Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 4 - part 2



Network : Channel 3




Dicafe. Dalam acara arisan. Ketika Pat mengatakan bahwa dia ingin pergi, karena Wes akan datang menjemputnya nanti.



Vi dengan sengaja menyindir Pat, karena tidak berhasil memenangkan uang arisan, maka Pat ingin pergi. Dan Pat tidak peduli sama sekali tentang itu. Lalu Vi menyindir Pat lagi, dia membicarakan tentang gaji suami Pat yang belum keluar serta hutang Pat dan hal lainnya tentang Pat.

Sehingga mendengar itu, Pat pun tidak terima dan  menjadi tidak tahan lagi. Jadi dia pun balas menyindir Vi, dia mengatai tentang mantan suami Vi. Namun mendengar itu, Vi tidak merasa tersindir sama sekali.



Tepat disaat itu, Wes datang untuk menjemput Pat. Dengan sikap yang sopan, dia menyapa mereka semua, setelah itu Pen yang ternyata juga ikut datang, dia juga menyapa mereka semua serta Vi.

“Kamu datang dengan...” kata Vi dengan terkejut, melihat kedatangan Pen.

“Ya. Waktu itu kamu tidak memperkenalkannya kepadaku. Lalu setelah itu kami saling bertemu lagi di Boom Island. Kami kemudian perkenalan sampai sekarang,” jelas Pen dengan nada membanggakan diri.

“Penny…” kata Wes mengingatkan Pen.


“Kamu mencampakan putrik ku dua kali untuk wanita ini? Biar kuberitahu kamu. Aku sama sekali tidak menyesal bahwa kamu tidak memilih Nok. Dua orang rendahan sangat cocok bersama!” kata Vi dengan marah. Lalu dia mengambil tas nya dan berjalan pergi dengan menyenggol bahu Pen dengan keras.



Sesampainya dirumah. Phai yang melihat kepulangan Vi menyambut dan menanyakan apa yang Vi mau. Tapi karena sedang emosi, Vi membalas bahwa dia tidak ingin apapun serta dia juga tidak mau melihat wajah Phai. Dan mendengar itu, Phai pun menjadi bingung.



Keesokan pagi. Di garasi. Ketika melihat Nai sedang memeriksa mesin mobil, Vi bertanya. Lalu seorang pelayan menjelaskan bahwa salah satu kabel di mobil Nai putus di gigit tikus. Jadi Nai tidak bisa menyalakan mobilnya.

“Mengapa kamu membesarkan tikus di dalam mobil?” sindir Nok.

“Tikusnya berada di dalam garasi. Hati- hati mobil mu juga,” balas Nai.

“Aneh. Aku sudah tinggal selama 20 tahun disini, tapi aku tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” kata Vi dengan heran.


Karena hari ini mereka akan pergi ke lapangan bersama, maka Nok menawarkan Nai untuk naik mobilnya saja. Dan mendengar hal itu, Vi merasa sangat curiga kepada Nok, lalu dia menawarkan Nai untuk menaiki mobilnya saja.

“Mom, kamu tidak menyetir hari ini?” tanya Nok, menghentikan niat Vi.

“Jika aku butuh, aku akan menelpon taxi saja,” jawab Vi, beralasan.

“Jangan merepotkan. Aku akan memanggil taksi sendiri,” kata Nai



Vi dengan cepat mengedipkan matanya kepada Nai, memberikan kode kepada Nai agar menerima saja tawaran nya. Tapi sayangnya, Nai tidak mengerti dan bertanya apa ada yang salah dengan Vi. Dan mendengar itu, Nok menatap heran kepada Ibunya itu.

“Hehe.. aku tidak cukup tidur semalam. Jadi mataku berkedip seperti ini. Dan...” kata Vi beralasan sambil menguap dengan keras, “Aku begitu ngatuk. Jadi aku tidak akan pergi kemana pun pastinya. Kamu bisa membawa mobilku untuk bekerja.”


“Terserah Mom mau pergi keluar atau tidak, Mom kan bisa memakirkan mobil disini. Lagian aku dan Nai mau pergi ke lapangan,” balas Nok sambil memberikan kuncinya kepada Nai. Tapi Vi langsung menahan tangan Nok.

“Mana tahu nanti, Nai mau pergi kemana setelah kerja. Lebih baik bawa mobilku saja,” kata Vi kepada Nai. Sehingga Nai menjadi kebingungan.

Tepat disaat itu, Wat datang. Lalu dia menanyakan apa yang sedang mereka berdebatkan. Dan Nok pun meminta Ayahnya untuk membuat keputusan, lalu Nok mempersilahkan Nai untuk menjelaskan. Dan Nai pun menjelaskan semua yang terjadi serta apa yang sedang mereka bicarakan sekarang.


“Untuk apa?!” tanya Wat dengan heran kepada Vi, setelah dia selesai mendengarkan penjelasan Nai.

“Aku ingin keponakan ku menggunakan mobilku. Apa masalahnya untukmu?” balas Vi.

“Ok. Aku sudah membuat keputusan. Nai naik ke dalam mobil dengan Nok. Aku akan mengurus bibi mu,” kata Wat.



Lalu setelah itu, Nok pun langsung memberikan kunci mobilnya kepada Nai. Dan bersama mereka berangkat bekerja.

“Jika ada masalah dengan keponakan ku, maka kamu lah yang melakukan itu,” kata Vi dengan kesal kepada Wat dan lalu pergi dari sana.

“Apa yang salah dengannya? Nama putriku itu Nok (burung), bukan harimau,” kata Wat dengan heran dan tidak mengerti dengan sikap Vi.



Nok mengunjungin pabrik. Disana ketika dia melihat para pekerja sedang memisahkan beberapa botol tertentu dengan barang plastik lain yang ada, maka Nok pun bertanya, tapi tidak satupun dari pekerja itu yang menjawabnya atau bahkan memperhatikannya, sehingga Nok menjadi sedikit kesal.

“Apa yang salah dengannya? Mengapa dia tidak menjawab pertanyaan ku?” keluh Nok.

“Bukannya mereka tidak mau menjawab pertanyaan kamu. Tapi itu karena mereka tidak bisa mendengar kamu. Franchise kita ini berlokasi dekat dengan yayasan untuk orang tuli, sehingga kita memiliki kebijakan untuk membawa mereka yang disana untuk melamar ke sini. Lagian kita tidak perlu kemampuan mendengar. Jadi jangan berpikir mereka tidak berguna. Sama seperti botol yang kamu tanyakan,” jelas Nai yang juga datang ke pabrik.



Nai mengambil salah satu botol yang dipisahkan dan menunjukan itu kepada Nok. Dia menjelaskan alasan mengapa botol tersebut dipisahkan dari yang lain, yaitu karena ada beberapa botol tertentu yang dinding bagian tengahnya sulit untuk di daur ulang menggunakan teknologi mereka, sehingga botol seperti itu akan dipisahkan dari yang lain.

Namun bukan berarti botol tersebut akan dibuang semuanya. Karena jika ada bagian yang bisa di daur ulang, maka itulah yang akan di ambil, seperti bagian tutup botol.




“Jadi bagaimana kita bisa menyuruh mereka dalam melakukan sebuah pekerjaan?” tanya Nok mengenai para pekerja, ketika Nai telah selesai menjelaskan.

“Banyak cara nya. Kita bisa mengetikan nya atau menuliskannya. Atau menggunakan cara komunikasi lain yang bisa membuat mereka mengerti,” jawab Nai. Lalu karena Nok masih tampak bingung, maka Nai pun menepuk salah satu punggung pekerja disana. Dan kemudian menggunakan bahasa isyarat, Nai menyapa dan mengobrol dengan pekerja tersebut.



“Kamu bisa menggunakan bahasa isyarat?” tanya Nok dengan takjub.

“Aku mempelajarinya sedikit, cukup untuk bisa berbicara kepada mereka,” jawab Nai.

“Lalu apa yang kamu bicarakan tadi?”

“Aku mengatakan bahwa aku telah membawa seorang tamu special untuk melihat pekerjaan mereka. Dan kemudian mereka menjawab…” kata Nai, menggantung kata terakhirnya.

“Apa yang dia katakan?” tanya Nok, penasaran.

“Kamu cantik,” jawab Nai sambil tersenyum lembut.



Mendengar jawaban itu, Nok sama sekali tidak percaya. Nok lalu berbalik dan mau pergi. Namun ketika dia berbalik, hampir saja dia bertabrakan dengan para pekerja yang sedang lewat sambil mengangkat barang. Untung saja sebelum mereka sempat bertabrakan, Nai berhasil menarik Nok ke arahnya.

“Bekerja dengan mereka. Kita perlu untuk memperhatikan mereka juga,” kata Nai, mengingatkan. Dan mendengar itu, Nok hanya diam saja.


Dikebun. Phai menanyai Aff dan Aey, apa mereka telah menemukan gunting tanaman yang hilang. Dan mereka pun menjawab bahwa mereka masih belum bisa menemukannya.


Vi yang kebetulan keluar dari rumah, mendengar tentang pembicaraan mereka bertiga. Dan Vi pun merasa sedikit heran. Lalu tiba- tiba dia teringat tentang salah satu kabel di mobil Nai yang putus tadi pagi.

“Nok!” gumam Vi dengan nada kaget. Ketika dia sadar bahwa Nok lah yang telah memotong salah satu kabel di mobil Nai pagi ini. Bukannya tikus yang mengigit kabel itu.



Disebuah acara. Pen berpose di depan para wartawan yang memotretnya. Lalu disaat dia melihat Khae, dia pun berjalan menghampiri Khae dan menyapa Khae.

“Halo, Khun Khae. Ini pertama kali nya aku melihat kamu langsung. Kamu lebih cantik daripada yang Paman Thawat katakan padaku,” kata Pen.

“Paman Thawat?” tanya Khae dengan heran.

“Aku keponakan paman Thawat. Namaku Penny,” kata Pen, memperkenalkan diri.

“Penny? Aku telah mendengar nama mu sebelumnya. Apa ada yang ingin kamu bicarakan padaku?” tanya Khae dengan ramah.



“Aku butuh memperkenalkan diriku padamu. Karena kita akan segera menjadi kerabat. Oh ya,  aku tidak merasa senang juga tentang Ibu dan Putrinya itu yang tidak pindah juga. Jika aku jadi kamu, aku tidak akan membiarkan ini terjadi,” kata Pen mencoba untuk memprovokasi.

Dan mendengar itu, Khae menjadi agak malas, tapi dia tidak menunjukannya. Lalu Pen yang tidak sadar akan hal itu, dengan sikap yang sok akrab, dia memegang tangan Khae dan mengatakan bahwa dia berada disisi Khae.

“Terima kasih ya. Tapi aku punya sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu,” kata Khae.


“Apa itu?” tanya Pen sambil tersenyum.

“Akhir- akhir ini, apakah mereka berpikir bahwa seorang anak pelayan adalah seorang kerabat?” tanya Khae menyindir Pen. Lalu sesudah menanyakan itu, Khae melepaskan tangan Pen dan berjalan dengan menyenggol bahu Pen.


Ketika Khae mau lewat, para wartawan menghentikan Khae dan menanyakan tentang acara pernikahan Khae. Namun Khae menolak untuk menjawab itu dulu, karena dia dengan Wat belum menentukan tanggal pernikahan mereka.


Lalu setelah Khae pergi. Pen yang masih berada disana mendekati para wartawan tersebut. “Permisi, apa kamu punya waktu untuk berbicara dengan ku?” tanya Pen dengan sikap ramah kepada para wartawan tersebut.

“Ya,” balas si wartawan, menyetujui.



Sesampainya dirumah. Nok melihat bahwa mobil Nai telah tidak berada didalam garasi. Dan Nai pun menjelaskan bahwa menurut bibi Phai, orang bengkel telah datang mengambilnya siang tadi. Namun orang bengkel tersebut belum bisa memastikan kapan mobil nya akan selesai.

“Aku harus merepotkan mu saat ini,” kata Nai.

“Siapa yang menyetujui kamu?” balas Nok.



“Jadi apa kamu ingin aku pergi bekerja dengan menggunakan transportasi umum?”

“Tidak buruk. Itu sesuai dengan pakaianmu.”

“Benarkah?”

“Itu tergantung mood ku besok,” balas Nok sambil tersenyum. Lalu dia berjalan pergi.

Dan mendengar itu, Nai tersenyum sambil menatap Nok yang berjalan pergi.


Didalam kamar. Tiba- tiba saja Nenek menelpon, jadi Nok pun mengangkatnya. Dan sebelum Nenek sempat berbicara, Nok langsung mulai berbicara duluan. Dia meminta Nenek untuk berhenti menelponnya tentang Nai lagi, karena saat ini rencana nya telah berjalan dengan baik.

“Nai mengikuti rencana ku. Dia tidak menyadari bahwa aku telah menggunakan nya untuk mendapatkan apa yang menjadi milik ku kembali. Oh, jangan khawatir bahwa aku akan dalam masalah, Aku akan menyelamatkan diriku sendiri, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Bye,” kata Nok menjelaskan.


Ternyata yang menelpon itu adalah Vi bukan Nenek. Dia sengaja menelpon Nok menggunakan hape Nenek untuk mencari tahu mengenai rencana Nok kepada Nai. Dan setelah Nok mematikan panggilan, maka Vi pun meninggalkan hape Nenek begitu saja di atas meja dan segera pergi keluar.


“Putriku tidak pernah memberitahuku, ketika dia datang atau pergi. Dia meminjam hape ku dan meninggalkan nya disini begitu saja,” keluh Nenek, saat dia menemukan hape nya di atas meja.



Malam hari. Dikamar Nai. Vi menceritakan bahwa kejadian putusnya salah satu kabel dimobil Nai adalah bukan karena digigit tikus, tapi karena Nok. Dan mendengar itu. Nai hanya diam saja.

“Nai. Aku tidak pernah membicarakan tentang ini dengan kamu sebelumnya. Semua yang telah kamu lakukan demi Nok, aku tahu bagaimana perasaan mu pada Nok. Aku tidak membenci kamu atau berpikiran untuk menghentikan kamu dari itu, jika Nok merasa hal yang sama,” jelas Vi. Tapi Nai hanya tetap diam saja.



Melihat Nai yang hanya diam saja. Vi pun mendekati Nai dan menjelaskan lagi. “Aku butuh berbicara kepada kamu secara terus terang. Aku mengenal putriku dengan baik. Aku tahu bahwa dia tidak memiliki niatan yang baik padamu. Ini hanya sebuah game untuk balas dendam padamu. Aku takut suatu hari, kamu akan terluka. Kamu mengerti, kan?”

“Bagaimana jika aku bisa memenangkan hatinya?” tanya Nai. Lalu dia melanjutkan,”Terima kasih bibi telah memperingatkan aku. Tapi aku pasti tidak akan menjauh dari game ini!” kata Nai dengan tegas.



Vi ingin menghentikan Nai. Tapi sebelum Vi sempat berbicara. Nai langsung memotong,”Tolong jangan menghentikan aku! Aku senang mendengar bahwa kamu tidak membenci aku. Dari sekarang, inilah hasil keputusanku. Pada akhir game, jika aku harus keluar tanpa apa- apa, maka aku akan menerima hasilnya,” kata Nai dengan tegas.

Sehingga mendengar itu, Vi pun tidak bisa mengatakan apapun lagi untuk menghentikan Nai.


Ketika Vi telah keluar dari kamarnya. Nai membuka laci kecilnya dan mengeluarkan sesuatu. Lalu dengan pandangan yang tajam, Nai berbicara sendirian.

“Ini hanya sebuah game, aku tahu itu. Tapi jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan kamu menjadi seseorang yang akan mengontrol game ini, Khun Muenchanok,” kata Nai sambil memperhatikan gunting tanaman yang ada di tangannya.

NB : Jika gunting tanaman yang hilang itu ada di tangan Nai. Berarti yang motong salah satu kabel dimobil itu adalah Nai sendiri dong? Bukannya Nok yang potong? Hmm…

7 Comments

  1. Makin seru nggak sabar nunggu sinopsis selanjutnya

    ReplyDelete
  2. Ditunggu kelanjutannya yah min..... Semangatttttt

    ReplyDelete
  3. Selalu setia dengan blog ini lnjut min sinopsisnya

    ReplyDelete
  4. aku selalu setia menunggu updateanmu min.. 😊😊

    ReplyDelete
  5. Min kalo pengen nonton nonton streeming sub indo pake apa min ? Bales yaaaa😊

    ReplyDelete
Previous Post Next Post