Network : Channel 3
Suasana
tenang dan romantis antara Nok serta Nai, berakhir begitu saja, ketika tiba-
tiba Wes datang dan memanggil Nok. Tanpa menyelesaikan tugasnya, Nok pun berdiri
dan berjalan menghampiri Wes.
“Sudah
lama sejak seorang gadis cantik akan mentraktirku. Jadi bagaimana aku bisa
melewatkannya?” tanya Wes, mengingatkan Nok. Dan Nok pun tersenyum mendengar
itu.
“Haruskah
kita pergi sekarang?” ajak Wes. Dan Nok melihat pada Nai yang masih berada di
dalam Stannya. Lalu Nok menghelas nafas pelan dan menjawab bahwa dia tidak bisa
pergi sekarang atau seseorang akan memarahinya.
Ketika
mendengar perkataan sindirian Nok. Nai berdiri dari kursinya dan berjalan
menghampiri mereka berdua.
“Ketika
bekerja. Kita perlu untuk beristirahat. Jadi jika kamu meminta untuk istirahat,
maka seseorang disekitar sini tidak akan memarahimu, kan?” jelas Wes.
“Jika
Khun Nok ingin pergi, aku tidak bisa menghentikannya. Jadi tolong jaga dia ya,
Khun Wongwes,” kata Nai, memberikan izin.
“Bagus!
Kamu masih menghargai orang lain. Tapi jangan biarkan aku menangkapmu mengikuti
ku lagi,” kata Nok dengan sinis kepada Nai. Lalu dia mengandeng tangan Wes dan
pergi bersama nya.
Ditengah
pesta yang ramai. Wes menyadari bahwa Nok sedari tadi terus melihat ke arah
belakang. Jadi dia memberitahu Nok bahwa Nai tidak akan mengikuti mereka,
karena akting Nok yang pura- pura tertarik padanya tadi sangat bagus.
“Dia
hanya menyebalkan. Terima kasih ya telah membantu ku,” kata Nok.
“Aku
benar- benar tidak bisa membaca mu,” balas Wes. Lalu mereka mulai bercanda dan
tertawa. Dan setelah itu, Wes pergi mengambilkan minuman untuk Nok. Lalu
melihat minuman yang ditenjukan Wes, dengan senang Nok memberikan tanda OK
dengan tangannya.
Ditengah
pesta yang ramai. Tanpa sengaja, Nai mendengar suara seseorang yang memanggil
nama ‘Penny’. Dan lalu, ketika itu, Nai pun melihat ke beradaan Pen. Jadi dia
mengikutinya, namun sayangnya dia kehilangan jejak Pen.
Ketika
melihat sekumpulan orang yang sedang bermain game. Nok dan Wes pun ikut
bergabung bersama mereka. Permainan yang dimainkan adalah, permainan injak
balon. Jadi salah satu kaki mereka, akan di ikatkan satu buah balon dan mereka
harus menjaga balon dikaki mereka itu agar tidak meletus. Serta mereka harus
meletuskan balon di kaki orang lain. Dan Satu orang yang balonnya masih utuh,
dialah yang menang.
Dan
dalam permainan itu, Nok berhasil menjadi pemenang dan mengalahkan Wes disaat
akhir. Lalu dengan senang, Nok bersorak- sorak dan memberikan minuman kepada
Wes yang kalah sebagai hukuman.
Berember-
ember kecil yang menjadi gelas minuman telah di habiskan oleh Wes dan Nok. Tapi
Wes masih baik- baik saja. Sementara Nok mulai agak mabuk, namun dia masih
memiliki sedikit kesadaran diri.
“Apa
kamu baik- baik saja?” tanya Wes.
“Ini
bukan apa- apa untukku. Tapi aku pikir, aku harus kembali. Karena sudah cukup
lama sejak aku pergi dari saja. Seseorang mungkin memarahi ku dan mengatakan
aku bermalas- malasan,” jawab Nok. Lalu berdiri dengan agak sedikit ke susahan.
“Maksudmu
Khun Luckanai?” tanya Wes sambil membantu Nok untuk berdiri.
“Oi…
disana hanya ada satu orang yang selalu selalu meragukanku!” balas Nok.
“Ok.
Aku akan mengantarmu ke sana,” balas Wes, lalu membantu Nok yang tidak bisa berjalan
dengan baik, karena agak mabuk.
Didalam
perjalanan. Nok serta Wes dihadang oleh dua orang wanita yang menantang mereka
untuk mengikuti Game, jika mau melewati area ini. Tapi jika Wes serta Nok tidak
mau, maka mereka berdua harus meminum seember minuman keras ini.
Dan
Nok pun memilih untuk meminum seember minuman itu. Namun karena Nok sudah
terlalu mabuk, maka Wes menahan Nok dan mengajak Nok untuk mengikuti gamenya
saja. Dan karena Wes menantangnya untuk ikut, maka Nok pun setuju untuk
bermain.
“Deal!”
kata Nok sambil menepuk pelan bahu Wes.
Game
dimulai. Permainannya adalah setiap orang harus menari. Dan lalu mereka harus
melewati sebuah tali yang dibentangkan. Dan semakin lama tinggi tali akan
diturunkan. Lalu karena kalah, maka Wes serta Nok pun diberikan minuman sebagai
hukumannya.
Dan
dari jauh, Pen mengawasi mereka berdua. Sambil tersenyum dengan licik kepada
kedua orang wanita yang telah menghadang Nok serta Wes, seperti semuanya itu
telah direncanakan olehnya.
Nai
berjalan berkeliling untuk mencari Nok. Namun tiba- tiba dia mengingat
perkataan Nok yang mengatakan agar tidak mengikuti nya lagi. Dan mengingat itu,
Nai pun berhenti berjalan.
Nok
mulai sangat mabuk, sehingga tidak bisa berjalan dengan lurus lagi. Dan melihat
itu, Wes pun menawarkan diri untuk membantu Nok kembali ke kamar. Tapi Nok
menolak, karena dia masih ingin minum lagi. Lalu Wes pun setuju untuk pergi
membeli minuman lagi. Tapi Nok menahannya.
“Apa
yang salah lagi?” tanya Wes sambil tertawa, ketika Nok menarik tangannya.
“Aku
kan sudah bilang, aku yang akan membelikan mu minuman. Ini ambil uangku,” kata
Nok, lalu memberikan kartu miliknya kepada Wes sambil tertawa.”Ambil kartu
kreditku saja.”
“Ok.
Tunggu aku disini ya,” kata Wes, lalu pergi meninggalkan Nok.
“Aku
akan menunggu mu disini,” balas Nok.
Dengan
sangat bersemangat, Nok berteriak dengan keras dan bertepuk tangan, saat menonton
acara pertunjukan yang ditampilan di tepi pantai. Acara pertunjukan itu
menampilkan sekelompok orang yang melakukan atraksi dengan api, Seperti menyemburkan
api besar dari mulut.
Ketika
Wes sedang berjalan ingin kembali ke tempat dimana Nok menunggu. Tiba-tiba saja
Pen yang panik berlari ke arahnya dan menabraknya. Sehingga pada saat itu,
tanpa sengaja bibir mereka pun bersentuhan.
“Khun.
Aku minta maaf. Apa kamu baik- baik saja?” tanya Pen dengan sikap seolah-olah
tidak sengaja menabrak Wes.
“Kamu…
kamu orang yang ku tolong itu,” kata Wes, saat mengingat siapa Pen.
Lalu
dengan sikap seolah- olah bahwa pertemuan mereka seperti sebuah kebetulan. Pen
memeluk Wes dengan erat sekali,”Itu kamu!!!” kata Pen sambil tersenyum ketika
memeluk Wes.
Wes
menjadi kebingungan dan memanggil- manggil Pen agar melepaskan pelukannya. Dan
Pen pun lalu melepaskan pelukannya. Sesudah itu dengan sikap seperti orang
panik dan ketakutan, Pen berpura- pura seperti ada orang yang mengejarnya,
padahal sebenarnya itu hanya tipuan Pen saja.
“Seorang
pria asing yang sedang mabuk memaksa ku untuk pergi dengannya. Khun, bisakah
kamu mengantarku ke kamar ku? Aku begitu takut. Tolong ya,” pinta Pen sambil
kembali memeluk Wes serta menangis. Dan Wes sendiri pun menjadi kebingungan
harus gimana.
Melihat
Nok yang tampak mabuk dan mulai mau tidak sadarkan diri. Dua orang pria yang
berada disana seperti ingin mengambil kesempatan dari Nok. Tapi ketika Nok
pingsan, mereka tidak berhasil menangkap Nok, karena dengan cepat Nai yang
berada disana berhasil menangkap Nok duluan.
“Khun
Nok. Kita harus kembali,” kata Nai sambil membantu Nok untuk berdiri.
Pria
tadi menahan Nai yang mau pergi membawa Nok. Dia mengatakan bahwa Nok adalah
temannya dan dia telah berjanji untuk menjaga Nok serta membawa Nok pulang.
Namun tentu saja, Nai tidak mau percaya dan tahu bahwa itu adalah bohong.
“Aku
tidak ingin menyusahkanmu. Aku bisa membawa adikku pulang sendirian,” kata Nai.
“Bagaimana
bisa aku yakin kalau kamu adalah kakak dari temanku ini?” balas si Pria dengan
sikap seolah- olah dialah yang benar.
“Mari
pergi dan temui polisi bersama- sama. Karena aku juga tidak percaya, kamu
adalah teman adikku,” kata Nai. Dan karena takut, si Pria itu pun terdiam. Lalu
Nai menggendong Nok dan membawa Nok pergi darisana.
Sesudah
tiba di kamar Pen, Wes pun pamit untuk pergi. Tapi tentu saja, Pen tidak mau
melepaskan Wes pergi begitu saja. Dia menahan tangan Wes dan mengatakan bahwa
dia masih begitu ketakuatan, jadi dia ingin Wes untuk menemaninnya sebentar.
Lalu
sebelum Wes sempat menjawab, Pen mendorong Wes dan dengan mesra melingkarkan
tangannya di leher Wes. Dan lalu mereka berdua pun berciuman.
Nai
menghubungin Vi. Tapi karena Vi sedang ada di pub dan bersenang- senang dengan
Pat, maka dia pun tidak mendengar ketika hape nya berbunyi,
Nai
mendudukan Nok yang sudah sedikit sadar di lantai dan menanyakan dimana kartu
kunci kamar Nok. Tapi karena sedang tidak sadar benar, maka Nok tidak menjawab.
Jadi Nai pun mencarinya sendiri di kantong Nok, tapi kartu kunci Nok sama
sekali tidak ada, yang ada hanyalah hape milik Nok saja.
Sepertinya
apa yang Nok berikan kepada Wes tadi bukanlah kartu kredit, tapi kartu kunci
kamarnya sendiri. Maka dari itu, kartu kuncinya tidak ada sekarang.
Nai
menjadi kebingungan, lalu dia meminta agar Nok tetap disini menunggunya. Karena
dia akan pergi ke lobby unyuk mengambilkan kartu kunci cadangan kamar Nok. Tapi
Nok memegang tangan Nai dan menahannya.
“P’Wes!!”
panggil Nok, salah mengenali Nai sebagai Wes.
Lalu
dengan cepat Nok menarik tangan Nai kearahnya, sehingga Nai terjatuh ke arah
Nok. Dan hampir saja tanpa sengaja, bibir mereka bersentuhan. Tapi sayangnya,
bibir mereka tidak bersentuhan. Hanya wajah mereka saja yang menjadi terlalu
dekat.
Dikamar
Pen. Dengan menggoda Pen membawa Wes ke atas ranjangnya. Lalu dia berniat untuk
mencium Wes lagi. Tapi sebelum sempat dia mencium Wes. Tiba- tiba saja Wes
malah mau muntah dan pergi ke kamar mandi.
Sehingga
Pen pun menjadi kesal sendiri. Tapi dia menahan ke kesalannya itu.
“Kamu
kalah!” kata Nok, lalu menjentik telinga Nai sebagai hukuman. Dan sesudah itu
Nok tertawa dengan gembira, lalu kemudian dia kembali pingsan.
Karena
tiba- tiba saja Nok kembali pingsan dan hampir terjatuh, maka Nai pun memeluk dan menahan Nok agar
kepala Nok tidak terjatuh mengenai lantai. Namun orang yang lewat disana dan
melihat itu menjadi salah paham.
Dan
karena menyadari hal itu, maka Nai pun menjadi kebingungan harus bagaimana,
sebab saat ini Nok sama sekali tidak sadarkan diri lagi.
Pen
duduk diatas tempat tidur dengan kaki disilangkan. Dan ketika dia melihat Wes
telah keluar dari kamar mandi. Dia mendekati Wes dan membuka baju kemeja Wes.
Lalu dia melingkarkan tangannya di leher Wes dan menarik Wes ke atas tempat
tidurnya.
Karena
tergoda oleh Pen yang begitu seksi, maka Wes mulai menciumin Pen dengan gairah.
Dan Pen dengan senang, tersenyum menikmati itu.
Nai
membawa Nok ke dalam kamarnya dan membaringkan Nok dengan lembut diatas tempat
tidur. Lalu dengan sikap penuh perhatian, Nai memperbaiki postur tidur Nok yang
tampak tidak nyaman serta poni Nok yang menutupi wajah Nok.
Sesudah
itu, dengan perlahan Nai berdiri. Lalu dia kembali mencoba untuk menghubungin
Vi, tapi tidak diangkat juga. Lalu menggunakan telpon di kamar, Nai
menghubungin resepsionis hotel dan meminta kan kunci cadangan kamar milik Nok.
“Pemilik
kamar bisa mengambil kunci baru dengan membawa ID identitas ke lobby,” jelas si
petugas hotel kepada Nai.
“Bisakah
aku mengambil kartunya saja?” tanya Nai.
“Aku
tidak bisa melakukan itu, karena peraturan keamanan hotel kami,” balas si
petugas.
Nai
menjadi kebingungan harus gimana. Dan tepat disaat itu, Nok yang tidur dengan
tidak baik, hampir saja terjatuh dari atas tempat tidur. Namun untungnya, Nai
berhasil menahan Nok agar tidak terjatuh ke lantai. Dan ketika Nai melihat
wajah tertidur Nok itu. Nai pun tersenyum kecil.
Tapi
tiba- tiba saja Nok malah muntah di baju Nai. Dan dengan terpaksa, karena itu,
maka Nai pun harus mandi. Lalu setelah selesai mandi, Nai mencoba membuka
kopernya sendiri untuk mengambil baju. Tapi sialnya, kopernya tertukar dengan
koper milik Jomyuth.
Untungnya
tanpa perlu repot menghubungin Jomyuth. Tepat disaat itu, Jomyuth mengetuk
kamar pintu kamarnya untuk menukar kembali koper mereka yang tertukar.
Nai
membuka pintu kamarnya dan mengembalikan koper Jomyuth yang berada padanya.
Lalu pas disaat itu, Nok memanggil Nai dan mengatakan bahwa dia haus. Dan
mendengar itu, Jomyuth pun menjadi penasaran ada siapa di kamar Nai.
“Bukan
kan itu suara Khun Nok?” tanya Jomyuth.
“Bagaimana
mungkin? Ini adalah kamar ku, bagaimana bisa Khun Nok tinggal di sini? Itu
hanya suara dari TV. Jika kamu sudah selesai, kembali ke kamarmu,” elak Nai.
Namun
sebelum Nai sempat menutup pintu kamarnya. Sekali lagi Jomntuh mendengar suara
Nok yang memanggil,”Luckanai.” Dan mendengar itu, maka Jomyuth pun bertanya.
Tapi dengan cepat, Nai langsung menutup pintu kamarnya.
“Aku
lemah. Aku tidak bisa menandinginnya! Tidak mungkin.. atau itu mungkin?” gumam
Jomyuth dengan masih penasaran serta curiga pada apa yang Nai dan Nok lakukan.
Sebab Nai keluar dengan bertelanjang dada.
“Sombong!”
kata Nok mengatai Nai dalam tidurnya.
Dan
mendengar itu, Nai tersenyum, “Dia sangat jahat, bahkan ketika dia tertidur,”
gumam Nai.
Nai
masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian. Dan baru saja dia memakai celana,
tiba- tiba dia mendengar suara TV yang menyala, karena tanpa sengaja tangan Nok
menyentuh remot tv dan menjatuhkannya ke lantai.
Lalu
karena takut Nok bakal terbangun, maka Nai pun segera berlari keluar dari dalam
kamar mandi dan mengambil remot TV yang berada di lantai, lalu dia mematikan TV
nya.
Ketika
Nai baru saja mau berdiri dan pergi. Tiba- tiba tangan Nok menarik rambutnya.
Lalu Nok mulai berbicara dalam tidurnya dan menarik Nai ke atas tempat tidur
serta memeluknya, karena dia mengira bahwa Nai adalah boneka Booboo miliknya yang
diletakan oleh Ibunya di bawah tempat tidur.
Dan
karena agar biar Nok tidak terbangun, maka Nai pun pasrah dan membiarkan Nok
menarik rambutnya. Lalu Nok pun kembali berbicara dalam tidurnya.
“Hari
ini, aku sangat bersenang- senang sejak aku kembali,” kata Nok. Dan mendengar
itu, Nai pun tersenyum senang. Namun senyum Nai langsung hilang, ketika Nok
menyebutkan bahwa itu karena Wes.
Lalu
dengan perlahan, ketika Nok sudah kembali tertidur dengan tenang. Nai
melepaskan tangan Nok yang memegangnya. Dan duduk diatas tempat tidur,
memperhatikan Nok.
Pas
disaat itu, tiba- tiba saja Vi menelponnya. Jadi Nai pun mengangkat telponnya
dan berdiri agak menjauh dari Nok.
Pen
bangun dan mengambil hapenya. Lalu menggunakan kamera pada hapenya, Pen
memotret Wes yang sedang tertidur nyenyak. Lalu dengan sikap mesra, Pen tidur
kembali disamping Wes dan memotret kemesraan mereka berdua.
Tags:
Game Sanaeha
Akhirnya yg ditunggu lanjut juga.... Tq ya min
ReplyDelete