Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 4 - part 4

Network : Channel 3


Pen terkejut melihat kedatangan Nok. Dan dengan nada tidak senang, dia menanyakan bagaimana Nok bisa datang ke sini. Lalu Nok melangkah masuk ke dalam apatermen Pen dan mendekati Pen.

“Tidak ada apapun di dalam dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan uang. Jika tidak, mengapa kamu harus berjuang dengan segala cara untuk menghasilkan uang?” tanya Nok dengan tajam.


Di dalam gedung apatermen. Dilantai dasar. Didekat lift. Nai duduk disana dengan sikap gelisah, menunggu Nok yang pergi sendirian ke apatermen Pen yang berada di lantai atas. Nai bahkan bertanya- tanya pada dirinya sendiri, apa benar keputusan nya untuk membiarkan Nok pergi sendirian kesana.



Nok berterima kasih kepada Pen. Untuk cara Pen yang sengaja memberikan wawancara kepada media untuk menaburkan keraguan, membuat image keluarganya berantakan. Dan karena itu, Nok sadar bahwa dia tidak salah dalam melihat Pen sebagai teratai dibawah lumpur.

Mendengar itu, Pen menjadi marah dan mengangkat tangannya. Tapi sebelum Pen sempat memukulnya, Nok langsung menunjuk Pen dan berbicara dengan keras agar Pen mengingat perkataannya ini.

“Ingat ini!! Aku bukan seekor burung (Nok) biasa yang bisa dengan mudah ditembak oleh pencuri kelas rendahan seperti kamu. Lebih kamu menyakiti keluarga ku, lebih itu mengobarkan ku untuk menyelamatkanya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang kamu harapkan pastinya! Ingat ini dengan baik!!” kata Nok, lalu mendorong bahu Pen dengan keras.

“Aku akan menunggu,” balas Pen sambil tersenyum sinis.



Dengan sikap tenang, Nok membalas bahwa sambil Pen menunggu, dia akan membiarkan Pen memeluk benda yang telah Pen rebut darinya dengan erat. Karena Nok percaya bahwa karma pasti akan datang tepat waktu. Lalu setelah itu, Nok melihat ke sekeliling apatermen Pen dan menanyakan dimana Wes berada saat ini sambil tertawa kecil. Setelah itu Nok pun pergi dari apatermen Pen.

Dan Pen yang tidak senang, dia mulai berteriak dengan keras karena marah pada perkataan Nok yang mengetawai dirinya.


Karena Nok telah terlalu lama, maka Nai pun berniat untuk menyusul. Dan ketika pintu lift yang mau di naikinya terbuka, dia melihat Nok berada di dalamnya, jadi dia tidak jadi naik dan membiarkan Nok keluar dari lift.

Lalu melihat sikap Nai yang mau menyusulnya itu, Nok pun bertanya apa Nai tidak mempercayainya hingga Nai mau mengikutinya ke sana. Dan Nai pun menjawab bahwa dia hanya khawatir.



“Aku tidak akan membunuh Pen pastinya,” kata Nok.

“Aku takut Penny akan melukai kamu,” balas Nai.

“Kamu khawatir tentang ku,” kata Nok dengan nada tidak percaya.

“Tidak pernah aku tidak mengkhawatirkan tentang kamu,” balas Nai.

“Benarkah? Aku tidak pernah melihatnya.”

“Kamu mungkin membuka mata mu untuk melihat padaku. Tapi kamu tidak pernah membuka hatimu untukku.”

“Jika kamu khawatir, cepat bawa aku ke kantor. Aku telah menantikan rapat hari ini, jadi aku tidak berencana untu telat. Aku tidak ingin kehilangan wajahku di depan Ayahku.”

“Yup,” kata Nai, lalu dia berjalan duluan. Dan sambil tersenyum, Nok mengikuti Nai dari belakang.


Ditempat parkir. Ketika mobil Khae lewat, Wat dengan segera berlari dan menghadang mobil Khae agar berhenti. Setelah itu Wat menanyakan alasan mengapa Khae tidak  menjawab telpon nya kemarin malam. Dan Khae menjawab bahwa dia tidak ingin berbicara dengan Wat.

Wat mengatakan bahwa jika Khae ragu tentang masalah Vi, maka dia bisa menjelaskannya. Dan lalu Khae menanyakan bagaimana tentang gadis dirumah Wat yang berbicara kepada wartawan itu.

“Apa kamu percaya dengan perkataan Penny juga?” tanya Wat.

“Pertama nya tidak. Tapi apa yang gadis itu bicarakan, ada satu point yang benar. Yaitu tentang pernikahan kita. Hanya aku yang berani untuk memberitahu orang- orang, ketika kamu tetap diam dan menutup mulutmu. Diam, sampai itu membuatku ragu apa kamu benar- benar ingin menikahi ku, atau tidak?” balas Khae dengan nada sedih dan kecewa.



Mendengar itu, Wat kesulitan untuk menjawab, karena alasan dia diam selama ini tentang hubungan mereka, itu adalah demi Nok. Dan Khae mengetahui hal itu, “Aku tidak masalah tentang pernikahan mu yang sebelumnya. Tapi jika mantan keluargamu membuat begitu banyak masalah yang melebihi kesabaranku. Aku lebih baik tidak memiliki kamu,” kata Khae dengan tajam. Lalu dia menutup jendela mobilnya dan pergi.


Dikantor. Nai menerima telpon dari Wat yang tidak bisa hadir ke rapat hari ini. Dan Nok yang kebetulan mendengar itu, dia langsung menebak bahwa Ayahnya pasti tidak bisa datang ke acara rapat.

“Apakah cinta selalu membuat orang jadi tidak bertanggung jawab seperti ini?” tanya Nok.

“Paman mungkin tidak ingin ini terjadi,” kata Nai, membela Wat.



“Itu mengapa Ayahku sangat menyukaimu. Karena kamu selalu mencari alasan untuknya,” balas Nok.

“Jangan sebut ini alasan. Lebih baik sebut ini ‘Pengertian’. Khun Nok, terkadang kamu harus membuka hatimu dan mencoba untuk mengerti Ayahmu lebih lagi,” jelas Nai. Dan Nok mengabaikan itu.



Sesampainya Wat dirumah. Vi langsung menyindirnya, karena demi dapat berbaikan dengan Khae, Wat sampai mengabaikan pekerjaannya. Dan Wat membalas bahwa sindiran Vi itu terdengar seperti Vi cemburu padanya.

“Aku tidak cemburu. Tapi aku geram dengan kamu. Bahkan walaupun sekarang, aku hanyalah seorang mantan istri. Tapi aku masih Ibu dari Putrimu. Kamu harusnya memperdulikan perasaan ku sedikit. Jangan hanya memperdulikan istri mendatang mu!” kata  Vi.

“Okay! Nanti aku akan pedulikan kamu. Okay?” balas Wat.

“Makasih,” balas Vi dengan nada sinis.



Setelah itu Wat ingin naik ke atas, tapi karena teringat akan sesuatu, maka dia berhenti dan kembali untuk berbicara kepada Vi. Wat mengatakan dengan tegas bahwa dia akan melamar Khae untuk menikah dan dia akan mengubah waktu pernikahan nya dengan Khae menjadi sesegera mungkin.

Dan mendengar itu, Vi menjadi terkejut serta khawatir. Karena orang yang harusnya mengetahui berita ini duluan, bukanlah dia. Tapi Nok.



Dikantor. Nai sibuk mengerjakan pekerjaannya. Lalu saat dia memanggil nama Nok dan Nok tidak merespon, Nai pun menyadari kalau Nok sedang tertidur. Dan melihat itu, dengan sikap yang penuh perhatian, Nai mendekati meja Nok dan mengambil sendiri dokumen yang diperlukannya.



Tanpa sengaja, ketika Nai menarik dokumen yang berada di bawah tangan Nok. Kepala Nok hampir mau terjatuh ke atas meja. Untung saja dengan cepat, Nai berhasil menahan kepala Nok menggunakan tangannya, sehingga Nok pun tidak terbangun.

Lalu dengan perlahan, Nai meletakan kepala Nok di atas meja. Dan setelah itu, dia mengambilkan sebuah bantal di sofa, lalu dia meletakan bantal itu di bawah kepala Nok.

Berapa kali kamu menyakiti ku

  Berapa kali aku menyerah padamu dan membiarkan kamu menyakitiku

Berapa kali kamu berpura- pura baik padaku

Pada akhirnya, aku kehilanganmu seperti ini

Disana tidak ada alasan, tapi hanya cinta yang membuat ku masih menahannya

Bahkan walaupun disakiti sebanyak ini

Orang ini masih mencintaimu

Bagaimana pun kamu



Namun ketika di lihatnya, Nok tampak tidak nyaman tidur seperti itu. Maka Nai pun menggendong Nok dan menidurkan Nok diatas sofa. Lalu Nai melepaskan jas nya dan dia menggunakan itu untuk menyelimuti Nok. Setelah itu, Nai pun kembali bekerja.

Meskipun itu sangat menyakitkan, aku masih menahannya

Aku bisa melakukan segalanya untukmu

Aku bahkan bisa membiarkan kamu memainkan permainan cinta

Sampai kamu akan mencintai ku suatu hari



Nok terbangun dari tidurnya. Dan ketika dia merasakan dirinya yang berada disofa serta jas Nai yang menyelimutinya, Nok pun menjadi kaget. Apalagi ketika dia melihat Nai yang sedang bekerja sendirian. Jadi ketika Nai berdiri untuk keluar dari ruangan, maka Nok pun menutup matanya, berpura- pura masih tidur.



Sebelum keluar dari ruangan, Nai sadar bahwa Nok telah terbangun. Sambil tersenyum dia memandangin wajah Nok yang sedang berpura- pura tidur, secara dekat. Lalu setelah itu barulah dia keluar dari ruangan.


Saat Nai telah keluar. Nok pun langsung bangkit dari tidurnya. “Apa sih yang dia lihat barusan,” kata Nok, merasa aneh, karena Nai memandanginnya secara dekat tadi. Lalu seperti sadar akan sesuatu, Nok pun segera mengambil cermin di dalam tasnya.

Dan tepat ketika itu, Nai masuk kembali ke dalam ruangan. Jadi karena itu, maka Nok pun tidak jadi untuk bercermin.



“Apa kamu sudah bangun? Jadi, kamu harus segera bersiap untuk rapat dengan ku di Bangplee. Biarkan aku memperbaiki beberapa dokumen sebentar,” kata Nai dengan sikap biasa kepada Nok. Dan dengan sikap canggung, Nok pun hanya diam saja.

“Khun Nok,” panggil Nai, saat Nok tidak merespon. “Bisakah kamu pergi?”

“Ya, aku bisa,” jawab Nok.



Setelah mengambil beberapa dokumen yang diperlukan, Nai mendekati Nok dan memperhatikan wajah Nok secara dekat. Sehingga Nok menjadi heran dan bertanya. Dan tanpa mengatakan apapun, Nai menunjuk sudut bibir Nok (tanda ada air liur disana) dan karena itu dengan panik, Nok pun langsung menlap sudut bibirnya.

“Aku bercanda,” kata Nai sambil tersenyum lebar. Lalu dia mengambil jas nya dan keluar dari dalam ruangan duluan.



Dirumah sakit. Pen duduk menunggu Wes diruang tunggu. Dan ketika dia melihat Wes lewat, dia langsung mendekati Wes dan meminta maaf. Tapi Wes mengabaikan Pen dan masuk ke dalam ruangannya.

Lalu ketika Pen ingin ikut masuk, seorang perawat melarang Pen untuk masuk ke dalam ruangan. Sehingga tanpa bisa berbuat apapun, Pen pun menjadi kesal sendiri.



Dilapangan pabrik. Nok memilah- milah kertas bekas yang ada. Sementara Nai berbicara kepada para Staff untuk memberikan pengarahan. Awalnya Nai mengajak Nok, tapi karena Nok telah berkali- kali mendengar tentang kebijakan baru itu, maka dia pun malas untuk ikut mendengar itu lagi. Jadi karena itu, Nai pun menemui para staff sendirian.



Disaat sedang berbicara dengan para staf, tiba- tiba saja Nai menjadi panik dan cemas. Karena disaat itu, sebuah alat pengangkut tanpa sengaja membuat tumpukan kardus tinggi yang  berada di dekat Nok duduk menunggu, terjatuh.

Dan ketika melihat kejadian itu, Nai pun segera berlari menurunin anak tangga dengan cepat. Lalu dia menghampiri tumpukan kardus itu dan membongkar kardus- kardus itu sambil memanggil- manggil nama Nok  berkali- kali, dengan nada yang sangat khawatir

Seorang karyawan mencoba untuk menghentikan Nai, tapi Nai tidak mau berhenti. Lalu dengan sedikit paksaan, karyawan itu menunjukan kepada Nai, dimana Nok berada. Dan ketika Nai melihat ke arah Nok yang tampak baik- baik saja, Nai pun menjadi lega.



Dengan cepat, Nai pun langsung berlari ke arah Nok dan lalu dia memeluk Nok dengan erat. Dan walau tidak mengerti apa- apa, Nok membalas pelukan Nai.

“Kamu selamat!” kata Nai dengan lega.



Nok kembali duduk di kursinya. Dan dengan sikap yang sopan, Nai melepaskan jasnya dan lalu dia  menaruhnya di paha Nok, untuk menutupi kaki Nok yang terlalu terbuka. Lalu Nai pun ikut duduk di kursi dekat Nok.

“Untung saja kamu pergi untuk mengambil sapu tangan dari mobil,” kata Nai.

“Barusan, orang- orang terus menanyakan apa jimat yang ku gantung,” balas Nok.



Nai memperhatikan buku yang di lihat oleh Nok dan lalu dia menanyakan apa itu mengingatkan Nok akan masa lalu. Dan Nok menjawab bahwa itu mengingatkanya akan pengalaman buruk.

“Pikirkan saja. Dengan status Ayahku, dia bisa membeli banyak buku seperti ini untukku. Tapi dia malah membiarkan ku memakai buku mu,” kata Nok, mengeluh.

Dan mendengar itu, Nai tersenyum,” Karena kamu belajar setelah aku. Buku ku masih dalam kondisi yang bagus, karena aku selalu menyampul semua buku ku dengan rapi.”

“Aku marah karena itu sudah bekas. Suatu hari, aku berpura pura merobek cover nya sekali agar Ayahku membelikan yang baru untukku. Dan ingat? Apa yang dilakukannya?”

“Apa yang dia lakukan?”

“Dia membuat cover baru  menggunakan majalas fashion Ibuku. Ketika aku menjadi marah, dia mengatakan bahwa cover hanyalah kulit luar saja, yang terpenting adalah isi didalamnya,” jawab Nok. Dan Nai tersenyum.



“Itulah paman. Jika tidak, bagaimana bisa dia mendapatkan nama ‘Raja Daur Ulang’,” jelas Nai.

Nai memberikan nasihat kepada Nok. Dia mengatakan bahwa belajar dari merobek cover itu, Nok harusnya tahu bahwa menjadi aggressive, tidak akan membuat Nok mendapatkan apa yang Nok inginkan. Nok seharusnya mencoba menyesuaikannya dengan Wat, karena jika Nok mau melihat ke dalam nya dengan baik, maka Nok akan menyadari bahwa sebenarnya Wat itu adalah Ayah yang baik yang tidak akan menghilang kemanapun.

“Seperti, jika aku melihat dengan baik pada buku yang kamu gunakan. Itu memiliki banyak coretan di bagian yang sebelumnya ada di dalam ujian, kan?” tanya Nok.

“Karena aku tahu bahwa kamu akan menggunakan itu nanti. Itulah caramu mendapatkan kompensasi. Ketika kamu mendapat nilai bagus, paman akan memberikan apapun yang kamu inginkan,” balas Nai.

“Bagaimana kali ini. Akankah Ayah memberikan apapun yang aku mau atau tidak?”

“Kita mesti mencobanya,” jawab Nai sambil tersenyum lembut.


Pen mengikuti Wes ke area parkiran. Disana Pen berusaha untuk meminta maaf, tapi Wes sudah tidak mau mendengarkan penjelasan Pen lagi. Dan tepat di saat itu, Pen melihat seorang satpam yang sedang memegang sebuah pengeras suara. Lalu seperti mendapatkan ide, Pen menghampiri satpam itu dan memijam pengeras suara nya. Setelah itu Pen menghadang mobil Wes yang mau pergi.



“Hei. Apa yang kamu lakukan? Itu berbahaya, kamu tahu?” kata Wes. Dia turun dari mobilnya.

“Bahkan jika aku mati, aku mesti berbicara padamu. Dan jika kamu tidak siap, kamu hanya harus berdiri dan mendengarkan. Khun Wes! Aku minta maaf untuk membuatmu marah. Aku minta maaf,” kata Pen menggunakan alat pengeras suara. Sehingga orang- orang pun berkumpul di dekat mereka.

Merasa malu dilihatin banyak orang, Wes mendekati Pen dan meminta Pen untuk berhenti. Tapi Pen yang sama sekali tidak merasa malu, tidak mau berhenti.



“Aku membuat kesalahan padamu. Aku berani meminta maaf kepadamu dengan suara keras. Bagaimana dengan mu? Akankah kamu memaafkan ku atau tidak? Tolong ya….” pinta Pen.

Dan semua orang yang berada disana pun mendukung Pen. Lalu karena itu, maka Wes pun mau memaafkan pen. Dan dengan senang, Pen memeluk Wes. Lalu setiap orang yang melihat itu, bertepuk tangan untuk mereka berdua.



Nai membawa Nok ke sebuah restoran. Disana Nok merasa heran, kenapa Nai membawa nya ke sini. Dan Nai pun menjelaskan bahwa dia hanya ingin makan bersama dengan Nok. Mendengar itu, Nok pun terdiam.



Lalu sebelum Nai keluar dari dalam mobil, Nok memberikan sebuah bunga kertas kepada Nai. Dan melihat itu, Nai bertanya dimana Nok mendapatkan itu.

“Aku membuatnya,” kata Nok sambil tersenyum. Dan Nai lalu menerima bunga itu.

“Ini bagus. Tapi dalam rangka apa ini?” tanya Nai.

“Umm… aku hanya ingin memberikannya kepadamu. Tidak bolehkah? Aku hanya ingin berterima kasih untuk saran mu tentang Ayah.”


“Coba saja, kemudian kamu akan tahu bahwa Ayah mu yang baik tidak akan menhilang kemanapun. Begitu juga dengan keluargamu, Cobalah buka hatimu, maka kamu akan bisa melihat banyak orang yang mencintai kamu,” kata Nai sambil menatap lembut pada Nok.


Mendengar itu, Nok tampak sedikit senang. Dia lalu mengajak Nai untuk segera masuk ke dalam restoran. Dan lalu Nok keluar dari dalam mobil dan berjalan duluan.

“Ini hanya game,” kata Nok, mengingatkan dirinya sendiri.


Sedangkan didalam mobil. Nai tersenyum sendiri sambil memandangin bunga kertas yang Nok berikan kepadanya.

7 Comments

  1. Semangat kak,ditunggu tunggu selalu lho kak

    ReplyDelete
  2. Ditunggu kelanjutannnya kaka
    Makin seruuu

    ReplyDelete
  3. Ditunggu kelanjutannnya kaka
    Makin seruuu

    ReplyDelete
  4. ditunggu part selanjutnya segera,,,
    biar readers nya semakin bertambah...

    ReplyDelete
  5. Sbnrny ud nnton tp sub indo ny g ad,,,jd pnsran sm pmbicaraanny,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. A...terkadang tidk ad sub nya... jd gk tau ngomong apa

      Delete
Previous Post Next Post