Nok yang mengacau di acara pembukaan toko Khae.



Malam hari, Nok keluar dari kamarnya dan turun kelantai bawah. Soalnya dia merasa jet lag, karena biasanya ketika di England, jam segini dia masih belum tidur. Lalu teringat akan Ayahnya Nok pun bertanya kepada bibi Phai, karena sejak dia pulang kesini, Ayahnya jarang menemuinya dan berbicara dengannya.

Dan bibi Phai menjelaskan bahwa Wat benar- benar peduli kepada Nok. Tapi Wat hanya ragu untuk berbicara dengan Nok sekarang dan Wat ingin menunggu hingga Nok tenang dulu.

Mendengar itu, Nok pun tersenyum kecil.



Tepat disaat itu, dua pelayan Nok lewat. Dan kedua pelayan itu membicarakan tentang Wat yang selalu saja pulang telat. Bahkan kemarin saja, Wat pulang jam 2 pagi dari tempat Khae.

Mendengar itu. Nok pun menjadi kesal kepada bibi Phai. “Barusan. Bibi memberitahuku, alasan mengapa Ayah tidak berbicara padaku adalah karena dia menunggu ku untuk tenang, kan? Bibi, beritahu aku, dimana Ayah menungguku untuk tenang?”

Dan dengan gugup, karena telah ketahuan berbohong. Maka bibi Phai pun diam.



Ditempat Khae. Wat meminta maaf kepada Khae karena sifat anaknya yaitu, Nok. Dan Khae pun membalas bahwa dia tidak mempermasalahkan itu, karena dari awal dia tahu bahwa suatu saat kejadian seperti ini akan terjadi dan dia harus menerimanya. Sebab dia adalah orang ketiga.

“Aku sudah bilang padamu untuk tidak bicara seperti itu. Vi dan aku telah berpisah sejak lama. Jangan katakan itu dan membuat dirimu sendiri merasa buruk,” kata Wat sambil memegang tangan Khae.


“Tapi aku peduli tentangmu. Sejak aku mengenalmu, kamu selalu membicarakan tentang putrimu. Aku tau kamu sangat menyukai Khun Nok. Jika kita menikah, dia akan tidak senang. Kita bisa membatalkan saja pernikahan kita,” balas Khae, melepaskan tangan Wat.



Wat memeluk Khae dari belakang dan berusaha untuk membujuk Khae agar mereka tidak perlu membatalkan pernikahan. “Bulan depan, kita akan menikah. Aku akan membawamu kerumah ku. Sekarang Nok hanya belum bisa menerima. Tapi setelah ini, aku percaya dia akan tumbuh lebih dewasa dan menerima pernikahan ini.”

“Apa kamu yakin?” tanya Khae. Tapi Wat yang sebenarnya ragu, tidak bisa menjawab.



Di dalam kamar orang tuanya. Ketika Nok melihat bahwa foto pernikahan Ayah dan Ibunya telah dilepaskan dari dinding, maka Nok pun menjadi marah. Dan bibi Phai menjelaskan bahwa Wat yang telah menyuruh mereka untuk melepaskan dan menyimpan itu ke gudang.




Lalu Nok pun berjalan ke arah tempat tidur. Nok mengingat bahwa dulu Ayah pernah meletakan foto keluarga mereka diatas meja samping tempat tidur. Tapi kini foto keluarga mereka itu telah dihilang kan dari atas meja.

Nok lalu berjalan dengan cepat kearah kamarnya sendiri dan mengambil foto keluarga yang dia miliki. Dan dia meletakan foto tersebut diatas meja samping tempat tidur.

“Aku akan membuat segalanya kembali seperti sebelumnya,” kata Nok sambil menatap foto keluarga miliknya.

Post a Comment

Previous Post Next Post