Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 9 - part 2

Network : Channel 3




Dirumah Nenek. Nai menanyakan apa yang ingin Nenek bicarakan padanya. Dan Nenek menjawab bahwa Nai pasti sudah tau, apa yang mau dibicarakan nya adalah tentang Nok.

“Aku ingin memberitahumu sesuatu. Alasan Nok setuju menikah denganmu adalah karena dia berencana untuk balas dendam. Nok ingin kamu jatuh cinta padanya dan mengambil kembali segala yang telah kamu curi,” jelas Nenek.

“Ya. Aku sudah tahu dari awal game,” balas Nai.



“Jika kamu sudah tahu, mengapa kamu mau? Mengapa kamu tidak membatalkan pernikahannya? Jadi kamu tidak akan menyesali itu.”

“Kamu ingin itu dibatalkan, apa karena kamu khawatir pdaku? Atau karena kamu tidak bisa menyuruh Nok untuk melakukan itu? Sebenarnya, aku tidak peduli apa ini game atau tidak. Aku hanya peduli tentang hasilnya.Sejak aku juga seorang pemain dalam game ini, aku juga berhak untuk memilih hasil akhirnya,” balas Nai.

“Apa yang membuatmu begitu yakin?” tanya Nenek.

“Tidak peduli bagaimana awalnya, aku akan mengakhirinya dengan caraku. Jika dia membuatku jatuh padanya, aku akan membuat dia jatuh padaku. Jika dia membuatku mencintainya, aku akan membuat dia mencintai ku. Cintaku tulus untuk dia, jadi aku yakin aku bisa. Atau jika tidak, maka dia tidak akan setuju untuk menikah denganku,” balas Nai.

“Aku akan menunggu dan melihat, hari dimana Nok menghancurkanmu dan kamu meninggalkan tempat ini tanpa apapun.”


“Terima kasih, karena kamu akan memperhatikan kami. Dan jika mungkin, aku mau kamu menghadiri hari special kami,” jelas Nai. Lalu dia menaruh undangan pernikahannya di atas meja. Setelah itu dia pun pamit kepada Malinee, yang dipanggilnya dengan sebutan Nenek.

Dan mendengar Nai memanggilnya dengan sebutan Nenek. Maka dia pun menjadi marah. Namun dengan tenang Nai membalas bahwa beberapa hari lagi mereka akan menjadi keluarga, jadi mengapa tidak boleh. Dan saat Nenek mulai mengomelinya, Nai langsung berjalan pergi untuk menghindari itu.



Di mall. Nim memperhatikan baju- baju cantik yang berada disana. Dan karena pas uang yang dimilikinya cukup, maka Nim pun tersenyum senang. Tapi saat Nim mendengar sebuah tiket liburan ke gunung yang di tawarkan oleh sebuah stan didekat sana, maka Nim pun jadi teringat akan masa lalu.



Nim berdandan dengan cantik sekali dan bersiap untuk pergi. Lalu tepat disaat itu, Nai yang baru selesai berjualan, dia berlari mendekati Nim dan menunjukan hasil jualannya. Dan Nim pun memuji kerja bagus Nai. Kemudian Nai berbaring di pangkuan Nim.

“Jika aku bisa membantumu membuat banyak uang. Bisakah kamu membawa ku jalan- jalan?” tanya Nai.

“Dari menjual malai (karangan bunga) ? Tentu saja. Kemana kamu mau pergi?” balas Nim.

“Aku ingin melihat gunung. Banyak teman ku yang pergi kesana. bisakah kamu membawaku?” tanya Nai sambil bangun dari pangkuan Nim.

“Tentu saja. Mari lihat gunung bersama,” balas Nim. Dan dengan senang, Nai memeluk Nim.


Untuk sesaat Nim menatap uang yang ada ditangannya dengan pandangan ragu. Kemudian sambil tersenyum senang, Nim memperhatikan stan yang menjual tiket tersebut.


Diruang make-up. Nok sedang bercermin dan bersiap- siap. Sambil tersenyum senang, karena merasa semua sudah ok. Nok lalu mengambil kalung miliknya dan mau memakainya. Dan tepat disaat itu, Nai datang. Lalu dia menawarkan bantuan pada Nok untuk memakaikan kalung itu.




Kemudian setelah semua telah siap. Seorang fotografer, memotret mereka berdua. Nai tersenyum senang memperhatikan penampilan Nok melalui cermin. Nai memeluk dan menciumin pipi Nok. Nai memakaikan sepatu pada Nok. Kemudian Nok membenarkan dasi yang dipakai oleh Nai. Dan ketika pemotretan telah selesai, mereka berdua langsung bersikap canggung pada satu sama lain.


“Hari ini adalah harinya. Kita akan mulai tinggal bersama,” kata Nai, memulai pembicaraan.

“Ini hanyalah awal dari game kita,” balas Nok.

“Jika itu yang kamu mau, kemudian aku setuju. Ayo mulai game kita,” ajak Nai sambil tersenyum.



Vi menemui Nim yang telah menunggu diluar tempat acara. Disana Nim menjelaskan bahwa dia datang hanya untuk menitipkan hadiah pernikahan, jadi dia tidak akan masuk ke dalam, bahkan Nim meminta agar Vi tidak memberitahu bahwa hadiah ini darinya. Namun Vi menolak dan menarik tangan Nim untuk ikut bersamanya, masuk ke dalam tempat acara.


Dengan baik, Khae meminta seorang karyawan untuk memindahkan meja bunga, karena takutnya barang itu akan menghalangin dan membuat orang lain tidak bisa melihat jalan. Kemudian tepat disaat itu, Nok datang dari belakang dan dengan sinis, dia mengatai Khae. Namun dengan sikap sabar, Khae menolak untuk bertengkar dengan Nok dan ingin berjalan pergi menjauhi Nok.



“Pacarmu terlihat benar- benar bahagia untuk menikah denganku,” kata Nok, sebelum Khae sempat melangkah untuk pergi. Dan karena itu, maka Khae pun tidak jadi pergi.

“Ya. Dan aku harap bahwa kamu akan membuat dia sebahagia ini selamanya,” balas Khae.

“Aku tidak peduli, jika dia bahagia atau tidak. Aku hanya peduli bahwa kamu men- de- ri- ta,” balas Nok. Dan mendengar itu, Khae pun menjadi kesal.



Tepat disaat itu, Nai datang. Dan melihat kedatangan Nai, maka Nok pun berjalan mendekati Nai dan memegang lengan Nai dengan mesra. Kemudian bersama mereka berdua berjalan melewati Khae. Dan melihat itu, Khae hanya bisa diam serta membiarkannya.



Vi membawa Nim yang telah bertukar baju mengenakan dress putih yang cantik. Dia membawa Nim ke tempat acara pernikahan. Dan disana, Nim pun mengaku bahwa dia takut kalau nanti Nai akan melihatnya. Namun Vi membalas agar Nim tidak perlu mengkhawatirkan itu. Kemudian setelah itu Vi pergi meninggalkan Nim, karena dia harus menyambut tamu bersama dengan Wat.



Lalu karena ditinggal sendirian, maka Nim pun mulai melihat ke sekeliling. Dan ketika dia melihat foto pernikahan Nai yang dipajang disana, dengan penuh perasaan rindu, Nim menyentuh foto Nai dan menangis. Setelah itu dia memperhatikan Nai serta Nok dari kejauhan.



Wes serta Pat datang dan berfoto bersama dengan pengantin. Dan setelah selesai berfoto sekali, Wes memegang tangan Nok dan memuji penampilan Nok yang tampak sangat cantik. Lalu dengan senang, Nok pun memegang tangan Wes juga serta mengobrol bersama Wes. Dan melihat itu, Nai tampak sedikit cemburu.

Lalu menyadari arti tatapan Nai yang memperhatikan tangan mereka berdua, maka Wes pun melepaskan tangan Nok dan mengucapkan selamat kepada Nai.



“Untuk hadiah pernikahan mu, aku memberikan tes kesehatan gratis sebelum kamu memiliki anak. Jangan lupa gunakan itu,” jelas Wes kepada Nai.

“Itu bagus. Mengapa kita tidak mengunakan layanan itu besok?” tanya Nai kepada Nok. Dan dengan kesal Nok langsung memukul Nai pelan.


Nim menlap air matanya. Lalu tiba- tiba seseorang berjalan dan menabraknya dari belakang. Dan ketika melihat siapa orang itu, Nim langsung menjadi sangat terkejut. Karena ternyata orang itu adalah Nenek.



Nenek sendiri, saat dia melihat Nim, dia langsung berteriak dengan marah kepada Nim dan ingin menyerang Nim. Tapi untungnya, Nim berhasil menghindar dan seseorang berhasil menahan Nenek sebelum Nenek sempat menyerang Nim. Dan mendengar keributan itu, para tamu pun langsung memperhatikan Nenek serta Nim.

“Mom…” gumam Nai, saat menyadari siapa orang yang Nenek marahin dengan keras.

“Kamu meninggalkan bajingan milikmu disini untuk membebanin orang lain. Dan pada akhirnya, bajingan milikmu menyakiti setiap orang disini!” teriak Nenek dengan marah. Dan dengan takut, Nim hanya bisa diam serta menangis.

“Mom, cukup. Setiap orang melihat,” kata Vi, meminta agar Nenek tenang. Tapi Nenek sama sekali tidak peduli dan tetap berbicara dengan keras, memarahi Nim.

“Khun Than,” kata Nim dengan takut.



“Cucu ku. Aku membesarkan dia lebih baik daripada siapapun. Melindunginnya. Mencintai dia lebih daripada siapapun. Dan pada akhirnya, sampah yang kamu tinggalkan itu merusak hidup cucu ku. Karena kamu hidup cucu ku berakhir seperti ini. Karena kamu dan bajingan milikmu! Bahkan kamu tidak bisa menerimanya. Apa yang kamu harapkan padaku?” teriak Nenek dengan kata kasar sambil menunjuk Nim dengan jari telunjuknya.

Sehingga itu membuat Nim semakin ketakutan dan merasa bersalah.



Karena tidak tahan melihat semua itu, Wat berdiri dihadapan Nenek dan meminta Nenek untuk menghentikan ini, karena hari ini adalah hari pernikahan Nok, jadi Wat berharap pengertian dari Nenek. Namun Nenek tetap tidak mau berhenti.

“Kamu meninggalkan putriku. Dan kamu sekarang membawa hidup cucu ku dan memberikan itu kepada sampah dirumah mu!” kata Nenek dengan keras. Dan Vi meminta Nenek untuk berhenti, tapi dengan keras kepala, Nenek tidak mau berhenti.



Nenek berjalan mendekati Nai dan menarik tangan Nai, lalu dia mendorong Nai ke arah Nim. “Bawa dia! Bawa sampahmu kembali” teriak Nenek.

“Mom …” panggil Nai. Dan kemudian dengan ragu, Nai mengangkat tangannya untuk menyentuh Nim, tapi dia tidak bisa menyentuh Nim.

“Nai. Aku minta maaf. Ini salahku. Aku tidak seharusnya datang. Ini semua salahku,” kata Nim dengan sedih sambil berlutut dan menangis.

Melihat itu, Nenek bergerak untuk menyerang Nim. Tapi Nai menahan dan menghentikan Nenek agar tidak menyerang Ibunya. Lalu suasansa pun menjadi sangat kacau. Vi dan Wat pun sama sekali tidak tahu harus melakukan apa, selain berusaha untuk menahan Nenek.



Kemudian Nok pun mendekati Nim. Dan melihat hal itu, mereka semua menjadi kebingungan serta langsung terdiam.

Nok berterima kasih kepada Nim yang telah datang. Lalu kepada Nenek, Nok menjelaskan bahwa dia lah yang mengundang Nim datang ke sini sebagai hadiah pernikahan untuk Nai, karena ini adalah hari yang penting untuknya.

“Tolong biarkan ini ya,” pinta Nok dengan penuh harap kepada Nenek.

Dan mendengar itu, Nenek pun menjadi sangat sedih, karena tidak menyangka Nok yang melakukan itu. Kemudian dengan perasaan kecewa, Nenek pun berjalan pergi dari sana.



Setelah itu Nai serta Nok sama- sama membantu Nim untuk bangkit berdiri. Dan ketika melihat keraguan dimata Nai, maka Nok pun meminta maaf karena tidak memberitahu Nai dan dia beralasan bahwa alasan nya melakukan ini adalah untuk memberikan kejutan pada Nai.

“Ini. Terima hadiahku untukmu. Orang yang kamu cari,” kata Nok sambil mengulurkan tangannya pada Nai. Dan lalu Nai menyambut uluran tangan Nok.

Kemudian dengan penuh kerinduan, Nim langsung memeluk Nai sambil menangis. Dan Nai meresapi pelukan dari Ibunya itu, lalu dia mengucapkan terima kasih kepada Nok.


Melihat hal itu, semua orang menjadi sangat terharu. Dan ketika Wes mulai bertepuk tangan, semua orang pun langsung ikut bertepuk tangan juga.



Didalam ruangan. Nim memegang wajah Nai dengan perasaan rindu. Nim mengatakan bahwa kini Nai telah tumbuh dewasa hingga dia hampir tidak bisa mengenali Nai. Dan Nai membalas bahwa dia masih bisa mengenali Nim, karena Nim tetap sama seperti dulu. Lalu Nai menanyakan keadaan Nim selama ini.

“Aku minta maaf, Nai. Karena aku telah meninggalkan kamu. Tapi hari ini, aku bisa melihat kamu. Dan aku tahu bahwa aku benar telah meninggalkan kamu disini. Mereka membesarkan mu dengan begitu baik. Lebih dari pada dibesarkan olehku,” kata Nim dengan sedih.



Sesudah itu, Nim duduk dilantai dan mengucapkan terima kasih kepada Wat serta Vi yang telah menjaga Nai. Karena jika dulu Nai tinggal dengannya, maka Nai tidak mungkin memiliki hari ini. Jadi Nim sangat berterima kasih kepada mereka. Lalu Nim pun ingin menundukan kepalanya ke bawah sebagai tanda terima kasihnya. Tapi Vi dan Wat langsung menahannya agar tidak melakukan itu.

“P’Nim. Luckanai memiliki hari ini karena dirinya sendiri. Anakmu pintar dan berhati baik. Kamilah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah membiarkan kami untuk membesarkannya,” kata Wat.

“Khun Thawat benar. Anakmu adalah seseorang yang bisa kami percayai untuk menjaga putri kami selama hidupnya,” tambah Vi.

“Terima kasih. Terima kasih banyak,” balas Nim. Lalu Nai membantu Nai untuk berdiri dan duduk kembali di kursi.


Setelah itu Nai serta Nok duduk dilantai. Dan mereka menundukan kepalanya di bawah kaki Nim. Lalu Nai memberikan hiasan bunga yang ada padanya dan menyalamin tangan Nim. Dan dengan penuh haru, Nim berterima kasih banyak kepada Nok sambil mengelus wajah Nai.




“Anakku adalah harta ku yang paling berharga. Aku ingin memberikan dia kepadamu,” kata Nim.

“Ya. Aku akan menghargai dia, sebaik yang aku bisa,” balas Nok dengan mata yang berkaca- kaca. Dan mendengar perkataan Nok, Nai tersenyum senang sambil memandang Nok.

“Terima kasih ya, Nok. Aku mencintaimu, Nai,” kata Nim. Kemudian dia memeluk Nai serta Nok.



Didepan pintu. Nok meminta maaf kepada Nai karena tidak memberitahu tentang pertemuannya dengan Nim, padahal mereka telah berjanji untuk tidak menyimpan rahasia dari satu sama lain. Dan Nai membalas bahwa dia tidak bisa marah pada Nok tentang hari ini, melainkan dia mau berterima kasih.

“Aku akan memberikannya padamu untuk pertandingan ini,” kata Nai.

“Pertandingan? Apa kamu melihat segalanya sebagai game?” tanya Nok dengan heran.

“Kemudian mengapa kamu melakukan ini?” tanya Nai. Dan Nok terdiam, tidak bisa menjawab. “Tolong beritahu aku. Aku ingin tahu,” pinta Nai.

“Karena… karena aku ingin kamu…” balas Nok dengan sedikit gugup.



Tepat disaat itu seseorang memanggil mereka berdua untuk masuk ke dalam. Jadi karena itu, maka Nok pun tidak jadi berbicara. Lalu pintu pun dibuka kan bagi mereka. Dan sambil bergandengan tangan, mereka berdua masuk ke dalam ruangan. Kemudian setiap orang melemparkan kertas kecil warna- warni kepada mereka berdua.

Dan dengan sangat bahagia, Nai serta Nok tersenyum dengan lebar.

9 Comments

  1. Seruuuu bgt yey nikah pengen cepet ke ep selanjutnya semangat min

    ReplyDelete
  2. 🙆 seru seru seruuuuuuu sayangnya lama banget kita nunggu kelanjutannya jadi ga sabar 😢

    ReplyDelete
  3. Tapi tetep makasih banget yg udah kasih kita sinopsisnya🙏🙆

    ReplyDelete
  4. Makasih banyak buat sinopsisnya yah
    ... Selalu ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  5. Aduduh gak sabar nunggu eps selanjutnya...

    ReplyDelete
  6. Next ya min....sumpah seru bgt dan bikin terharu..meski dah nonton berkali2,💪💪💪

    ReplyDelete
Previous Post Next Post