Network : Channel 3
Dicafe.
Dalam acara arisan. Ketika Pat mengatakan bahwa dia ingin pergi, karena Wes
akan datang menjemputnya nanti.
Vi
dengan sengaja menyindir Pat, karena tidak berhasil memenangkan uang arisan,
maka Pat ingin pergi. Dan Pat tidak peduli sama sekali tentang itu. Lalu Vi menyindir
Pat lagi, dia membicarakan tentang gaji suami Pat yang belum keluar serta
hutang Pat dan hal lainnya tentang Pat.
Sehingga
mendengar itu, Pat pun tidak terima dan menjadi tidak tahan lagi. Jadi dia pun balas
menyindir Vi, dia mengatai tentang mantan suami Vi. Namun mendengar itu, Vi
tidak merasa tersindir sama sekali.
Tepat
disaat itu, Wes datang untuk menjemput Pat. Dengan sikap yang sopan, dia
menyapa mereka semua, setelah itu Pen yang ternyata juga ikut datang, dia juga menyapa
mereka semua serta Vi.
“Kamu
datang dengan...” kata Vi dengan terkejut, melihat kedatangan Pen.
“Ya.
Waktu itu kamu tidak memperkenalkannya kepadaku. Lalu setelah itu kami saling
bertemu lagi di Boom Island. Kami kemudian perkenalan sampai sekarang,” jelas
Pen dengan nada membanggakan diri.
“Penny…”
kata Wes mengingatkan Pen.
“Kamu
mencampakan putrik ku dua kali untuk wanita ini? Biar kuberitahu kamu. Aku sama
sekali tidak menyesal bahwa kamu tidak memilih Nok. Dua orang rendahan sangat
cocok bersama!” kata Vi dengan marah. Lalu dia mengambil tas nya dan berjalan
pergi dengan menyenggol bahu Pen dengan keras.
Sesampainya
dirumah. Phai yang melihat kepulangan Vi menyambut dan menanyakan apa yang Vi
mau. Tapi karena sedang emosi, Vi membalas bahwa dia tidak ingin apapun serta
dia juga tidak mau melihat wajah Phai. Dan mendengar itu, Phai pun menjadi
bingung.
Keesokan
pagi. Di garasi. Ketika melihat Nai sedang memeriksa mesin mobil, Vi bertanya.
Lalu seorang pelayan menjelaskan bahwa salah satu kabel di mobil Nai putus di
gigit tikus. Jadi Nai tidak bisa menyalakan mobilnya.
“Mengapa
kamu membesarkan tikus di dalam mobil?” sindir Nok.
“Tikusnya
berada di dalam garasi. Hati- hati mobil mu juga,” balas Nai.
“Aneh.
Aku sudah tinggal selama 20 tahun disini, tapi aku tidak pernah melihat yang
seperti ini sebelumnya,” kata Vi dengan heran.
Karena
hari ini mereka akan pergi ke lapangan bersama, maka Nok menawarkan Nai untuk
naik mobilnya saja. Dan mendengar hal itu, Vi merasa sangat curiga kepada Nok,
lalu dia menawarkan Nai untuk menaiki mobilnya saja.
“Mom,
kamu tidak menyetir hari ini?” tanya Nok, menghentikan niat Vi.
“Jika
aku butuh, aku akan menelpon taxi saja,” jawab Vi, beralasan.
“Jangan
merepotkan. Aku akan memanggil taksi sendiri,” kata Nai
Vi
dengan cepat mengedipkan matanya kepada Nai, memberikan kode kepada Nai agar
menerima saja tawaran nya. Tapi sayangnya, Nai tidak mengerti dan bertanya apa
ada yang salah dengan Vi. Dan mendengar itu, Nok menatap heran kepada Ibunya
itu.
“Hehe..
aku tidak cukup tidur semalam. Jadi mataku berkedip seperti ini. Dan...” kata
Vi beralasan sambil menguap dengan keras, “Aku begitu ngatuk. Jadi aku tidak
akan pergi kemana pun pastinya. Kamu bisa membawa mobilku untuk bekerja.”
“Terserah
Mom mau pergi keluar atau tidak, Mom kan bisa memakirkan mobil disini. Lagian
aku dan Nai mau pergi ke lapangan,” balas Nok sambil memberikan kuncinya kepada
Nai. Tapi Vi langsung menahan tangan Nok.
“Mana
tahu nanti, Nai mau pergi kemana setelah kerja. Lebih baik bawa mobilku saja,”
kata Vi kepada Nai. Sehingga Nai menjadi kebingungan.
Tepat
disaat itu, Wat datang. Lalu dia menanyakan apa yang sedang mereka berdebatkan.
Dan Nok pun meminta Ayahnya untuk membuat keputusan, lalu Nok mempersilahkan
Nai untuk menjelaskan. Dan Nai pun menjelaskan semua yang terjadi serta apa
yang sedang mereka bicarakan sekarang.
“Untuk
apa?!” tanya Wat dengan heran kepada Vi, setelah dia selesai mendengarkan
penjelasan Nai.
“Aku
ingin keponakan ku menggunakan mobilku. Apa masalahnya untukmu?” balas Vi.
“Ok.
Aku sudah membuat keputusan. Nai naik ke dalam mobil dengan Nok. Aku akan
mengurus bibi mu,” kata Wat.
Lalu
setelah itu, Nok pun langsung memberikan kunci mobilnya kepada Nai. Dan bersama
mereka berangkat bekerja.
“Jika
ada masalah dengan keponakan ku, maka kamu lah yang melakukan itu,” kata Vi
dengan kesal kepada Wat dan lalu pergi dari sana.
“Apa
yang salah dengannya? Nama putriku itu Nok (burung), bukan harimau,” kata Wat
dengan heran dan tidak mengerti dengan sikap Vi.
Nok
mengunjungin pabrik. Disana ketika dia melihat para pekerja sedang memisahkan beberapa
botol tertentu dengan barang plastik lain yang ada, maka Nok pun bertanya, tapi
tidak satupun dari pekerja itu yang menjawabnya atau bahkan memperhatikannya,
sehingga Nok menjadi sedikit kesal.
“Apa
yang salah dengannya? Mengapa dia tidak menjawab pertanyaan ku?” keluh Nok.
“Bukannya
mereka tidak mau menjawab pertanyaan kamu. Tapi itu karena mereka tidak bisa
mendengar kamu. Franchise kita ini berlokasi dekat dengan yayasan untuk orang
tuli, sehingga kita memiliki kebijakan untuk membawa mereka yang disana untuk
melamar ke sini. Lagian kita tidak perlu kemampuan mendengar. Jadi jangan
berpikir mereka tidak berguna. Sama seperti botol yang kamu tanyakan,” jelas
Nai yang juga datang ke pabrik.
Nai
mengambil salah satu botol yang dipisahkan dan menunjukan itu kepada Nok. Dia menjelaskan
alasan mengapa botol tersebut dipisahkan dari yang lain, yaitu karena ada
beberapa botol tertentu yang dinding bagian tengahnya sulit untuk di daur ulang
menggunakan teknologi mereka, sehingga botol seperti itu akan dipisahkan dari
yang lain.
Namun
bukan berarti botol tersebut akan dibuang semuanya. Karena jika ada bagian yang
bisa di daur ulang, maka itulah yang akan di ambil, seperti bagian tutup botol.
“Jadi
bagaimana kita bisa menyuruh mereka dalam melakukan sebuah pekerjaan?” tanya
Nok mengenai para pekerja, ketika Nai telah selesai menjelaskan.
“Banyak
cara nya. Kita bisa mengetikan nya atau menuliskannya. Atau menggunakan cara
komunikasi lain yang bisa membuat mereka mengerti,” jawab Nai. Lalu karena Nok
masih tampak bingung, maka Nai pun menepuk salah satu punggung pekerja disana. Dan
kemudian menggunakan bahasa isyarat, Nai menyapa dan mengobrol dengan pekerja
tersebut.
“Kamu
bisa menggunakan bahasa isyarat?” tanya Nok dengan takjub.
“Aku
mempelajarinya sedikit, cukup untuk bisa berbicara kepada mereka,” jawab Nai.
“Lalu
apa yang kamu bicarakan tadi?”
“Aku
mengatakan bahwa aku telah membawa seorang tamu special untuk melihat pekerjaan
mereka. Dan kemudian mereka menjawab…” kata Nai, menggantung kata terakhirnya.
“Apa
yang dia katakan?” tanya Nok, penasaran.
“Kamu
cantik,” jawab Nai sambil tersenyum lembut.
Mendengar
jawaban itu, Nok sama sekali tidak percaya. Nok lalu berbalik dan mau pergi. Namun
ketika dia berbalik, hampir saja dia bertabrakan dengan para pekerja yang
sedang lewat sambil mengangkat barang. Untung saja sebelum mereka sempat bertabrakan,
Nai berhasil menarik Nok ke arahnya.
“Bekerja
dengan mereka. Kita perlu untuk memperhatikan mereka juga,” kata Nai,
mengingatkan. Dan mendengar itu, Nok hanya diam saja.
Dikebun.
Phai menanyai Aff dan Aey, apa mereka telah menemukan gunting tanaman yang
hilang. Dan mereka pun menjawab bahwa mereka masih belum bisa menemukannya.
Vi yang
kebetulan keluar dari rumah, mendengar tentang pembicaraan mereka bertiga. Dan Vi
pun merasa sedikit heran. Lalu tiba- tiba dia teringat tentang salah satu kabel
di mobil Nai yang putus tadi pagi.
“Nok!”
gumam Vi dengan nada kaget. Ketika dia sadar bahwa Nok lah yang telah memotong
salah satu kabel di mobil Nai pagi ini. Bukannya tikus yang mengigit kabel itu.
Disebuah
acara. Pen berpose di depan para wartawan yang memotretnya. Lalu disaat dia
melihat Khae, dia pun berjalan menghampiri Khae dan menyapa Khae.
“Halo, Khun
Khae. Ini pertama kali nya aku melihat kamu langsung. Kamu lebih cantik
daripada yang Paman Thawat katakan padaku,” kata Pen.
“Paman
Thawat?” tanya Khae dengan heran.
“Aku
keponakan paman Thawat. Namaku Penny,” kata Pen, memperkenalkan diri.
“Penny?
Aku telah mendengar nama mu sebelumnya. Apa ada yang ingin kamu bicarakan
padaku?” tanya Khae dengan ramah.
“Aku
butuh memperkenalkan diriku padamu. Karena kita akan segera menjadi kerabat. Oh
ya, aku tidak merasa senang juga tentang
Ibu dan Putrinya itu yang tidak pindah juga. Jika aku jadi kamu, aku tidak akan
membiarkan ini terjadi,” kata Pen mencoba untuk memprovokasi.
Dan mendengar
itu, Khae menjadi agak malas, tapi dia tidak menunjukannya. Lalu Pen yang tidak
sadar akan hal itu, dengan sikap yang sok akrab, dia memegang tangan Khae dan
mengatakan bahwa dia berada disisi Khae.
“Terima
kasih ya. Tapi aku punya sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu,” kata Khae.
“Apa
itu?” tanya Pen sambil tersenyum.
“Akhir-
akhir ini, apakah mereka berpikir bahwa seorang anak pelayan adalah seorang
kerabat?” tanya Khae menyindir Pen. Lalu sesudah menanyakan itu, Khae
melepaskan tangan Pen dan berjalan dengan menyenggol bahu Pen.
Ketika Khae
mau lewat, para wartawan menghentikan Khae dan menanyakan tentang acara
pernikahan Khae. Namun Khae menolak untuk menjawab itu dulu, karena dia dengan
Wat belum menentukan tanggal pernikahan mereka.
Lalu setelah
Khae pergi. Pen yang masih berada disana mendekati para wartawan tersebut. “Permisi,
apa kamu punya waktu untuk berbicara dengan ku?” tanya Pen dengan sikap ramah
kepada para wartawan tersebut.
“Ya,”
balas si wartawan, menyetujui.
Sesampainya
dirumah. Nok melihat bahwa mobil Nai telah tidak berada didalam garasi. Dan Nai
pun menjelaskan bahwa menurut bibi Phai, orang bengkel telah datang
mengambilnya siang tadi. Namun orang bengkel tersebut belum bisa memastikan
kapan mobil nya akan selesai.
“Aku
harus merepotkan mu saat ini,” kata Nai.
“Siapa
yang menyetujui kamu?” balas Nok.
“Jadi
apa kamu ingin aku pergi bekerja dengan menggunakan transportasi umum?”
“Tidak
buruk. Itu sesuai dengan pakaianmu.”
“Benarkah?”
“Itu
tergantung mood ku besok,” balas Nok sambil tersenyum. Lalu dia berjalan pergi.
Dan mendengar
itu, Nai tersenyum sambil menatap Nok yang berjalan pergi.
Didalam
kamar. Tiba- tiba saja Nenek menelpon, jadi Nok pun mengangkatnya. Dan sebelum
Nenek sempat berbicara, Nok langsung mulai berbicara duluan. Dia meminta Nenek untuk
berhenti menelponnya tentang Nai lagi, karena saat ini rencana nya telah
berjalan dengan baik.
“Nai
mengikuti rencana ku. Dia tidak menyadari bahwa aku telah menggunakan nya untuk
mendapatkan apa yang menjadi milik ku kembali. Oh, jangan khawatir bahwa aku
akan dalam masalah, Aku akan menyelamatkan diriku sendiri, aku tahu apa yang
harus aku lakukan. Bye,” kata Nok menjelaskan.
Ternyata
yang menelpon itu adalah Vi bukan Nenek. Dia sengaja menelpon Nok menggunakan
hape Nenek untuk mencari tahu mengenai rencana Nok kepada Nai. Dan setelah Nok
mematikan panggilan, maka Vi pun meninggalkan hape Nenek begitu saja di atas
meja dan segera pergi keluar.
“Putriku
tidak pernah memberitahuku, ketika dia datang atau pergi. Dia meminjam hape ku
dan meninggalkan nya disini begitu saja,” keluh Nenek, saat dia menemukan hape
nya di atas meja.
Malam hari.
Dikamar Nai. Vi menceritakan bahwa kejadian putusnya salah satu kabel dimobil
Nai adalah bukan karena digigit tikus, tapi karena Nok. Dan mendengar itu. Nai
hanya diam saja.
“Nai. Aku
tidak pernah membicarakan tentang ini dengan kamu sebelumnya. Semua yang telah
kamu lakukan demi Nok, aku tahu bagaimana perasaan mu pada Nok. Aku tidak
membenci kamu atau berpikiran untuk menghentikan kamu dari itu, jika Nok merasa
hal yang sama,” jelas Vi. Tapi Nai hanya tetap diam saja.
Melihat
Nai yang hanya diam saja. Vi pun mendekati Nai dan menjelaskan lagi. “Aku butuh
berbicara kepada kamu secara terus terang. Aku mengenal putriku dengan baik.
Aku tahu bahwa dia tidak memiliki niatan yang baik padamu. Ini hanya sebuah
game untuk balas dendam padamu. Aku takut suatu hari, kamu akan terluka. Kamu
mengerti, kan?”
“Bagaimana
jika aku bisa memenangkan hatinya?” tanya Nai. Lalu dia melanjutkan,”Terima
kasih bibi telah memperingatkan aku. Tapi aku pasti tidak akan menjauh dari
game ini!” kata Nai dengan tegas.
Vi
ingin menghentikan Nai. Tapi sebelum Vi sempat berbicara. Nai langsung
memotong,”Tolong jangan menghentikan aku! Aku senang mendengar bahwa kamu tidak
membenci aku. Dari sekarang, inilah hasil keputusanku. Pada akhir game, jika
aku harus keluar tanpa apa- apa, maka aku akan menerima hasilnya,” kata Nai
dengan tegas.
Sehingga
mendengar itu, Vi pun tidak bisa mengatakan apapun lagi untuk menghentikan Nai.
Ketika Vi
telah keluar dari kamarnya. Nai membuka laci kecilnya dan mengeluarkan sesuatu.
Lalu dengan pandangan yang tajam, Nai berbicara sendirian.
“Ini
hanya sebuah game, aku tahu itu. Tapi jangan khawatir. Aku tidak akan
membiarkan kamu menjadi seseorang yang akan mengontrol game ini, Khun
Muenchanok,” kata Nai sambil memperhatikan gunting tanaman yang ada di
tangannya.
NB : Jika gunting tanaman yang hilang itu
ada di tangan Nai. Berarti yang motong salah satu kabel dimobil itu adalah Nai sendiri
dong? Bukannya Nok yang potong? Hmm…
Tags:
Game Sanaeha
G sbr smoga yg ini cpt y
ReplyDeleteMakin seru nggak sabar nunggu sinopsis selanjutnya
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya yah min..... Semangatttttt
ReplyDeleteMakasih min...😃
ReplyDeleteSelalu setia dengan blog ini lnjut min sinopsisnya
ReplyDeleteaku selalu setia menunggu updateanmu min.. 😊😊
ReplyDeleteMin kalo pengen nonton nonton streeming sub indo pake apa min ? Bales yaaaa😊
ReplyDelete